tag:blogger.com,1999:blog-64391432445508583922023-11-17T00:54:02.995+07:00World News In BriefAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-59186715964099273642017-12-07T16:07:00.001+07:002017-12-07T16:07:09.963+07:00<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: inherit; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.5em;">
<b>Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami</b> (<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/756" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="756">756</a>-<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/814" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="814">814</a>), biasanya dikenal sebagai <b>Abū-awās</b> atau <b>Abū-Nuwās</b> (<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Bahasa Arab">Bahasa Arab</a>:<b>ابونواس</b>), adalah seorang pujangga <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Bangsa Arab">Arab</a>. Dia dilahirkan di kota <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Ahvaz" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Ahvaz">Ahvaz</a> di negeri <a class="mw-redirect" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Persia" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Persia">Persia</a>, dengan darah <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Bangsa Arab">Arab</a> dan <a class="mw-redirect" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Persia" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Persia">Persia</a> mengalir di tubuhnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: inherit; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.5em;">
Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Seribu_Satu_Malam" style="background: none; color: #0b0080; text-decoration: none;" title="Seribu Satu Malam">Seribu Satu Malam</a> dalam salah satu cerita ia pernah berpura pura gila karena tidak ingin menjadi kadi setelah mendengar wasiat ayahnya dengan cara menaiki batang pisang seperti kuda kudaan ia juga sering ditantang oleh raja harun al rasyid maupun oleh teman temanya dengan hal yang aneh,beresiko dan bahkan tidak mungkin terjadi seperti memindahkan istana raja ke bukit, memantati raja dan lain lain.</div>
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: inherit; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.5em;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: inherit; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.5em;">
diperdayakan oleh wikipedia</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-79355338627594506452012-07-22T09:02:00.000+07:002012-08-08T16:24:03.648+07:00Kerajaan Kutai Kartanegara<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="http://singalodaya.files.wordpress.com/2009/01/kutai2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kutai" border="0" class="size-full wp-image-50 alignleft" height="98" src="http://singalodaya.files.wordpress.com/2009/01/kutai2.jpg" title="kutai" width="130" /></a></b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b>Kutai</b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><span class="author">by Erick Eko Prasetyo </span></b>
</div>
<div class="pd-rating" id="pd_rating_holder_565581_post_32" style="display: inline-block;">
<div id="pd_rate_565581_post_32" style="float: left;">
<div id="PDRTJS_565581_post_32_stars_1" style="background: url(http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png) top left; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; marging: 0px; padding: 0px; width: 16px;">
</div>
<div id="PDRTJS_565581_post_32_stars_2" style="background: url(http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png) top left; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; marging: 0px; padding: 0px; width: 16px;">
</div>
<div id="PDRTJS_565581_post_32_stars_3" style="background: url(http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png) top left; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; marging: 0px; padding: 0px; width: 16px;">
</div>
<div id="PDRTJS_565581_post_32_stars_4" style="background: url(http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png) top left; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; marging: 0px; padding: 0px; width: 16px;">
</div>
<div id="PDRTJS_565581_post_32_stars_5" style="background: url(http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png) top left; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; marging: 0px; padding: 0px; width: 16px;">
</div>
</div>
</div>
<br />
<div style="color: #3d85c6;">
</div>
<div class="pd-rating" id="pd_rating_holder_565581_post_32" style="display: inline-block;">
<b><br /></b></div>
<br />
<div style="color: #3d85c6;">
<b> </b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Ditinjau
dari sejarah Indonesia kuno, Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah prasasti yang
ditulis diatas yupa (tugu batu) yang ditulis dalam bahasa Sansekerta
dengan menggunakan huruf Pallawa. Berdasarkan paleografinya, tulisan
tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dari
prasasti tersebut dapat diketahui adanya sebuah kerajaan dibawah
kepemimpinan Sang Raja Mulawarman, putera dari Raja Aswawarman, cucu
dari Maharaja Kudungga. Kerajaan yang diperintah oleh Mulawarman ini
bernama Kerajaan Kutai Martadipura, dan berlokasi di seberang kota Muara
Kaman.<span id="more-32"></span>seterusnya…</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada awal
abad ke-13, berdirilah sebuah kerajaan baru di Tepian Batu atau Kutai
Lama yang bernama Kerajaan Kutai Kartanegara dengan rajanya yang
pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325).</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dengan
adanya dua kerajaan di kawasan Sungai Mahakam ini tentunya menimbulkan
friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadilah peperangan diantara
kedua kerajaan Kutai ini. Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah rajanya
Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa akhirnya berhasil menaklukkan Kerajaan
Kutai Martadipura. Raja kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan
Kutai Kartanegara Ing Martadipura.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada abad
ke-17 agama Islam diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara.
Selanjutnya banyak nama-nama Islami yang akhirnya digunakan pada
nama-nama raja dan keluarga kerajaan Kutai Kartanegara. Sebutan raja pun
diganti dengan sebutan Sultan. Sultan yang pertama kali menggunakan
nama Islam adalah Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778).</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tahun 1732, ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Kesultanan
Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing
Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang kembali
eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi pada tahun 2001 oleh
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan
budaya dan adat Kutai Keraton.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dihidupkannya
kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris
tahta yakni putera mahkota H. Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat
menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji
Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Kerajaan
Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama
Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah
Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung
Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan
Tanjung Kute dalam Negara Kretagama, yaitu salah satu daerah taklukan di
Pulau Tanjungnegara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada abad
ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran
Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai (atau disebut
pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau
Kerajaan Mulawarman) yang terletak di Muara Kaman.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Raja Kutai
Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai
Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan
tersebut.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada abad
ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima
dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji
Raja Mahkota Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun, sebutan Raja
diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Adji Mohamad Idris (1735-1778)
merupakan sultan Kutai pertama yang menggunakan nama Islami. Dan sebutan
kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing
Martadipura.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Keseluruhan artikel atau bagian tertentu dari artikel ini perlu di-wikifisasi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tahun 1732, ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Sultan Aji
Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo Lamaddukelleng
berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan
VOC bersama rakyat Bugis. Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara
untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1739, Sultan A.M. Idris gugur di medan laga. Sepeninggal Sultan Idris,
terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota
kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo.
Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara
dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Setelah
dewasa, Aji Imbut sebagai putera mahkota yang syah dari Kesultanan Kutai
Kartanegara kembali ke tanah Kutai. Oleh kalangan Bugis dan kerabat
istana yang setia pada mendiang Sultan Idris, Aji Imbut dinobatkan
sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad
Muslihuddin. Penobatan Sultan Muslihuddin ini dilaksanakan di
Mangkujenang (Samarinda Seberang). Sejak itu dimulailah perlawanan
terhadap Aji Kado.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Perlawanan
berlangsung dengan siasat embargo yang ketat oleh Mangkujenang terhadap
Pemarangan. Armada bajak laut Sulu terlibat dalam perlawanan ini dengan
melakukan penyerangan dan pembajakan terhadap Pemarangan. Tahun 1778,
Aji Kado meminta bantuan VOC namun tidak dapat dipenuhi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1780, Aji Imbut berhasil merebut kembali ibukota Pemarangan dan secara
resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Aji Muhammad
Muslihuddin di istana Kesultanan Kutai Kartanegara. Aji Kado dihukum
mati dan dimakamkan di Pulau Jembayan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Aji Imbut
gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin memindahkan ibukota Kesultanan
Kutai Kartanegara ke Tepian Pandan pada tanggal 28 September 1782.
Perpindahan ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kenangan pahit
masa pemerintahan Aji Kado dan Pemarangan dianggap telah kehilangan
tuahnya. Nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang
berarti Rumah Raja, lama-kelamaan Tangga Arung lebih populer dengan
sebutan Tenggarong dan tetap bertahan hingga kini.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1838, Kesultanan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Sultan Aji Muhammad
Salehuddin setelah Aji Imbut mangkat pada tahun tersebut.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1844, 2 buah kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris
memasuki perairan Tenggarong. Murray datang ke Kutai untuk berdagang dan
meminta tanah untuk mendirikan pos dagang serta hak eksklusif untuk
menjalankan kapal uap di perairan Mahakam. Namun Sultan A.M. Salehuddin
mengizinkan Murray untuk berdagang hanya di wilayah Samarinda saja.
Murray kurang puas dengan tawaran Sultan ini. Setelah beberapa hari di
perairan Tenggarong, Murray melepaskan tembakan meriam kearah istana dan
dibalas oleh pasukan kerajaan Kutai. Pertempuran pun tak dapat
dihindari. Armada pimpinan Murray akhirnya kalah dan melarikan diri
menuju laut lepas. Lima orang terluka dan tiga orang tewas dari pihak
armada Murray, dan Murray sendiri termasuk diantara yang tewas tersebut.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Insiden
pertempuran di Tenggarong ini sampai ke pihak Inggris. Sebenarnya
Inggris hendak melakukan serangan balasan terhadap Kutai, namun
ditanggapi oleh pihak Belanda bahwa Kutai adalah salah satu bagian dari
wilayah Hindia Belanda dan Belanda akan menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan caranya sendiri. Kemudian Belanda mengirimkan armadanya
dibawah komando t’Hooft dengan membawa persenjataan yang lengkap.
Setibanya di Tenggarong, armada t’Hooft menyerang istana Sultan Kutai.
Sultan A.M. Salehuddin diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang
kerajaan Kutai, Awang Long gelar Pangeran Senopati bersama pasukannya
dengan gagah berani bertempur melawan armada t’Hooft untuk
mempertahankan kehormatan Kerajaan Kutai Kartanegara. Awang Long gugur
dalam pertempuran yang kurang seimbang tersebut dan Kesultanan Kutai
Kartanegara akhirnya kalah dan takluk pada Belanda.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tanggal
11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin harus menandatangani perjanjian
dengan Belanda yang menyatakan bahwa Sultan mengakui pemerintahan
Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang
diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tahun 1846, H. von Dewall menjadi administrator sipil Belanda yang pertama di pantai timur Kalimantan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun 1850, Sultan A.M. Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1853, pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten
Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada
dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899).</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan
Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai
Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tahun 1888,
pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh
insinyur tambang asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar
bagi ekspoitasi minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah
Kutai pun nampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai
Kartanegara menjadi sangat terkenal di masa itu. Royalti atas
pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan
Sulaiman.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tahun 1899, Sultan Sulaiman wafat dan digantikan putera mahkotanya Aji Mohammad dengan gelar Sultan Aji Muhammad Alimuddin.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1907, misi Katholik pertama didirikan di Laham. Setahun kemudian,
wilayah hulu Mahakam ini diserahkan kepada Belanda dengan kompensasi
sebesar 12.990 Gulden per tahun kepada Sultan Kutai Kartanegara.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Sultan
Alimuddin hanya bertahta dalam kurun waktu 11 tahun saja, beliau wafat
pada tahun 1910. Berhubung pada waktu itu putera mahkota Aji Kaget masih
belum dewasa, tampuk pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian
dipegang oleh Dewan Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran
Mangkunegoro.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tanggal 14 Nopember 1920, Aji Kaget dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Sejak awal
abad ke-20, ekonomi Kutai berkembang dengan sangat pesat sebagai hasil
pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Di tahun-tahun tersebut,
kapital yang diperoleh Kutai tumbuh secara mantap melalui surplus yang
dihasilkan tiap tahunnya. Hingga tahun 1924, Kutai telah memiliki dana
sebesar 3.280.000 Gulden – jumlah yang sangat fantastis untuk masa itu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tahun 1936,
Sultan A.M. Parikesit mendirikan istana baru yang megah dan kokoh yang
terbuat dari bahan beton. Dalam kurun waktu satu tahun, istana tersebut
selesai dibangun.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Ketika
Jepang menduduki wilayah Kutai pada tahun 1942, Sultan Kutai harus
tunduk pada Tenno Heika, Kaisar Jepang. Jepang memberi Sultan gelar
kehormatan Koo dengan nama kerajaan Kooti.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Era Kemerdekaan</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Indonesia
merdeka pada tahun 1945. Dua tahun kemudian, Kesultanan Kutai
Kartanegara dengan status Daerah Swapraja masuk kedalam Federasi
Kalimantan Timur bersama-sama daerah Kesultanan lainnya seperti
Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir dengan membentuk Dewan
Kesultanan. Kemudian pada 27 Desember 1949 masuk dalam Republik
Indonesia Serikat.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Daerah
Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai yang merupakan
daerah otonom/daerah istimewa tingkat kabupaten berdasarkan UU Darurat
No.3 Th.1953.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1959, berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959 tentang “Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II di Kalimantan”, wilayah Daerah Istimewa Kutai
dipecah menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni: 1. Daerah Tingkat II Kutai
dengan ibukota Tenggarong 2. Kotapraja Balikpapan dengan ibukota
Balikpapan 3. Kotapraja Samarinda dengan ibukota Samarinda</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tanggal
20 Januari 1960, bertempat di Gubernuran di Samarinda, A.P.T. Pranoto
yang menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Timur, dengan atas nama
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia melantik dan mengangkat sumpah 3
kepala daerah untuk ketiga daerah swatantra tersebut, yakni: 1. A.R.
Padmo sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai 2. Kapt. Soedjono
sebagai Walikota Kotapraja Samarinda 3. A.R. Sayid Mohammad sebagai
Walikota Kotapraja Balikpapan</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Sehari
kemudian, pada tanggal 21 Januari 1960 bertempat di Balairung Keraton
Sultan Kutai, Tenggarong diadakan Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa
Kutai. Inti dari acara ini adalah serah terima pemerintahan dari Kepala
Kepala Daerah Istimewa Kutai, Sultan Aji Muhammad Parikesit kepada Aji
Raden Padmo sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai, Kapten
Soedjono (Walikota Samarinda) dan A.R. Sayid Mohammad (Walikota
Balikpapan). Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara dibawah Sultan
Aji Muhammad Parikesit berakhir, dan beliau pun hidup menjadi rakyat
biasa.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1999, Bupati Kutai Kartanegara Drs. H. Syaukani HR, MM berniat untuk
menghidupkan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Dikembalikannya Kesultanan Kutai ini bukan dengan maksud untuk
menghidupkan feodalisme di daerah, namun sebagai upaya pelestarian
warisan sejarah dan budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di
Indonesia. Selain itu, dihidupkannya tradisi Kesultanan Kutai
Kartanegara adalah untuk mendukung sektor pariwisata Kalimantan Timur
dalam upaya menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tanggal
7 Nopember 2000, Bupati Kutai Kartanegara bersama Putera Mahkota Kutai
H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerja Adiningrat menghadap Presiden RI
Abdurrahman Wahid di Bina Graha Jakarta untuk menyampaikan maksud
diatas. Presiden Wahid menyetujui dan merestui dikembalikannya
Kesultanan Kutai Kartanegara kepada keturunan Sultan Kutai yakni putera
mahkota H. Aji Pangeran Praboe.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tanggal
22 September 2001, Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, H. Aji
Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai
Kartanegara dengan gelar Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II. Penabalan
H.A.P. Praboe sebagai Sultan Kutai Kartanegara baru dilaksanakan pada
tanggal 22 September 2001.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada masa
kejayaannya hingga tahun 1959, Kesultanan Kutai Kartanegara ing
Martadipura memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Wilayah
kekuasaannya meliputi beberapa wilayah otonom yang ada di propinsi
Kalimantan Timur saat ini, yakni:</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>1. Kabupaten Kutai Kartanegara<br />
2. Kabupaten Kutai Barat<br />
3. Kabupaten Kutai Timur<br />
4. Kota Balikpapan<br />
5. Kota Bontang<br />
6. Kota Samarinda</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dengan demikian, luas dari wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara hingga tahun 1959 adalah seluas 94.700 km2.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1959, wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara atau Daerah Istimewa Kutai
dibagi menjadi 3 wilayah Pemerintah Daerah Tingkat II, yakni Kabupaten
Kutai, Kotamadya Balikpapan dan Kotamadya Samarinda. Dan sejak itu
berakhirlah pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara setelah
disahkannya Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kutai melalui UU
No.27 Tahun 1959 tentang Pencabutan Status Daerah Istimewa Kutai.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dokumentasi
bentuk istana Sultan Kutai hanya ada pada masa pemerintahan Sultan A.M.
Sulaiman yang kala itu beribukota di Tenggarong, setelah para penjelajah
Eropa melakukan ekspedisi ke pedalaman Mahakam pada abad ke-18. Carl
Bock, seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan ekspedisi
Mahakam pada tahun 1879 sempat membuat ilustrasi pendopo istana Sultan
A.M. Sulaiman. Istana Sultan Kutai pada masa itu terbuat dari kayu ulin
dengan bentuk yang cukup sederhana.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Setelah
Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1899, Kesultanan Kutai Kartanegara
kemudian dipimpin oleh Sultan A.M. Alimuddin (1899-1910). Sultan
Alimuddin mendiami keraton baru yang terletak tak jauh dari bekas
keraton Sultan Sulaiman. Keraton Sultan Alimuddin ini terdiri dari dua
lantai dan juga terbuat dari kayu ulin (kayu besi). Keraton ini dibangun
menghadap sungai Mahakam. Hingga Sultan A.M. Parikesit naik tahta pada
tahun 1920, keraton ini tetap digunakan dalam menjalankan roda
pemerintahan kerajaan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tahun
1936, keraton kayu peninggalan Sultan Alimuddin ini dibongkar karena
akan digantikan dengan bangunan beton yang lebih kokoh. Untuk sementara
waktu, Sultan Parikesit beserta keluarga kemudian menempati keraton lama
peninggalan Sultan Sulaiman. Pembangunan keraton baru ini dilaksanakan
oleh HBM ( Hollandsche Beton Maatschappij ) Batavia dengan arsiteknya
Estourgie. Dibutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan istana ini.
Setelah fisik bangunan keraton rampung pada tahun 1937, baru setahun
kemudian yakni pada tahun 1938 keraton baru ini secara resmi didiami
oleh Sultan Parikesit beserta keluarga. Peresmian keraton yang megah ini
dilaksanakan cukup meriah dengan disemarakkan pesta kembang api pada
malam harinya. Sementara itu, dengan telah berdirinya keraton baru maka
keraton buruk peninggalan Sultan Sulaiman kemudian dirobohkan. Pada masa
sekarang, areal bekas keraton lama ini telah diganti dengan sebuah
bangunan baru yakni gedung Serapo LPKK.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Setelah
pemerintahan Kesultanan Kutai berakhir pada tahun 1960, bangunan keraton
dengan luas 2.270 m2 ini tetap menjadi tempat kediaman Sultan A.M.
Parikesit hingga tahun 1971. Keraton Kutai kemudian diserahkan kepada
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 25 Nopember 1971. Pada
tanggal 18 Februari 1976, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
menyerahkan bekas keraton Kutai Kartanegara ini kepada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola menjadi sebuah museum negeri
dengan nama Museum Mulawarman. Didalam museum ini disajikan beraneka
ragam koleksi peninggalan kesultanan Kutai Kartanegara, diantaranya
singgasana, arca, perhiasan, perlengkapan perang, tempat tidur,
seperangkat gamelan, koleksi keramik kuno dari China, dan lain-lain.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dalam
lingkungan keraton Sultan Kutai terdapat makam raja dan keluarga
kerajaan Kutai Kartanegara. Jirat atau nisan Sultan dan keluarga
kerajaan ini kebanyakan terbuat dari kayu besi yang dapat tahan lama
dengan tulisan huruf Arab yang diukir. Sultan-sultan yang dimakamkan
disini diantaranya adalah Sultan Muslihuddin, Sultan Salehuddin, Sultan
Sulaiman dan Sultan Parikesit. Hanya Sultan Alimuddin saja yang tidak
dimakamkan di lingkungan keraton, beliau dimakamkan di tanah miliknya di
daerah Gunung Gandek, Tenggarong.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Pada tanggal
22 September 2001, putra mahkota H. Aji Pangeran Praboe Anum Surya
Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar
Sultan H.A.M. Salehuddin II. Dipulihkannya kembali Kesultanan Kutai
Kartanegara ini adalah sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya
Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia agar tak punah
dimakan masa. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara telah membangun
sebuah istana baru yang disebut Kedaton bagi Sultan Kutai Kartanegara
yang sekarang. Bentuk kedaton baru yang terletak disamping Masjid Jami’
Hasanuddin ini memiliki konsep rancangan yang mengacu pada bentuk
keraton Kutai pada masa pemerintahan Sultan Alimuddin.<br />
</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b> </b></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-54123938861804544782012-07-22T08:48:00.002+07:002012-08-08T16:24:28.137+07:00Asal-usul Majapahit<h2 style="color: #3d85c6; font-weight: normal;">
Asal-usul Majapahit<span class="author"> </span></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><span class="author">by Erick Eko Prasetyo </span></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<br /></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<br /></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Setelah raja Śri Kĕrtānegara gugur,
kerajaan Singhasāri berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari
Kadiri. Salah satu keturunan penguasa Singhasāri, yaitu Raden Wijaya,
kemudian berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Ia adalah
keturunan Ken Arok, raja Singhāsāri pertama dan anak dari Dyah Lěmbu
Tal. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya.
Menurut sumber sejarah, Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Kĕrtanāgara
yang masih terhitung keponakan. Kitab Pararaton menyebutkan bahwa ia
mengawini dua anak sang raja sekaligus, tetapi kitab Nāgarakertāgama
menyebutkan bukannya dua melainkan keempat anak perempuan Kěrtanāgara
dinikahinya semua. Pada waktu Jayakatwang menyerang Singhasāri, Raden
Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan ibukota di arah utara.
Kekalahan yang diderita Singhasāri menyebabkan Raden Wijaya mencari
perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar-kejar musuh
dengan sisa pasukan tinggal duabelas orang. Berkat pertolongan Kepala
Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberang laut ke Madura dan
di sana memperoleh perlindungan dari Arya Wiraraja, seorang bupati di
pulau ini. Berkat bantuan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat
kembali ke Jawa dan diterima oleh raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian
ia diberi sebuah daerah di hutan Těrik untuk dibuka menjadi desa, dengan
dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah utara sungai
Brantas. Berkat bantuan Aryya Wiraraja ia kemudian mendirikan desa baru
yang diberi nama Majapahit. Di desa inilah Raden Wijaya kemudian
memimpin dan menghimpun kekuatan, khususnya rakyat yang loyal terhadap
almarhum Kertanegara yang berasal dari daerah Daha dan Tumapel. Aryya
Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden
Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupaya ia pun kurang menyukai raja
Jayakatwang.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun
1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yang diutus oleh Kubhilai Khan
untuk menghukum Singhasāri atas penghinaan yang pernah diterima
utusannya pada tahun 1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti
di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa
melalui sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui
oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dengan pasukan Cina
yang diterima dengan sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat
maupun sungai yang berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari.
Gabungan pasukan Cina dan Raden Wijaya berhasil membinasakan 5.000
tentara Daha. Dengan kekuatan yang tinggal setengah, Jayakatwang mundur
untuk berlindung di dalam benteng. Sore hari, menyadari bahwa ia tidak
mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan
menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina.<span id="more-444"></span></b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Dengan dikawal dua perwira dan 200
pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk
menyiapkan upeti bagi kaisar Khubilai Khan. Namun dengan menggunakan
tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan
oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit
menyerbu pasukan Cina yang masih tersisa yang tidak menyadari bahwa
Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan
Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya
melarikan dari keluar Jawa dengan meninggalkan banyak korban. Akhirnya
cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya
kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing.
Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yang
dinamakan Majapahit. Pada tahun 1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai
raja pertama dengan gelar Śri Kĕrtarājasa Jayawardhana. Keempat anak
Kertanegara dijadikan permaisuri dengan gelar Śri Parameśwari Dyah Dewi
Tribhūwaneśwari, Śri Mahādewi Dyah Dewi Narendraduhitā, Śri Jayendradewi
Dyah Dewi Prajnyāparamitā, dan Śri Rājendradewi Dyah Dewi Gayatri. Dari
Tribhūwaneśwari ia memperoleh seorang anak laki bernama Jayanagara
sebagai putera mahkota yang memerintah di Kadiri. Dari Gayatri ia
memperoleh dua anak perempuan, Tribhūwanottunggadewi Jayawisnuwardhani
yang berkedudukan di Jiwana (Kahuripan) dan Rājadewi Mahārājasa di Daha.
Raden Wijaya masih menikah dengan seorang isteri lagi, kali ini berasal
dari Jambi di Sumatera bernama Dara Petak dan memiliki anak darinya
yang diberi nama Kalagěmět. Seorang perempuan lain yang juga datang
bersama Dara Petak yaitu Dara Jingga, diperisteri oleh kerabat raja
bergelar ‘dewa’ dan memiliki anak bernama Tuhan Janaka, yang dikemudian
hari lebih dikenal sebagai Adhityawarman, raja kerajaan Malayu di
Sumatera. Kedatangan kedua orang perempuan dari Jambi ini adalah hasil
diplomasi persahabatan yaang dilakukan oleh Kěrtanāgara kepada raja
Malayu di Jambi untuk bersama-sama membendung pengaruh Kubhilai Khan.
Atas dasar rasa persahabatan inilah raja Malayu, Śrimat Tribhūwanarāja
Mauliwarmadewa, mengirimkan dua kerabatnya untuk dinikahkan dengan raja
Singhasāri. Dari catatan sejarah diketahui bahwa Dara Jingga tidak betah
tinggal di Majapahit dan akhirnya pulang kembali ke kampung halamannya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Raden Wijaya wafat pada tahun 1309
digantikan oleh Jayanāgara. Seperti pada masa akhir pemerintahan
ayahnya, masa pemerintahan raja Jayanāgara banyak dirongrong oleh
pemberontakan orang-orang yang sebelumnya membantu Raden Wijaya
mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan
menyebabkan banyak pahlawan yang berjasa besar akhirnya dicap sebagai
musuh kerajaan. Pada mulanya Jayanāgara juga terpengaruh oleh hasutan
Mahāpati yang menjadi biang keladi perselisihan tersebut, namun kemudian
ia menyadari kesalahan ini dan memerintahkan pengawalnya untuk
menghukum mati orang kepercayaannya itu. Dalam situasi yang demikian
muncul seorang prajurit yang cerdas dan gagah berani bernama Gajah Mada.
Ia muncul sebagai tokoh yang berhasil mamadamkan pemberontakan Kuti,
padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal
raja (běkěl bhayangkāri). Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi
dikemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yang sangat tinggi
di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Mahamantri
kerajaan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Setelah peristiwa Bubat, Mahāpatih Gajah
Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut, sedangkan
Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan sepupunya sendiri bernama Pāduka
Śori, anak dari Bhre Wĕngkĕr yang masih terhitung bibinya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk kerajaan
Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar yang kuat, baik di bidang
ekonomi maupun politik. Hayam Wuruk memerintahkan pembuatan
bendungan-bendungan dan saluran-saluran air untuk kepentingan irigasi
dan mengendalikan banjir. Sejumlah pelabuhan sungai pun dibuat untuk
memudahkan transportasi dan bongkar muat barang. Empat belas tahun
setelah ia memerintah, Mahāpatih Gajah Mada meninggal dunia di tahun
1364. Jabatan patih Hamangkubhūmi tidak terisi selama tiga tahun sebelum
akhirnya Gajah Enggon ditunjuk Hayam Wuruk mengisi jabatan itu.
Sayangnya tidak banyak informasi tentang Gajah Enggon di dalam prasasti
atau pun naskah-naskah masa Majapahit yang dapat mengungkap sepak
terjangnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Raja Hayam Wuruk wafat tahun 1389.
Menantu yang sekaligus merupakan keponakannya sendiri yang bernama
Wikramawarddhana naik tahta sebagai raja, justru bukan Kusumawarddhani
yang merupakan garis keturunan langsung dari Hayam Wuruk. Ia memerintah
selama duabelas tahun sebelum mengundurkan diri sebagai pendeta. Sebelum
turun tahta ia menujuk puterinya, Suhita menjadi ratu. Hal ini tidak
disetujui oleh Bhre Wirabhūmi, anak Hayam Wuruk dari seorang selir yang
menghendaki tahta itu dari keponakannya. Perebutan kekuasaan ini
membuahkan sebuah perang saudara yang dikenal dengan Perang Parěgrěg.
Bhre Wirabhumi yang semula memperoleh kemenanggan akhirnya harus
melarikan diri setelah Bhre Tumapĕl ikut campur membantu pihak Suhita.
Bhre Wirabhūmi kalah bahkan akhirnya terbunuh oleh Raden Gajah.
Perselisihan keluarga ini membawa dendam yang tidak berkesudahan.
Beberapa tahun setelah terbunuhnya Bhre Wirabhūmi kini giliran Raden
Gajah yang dihukum mati karena dianggap bersalah membunuh bangsawan
tersebut.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Suhita wafat tahun 1477, dan karena tidak
mempunyai anak maka kedudukannya digantikan oleh adiknya, Bhre Tumapĕl
Dyah Kĕrtawijaya. Tidak lama ia memerintah digantikan oleh Bhre Pamotan
bergelar Śri Rājasawardhana yang juga hanya tiga tahun memegang tampuk
pemerintahan. Bahkan antara tahun 1453-1456 kerajaan Majapahit tidak
memiliki seorang raja pun karena pertentangan di dalam keluarga yang
semakin meruncing. Situasi sedikit mereda ketika Dyah Sūryawikrama
Giriśawardhana naik tahta. Ia pun tidak lama memegang kendali kerajaan
karena setelah itu perebutan kekuasaan kembali berkecambuk. Demikianlah
kekuasaan silih berganti beberapa kali dari tahun 1466 sampai menjelang
tahun 1500. Berita-berita Cina, Italia, dan Portugis masih menyebutkan
nama Majapahit di tahun 1499 tanpa menyebutkan nama rajanya. Semakin
meluasnya pengaruh kerajaan kecil Demak di pesisir utara Jawa yang
menganut agama Islam, merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan
Majapahit. Tahun 1522 Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah
kerajaan melainkan hanya sebuah kota. Pemerintahan di Pulau Jawa telah
beralih ke Demak di bawah kekuasaan Adipati Unus, anak Raden Patah,
pendiri kerajaan Demak yang masih keturunan Bhre Kertabhūmi. Ia
menghancurkan Majapahit karena ingin membalas sakit hati neneknya yang
pernah dikalahkan raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Demikianlah
maka pada tahun 1478 hancurlah Majapahit sebagai sebuah kerajaan
penguasa nusantara dan berubah satusnya sebagai daerah taklukan raja
Demak. Berakhir pula rangkaian penguasaan raja-raja Hindu di Jawa Timur
yang dimulai oleh Keng Angrok saat mendirikan kerajaan Singhāsari,
digantikan oleh sebuah bentuk kerajaan baru bercorak agama Islam.</b></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b>Ironisnya, pertikaian keluarga dan dendam
yang berkelanjutan menyebabkan ambruknya kerajaan ini, bukan disebabkan
oleh serbuan dari bangsa lain yang menduduki Pulau Jawa.</b></div>
<span class="author"><br /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-71953499426442012-07-21T11:47:00.001+07:002012-08-08T16:24:51.542+07:00Sejarah nama Indonesia<h1 class="firstHeading" id="firstHeading" style="color: #3d85c6;">
<b><span dir="auto">Sejarah nama Indonesia </span></b></h1>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indocina" title="Indocina">Indocina</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia">Australia</a> dengan aneka nama.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kronik-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kronik" title="Kronik">kronik</a> bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa" title="Tionghoa">Tionghoa</a> menyebut kawasan ini sebagai </b><b>Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan").</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Berbagai catatan kuno bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a> menamai kepulauan ini </b><b>Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sanskerta" title="Bahasa Sanskerta">bahasa Sanskerta</a> <i>dwipa</i> (pulau) dan <i>antara</i> (luar, seberang). Kisah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana" title="Ramayana">Ramayana</a> karya pujangga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Walmiki" title="Walmiki">Walmiki</a> menceritakan pencarian terhadap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sinta" title="Sinta">Sinta</a>, istri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rama" title="Rama">Rama</a> yang diculik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rahwana" title="Rahwana">Rahwana</a>, sampai ke <i>Suwarnadwipa</i> ("Pulau Emas", diperkirakan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumatera" title="Pulau Sumatera">Pulau Sumatera</a> sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab" title="Bangsa Arab">Bangsa Arab</a> menyebut wilayah kepulauan itu sebagai </b><b>Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawa" title="Pulau Jawa">Jawa</a>). Nama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latin" title="Bahasa Latin">Latin</a> untuk <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemenyan" title="Kemenyan">kemenyan</a>, <i>benzoe</i>, berasal dari nama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab">bahasa Arab</a>, <i>luban jawi</i> ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Styrax_sumatrana&action=edit&redlink=1" title="Styrax sumatrana (halaman belum tersedia)">Styrax sumatrana</a></i>
yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita
masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk
orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga
dikenal nama-nama <i>Samathrah</i> (Sumatera), <i>Sholibis</i> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sulawesi" title="Pulau Sulawesi">Pulau Sulawesi</a>), dan <i>Sundah</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda" title="Sunda">Sunda</a>) yang disebut <i>kulluh Jawi</i> ("semuanya Jawa").</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persia" title="Persia">Persia</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok">Tiongkok</a>. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah </b><b>Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Tenggara" title="Asia Tenggara">Asia Tenggara</a> dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama </b><b>Kepulauan Hindia (<i>Indische Archipel</i>, <i>Indian Archipelago</i>, <i>l'Archipel Indien</i>) atau </b><b>Hindia Timur (<i>Oost Indie</i>, <i>East Indies</i>, <i>Indes Orientales</i>). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "</b><b>Kepulauan Melayu" (<i>Maleische Archipel</i>, <i>Malay Archipelago</i>, <i>l'Archipel Malais</i>).</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi </b><b>Nederlandsch-Indie (</b><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda" title="Hindia-Belanda">Hindia-Belanda</a>). Pemerintah pendudukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang" title="Jepang">Jepang</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1942" title="1942">1942</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a> memakai istilah </b><b>To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eduard_Douwes_Dekker" title="Eduard Douwes Dekker">Eduard Douwes Dekker</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1820" title="1820">1820</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1887" title="1887">1887</a>), yang dikenal dengan nama samaran <i>Multatuli</i>, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "</b><b>Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latin" title="Bahasa Latin">bahasa Latin</a> "<i>insula</i>"
berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau
pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20" title="Abad ke-20">abad ke-20</a>.</b></div>
<table class="toc" id="toc" style="color: #3d85c6;">
<tbody>
<tr>
<td><div id="toctitle">
<h2>
<b>Daftar isi</b></h2>
</div>
<ul>
<li class="toclevel-1 tocsection-1"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#Nama_Indonesia"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Nama Indonesia</span></a></b></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-2"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#Politik"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Politik</span></a></b></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-3"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#Lihat_pula"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Lihat pula</span></a></b></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-4"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#Rujukan"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Rujukan</span></a></b></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-5"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#Pranala_luar"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Pranala luar</span></a></b></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-6"><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#Referensi"><span class="tocnumber">6</span> <span class="toctext">Referensi</span></a></b></li>
</ul>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Nama_Indonesia">Nama Indonesia</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1847" title="1847">1847</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura" title="Singapura">Singapura</a> terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Journal_of_the_Indian_Archipelago_and_Eastern_Asia&action=edit&redlink=1" title="Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (halaman belum tersedia)">Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia</a></i> (JIAEA, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia" title="Bahasa Indonesia">BI</a>: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/James_Richardson_Logan" title="James Richardson Logan">James Richardson Logan</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1819" title="1819">1819</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1869" title="1869">1869</a>), seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Skotlandia" title="Skotlandia">Skotlandia</a> yang meraih sarjana <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum" title="Hukum">hukum</a> dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Edinburgh&action=edit&redlink=1" title="Universitas Edinburgh (halaman belum tersedia)">Universitas Edinburgh</a>. Kemudian pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1849" title="1849">1849</a> seorang ahli etnologi bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris" title="Inggris">Inggris</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=George_Samuel_Windsor_Earl&action=edit&redlink=1" title="George Samuel Windsor Earl (halaman belum tersedia)">George Samuel Windsor Earl</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1813" title="1813">1813</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1865" title="1865">1865</a>), menggabungkan diri sebagai redaksi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah" title="Majalah">majalah</a> JIAEA.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam </b><b>JIAEA volume IV tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1850" title="1850">1850</a>, halaman 66-74, Earl menulis artikel <i>On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations</i>
("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan
Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah
tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk
memiliki nama khas (<i>a distinctive name</i>), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: </b><b>Indunesia atau </b><b>Malayunesia ("<i>nesos</i>" dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunani" title="Bahasa Yunani">bahasa Yunani</a> berarti "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau" title="Pulau">pulau</a>"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia" title="Bahasa Indonesia">Bahasa Indonesia</a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris" title="Bahasa Inggris">Bahasa Inggris</a>):</b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>"<i>... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"</i>".</b></dd></dl>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu)
daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat
untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon
(sebutan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Srilanka" title="Srilanka">Srilanka</a> saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maladewa" title="Maladewa">Maladewa</a>). Earl berpendapat juga bahwa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu" title="Bahasa Melayu">bahasa Melayu</a>
dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang
menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The <i>Ethnology of the Indian Archipelago</i>
("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun
menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab
istilah </b><b>Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf </b><b>u digantinya dengan huruf </b><b>o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah </b><b>Indonesia. <sup class="reference" id="cite_ref-uhpress_0-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#cite_note-uhpress-0">[1]</a></sup></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini
bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang
dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak
pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia):</b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>"<i>Mr Earl menyarankan istilah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Etnografi" title="Etnografi">etnografi</a> "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografis" title="Geografis">geografis</a> murni "Indonesia", yang hanya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sinonim" title="Sinonim">sinonim</a> yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia</i>"</b></dd></dl>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari
bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu
Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini
menyebar di kalangan para ilmuwan bidang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Etnologi" title="Etnologi">etnologi</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi" title="Geografi">geografi</a>. <sup class="reference" id="cite_ref-uhpress_0-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#cite_note-uhpress-0">[1]</a></sup></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1884" title="1884">1884</a> guru besar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Etnologi" title="Etnologi">etnologi</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Berlin" title="Universitas Berlin">Universitas Berlin</a> yang bernama </b><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Adolf_Bastian" title="Adolf Bastian">Adolf Bastian</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1826" title="1826">1826</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1905" title="1905">1905</a>) menerbitkan buku <i>Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel</i>
("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima
volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan
itu pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1864" title="1864">1864</a> sampai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1880" title="1880">1880</a>.
Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan
sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah
"Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara
lain tercantum dalam <i>Encyclopedie van Nederlandsch-Indië</i> tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1918" title="1918">1918</a>. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inlanders" title="Inlanders">Pribumi</a> yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantara" title="Ki Hajar Dewantara">Ki Hajar Dewantara</a>). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1913" title="1913">1913</a> ia mendirikan sebuah biro <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pers" title="Pers">pers</a> dengan nama <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesische_Persbureau" title="Indonesische Persbureau">Indonesische Persbureau</a></i>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Nama </b><b>Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti <i>Indisch</i> ("Hindia") oleh Prof <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cornelis_van_Vollenhoven" title="Cornelis van Vollenhoven">Cornelis van Vollenhoven</a> (1917). Sejalan dengan itu, <i><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inlander" title="Inlander">inlander</a></i> ("pribumi") diganti dengan <i>Indonesiër</i> ("orang Indonesia").</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Politik">Politik</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada dasawarsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1920-an" title="1920-an">1920-an</a>,
nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan
geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan
Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis,
yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai
akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap
pemakaian kata ciptaan Logan itu. <sup class="reference" id="cite_ref-uhpress_0-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia#cite_note-uhpress-0">[1]</a></sup></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1922" title="1922">1922</a> atas inisiatif <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta" title="Mohammad Hatta">Mohammad Hatta</a>, seorang mahasiswa <i>Handels Hoogeschool</i> (Sekolah Tinggi Ekonomi) di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rotterdam" title="Rotterdam">Rotterdam</a>, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereeniging" title="Indische Vereeniging">Indische Vereeniging</a>) berubah nama menjadi <i><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesische_Vereeniging" title="Indonesische Vereeniging">Indonesische Vereeniging</a></i> atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, <i>Hindia Poetra</i>, berganti nama menjadi <i>Indonesia Merdeka</i>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,</b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>"<i>Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (</i>de toekomstige vrije Indonesische staat<i>)
mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab
dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama
Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (</i>een politiek doel<i>),
karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan,
dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha
dengan segala tenaga dan kemampuannya.</i>"</b></dd></dl>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Di Indonesia Dr. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutomo" title="Sutomo">Sutomo</a> mendirikan <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Studie_Club&action=edit&redlink=1" title="Indonesische Studie Club (halaman belum tersedia)">Indonesische Studie Club</a></i> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1924" title="1924">1924</a>. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia" title="Partai Komunis Indonesia">Partai Komunis Indonesia</a> (PKI). Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1925" title="1925">1925</a> <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Islamieten_Bond&action=edit&redlink=1" title="Jong Islamieten Bond (halaman belum tersedia)">Jong Islamieten Bond</a> membentuk kepanduan <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nationaal_Indonesische_Padvinderij&action=edit&redlink=1" title="Nationaal Indonesische Padvinderij (halaman belum tersedia)">Nationaal Indonesische Padvinderij</a></i> (<i>Natipij</i>).
Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama
"Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah
air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/28_Oktober" title="28 Oktober">28 Oktober</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1928" title="1928">1928</a>, yang kini dikenal dengan sebutan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda" title="Sumpah Pemuda">Sumpah Pemuda</a>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada bulan Agustus <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1939" title="1939">1939</a> tiga orang anggota <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Volksraad" title="Volksraad">Volksraad</a></i> (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Husni_Thamrin" title="Muhammad Husni Thamrin">Muhammad Husni Thamrin</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wiwoho_Purbohadidjojo&action=edit&redlink=1" title="Wiwoho Purbohadidjojo (halaman belum tersedia)">Wiwoho Purbohadidjojo</a>, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sutardjo_Kartohadikusumo&action=edit&redlink=1" title="Sutardjo Kartohadikusumo (halaman belum tersedia)">Sutardjo Kartohadikusumo</a>, mengajukan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mosi&action=edit&redlink=1" title="Mosi (halaman belum tersedia)">mosi</a> kepada Pemerintah Belanda agar nama <i>Indonesië</i> diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dengan pendudukan Jepang pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/8_Maret" title="8 Maret">8 Maret</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1942" title="1942">1942</a>, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustus" title="17 Agustus">17 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a>, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Indonesia" title="Republik Indonesia">Republik Indonesia</a>.</b></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-91183916630483878892012-07-21T11:22:00.000+07:002012-08-08T16:25:15.799+07:00Proklamasi Kemerdekaan Indonesia<h1 class="firstHeading" id="firstHeading" style="color: #3d85c6;">
<b><span dir="auto">Proklamasi Kemerdekaan Indonesia </span></b></h1>
<h1 class="firstHeading" id="firstHeading" style="color: #3d85c6; font-weight: normal;">
<b><span style="font-size: small;">Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agustus_1945" title="Agustus 1945">Agustus 1945</a> Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Jepang" title="Tahun Jepang">tahun Jepang</a> dibacakan oleh Ir. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno" title="Soekarno">Soekarno</a> yang didampingi oleh Drs. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta" title="Mohammad Hatta">Mohammad Hatta</a> di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. </span></b></h1>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Latar_belakang">Latar belakang</span></b></h2>
<table class="noprint" style="border-collapse: collapse; border: 1px solid rgb(170, 170, 170); clear: right; color: #3d85c6; float: right; font-size: 90%; margin: 0pt 0pt 1em 1em;"><tbody>
<tr><th style="background: #ccf; font-size: 111%; padding: 0 5px;"><b><br /></b></th></tr>
<tr><td align="center"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #ececec; padding: 0 5px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td style="background: #fff; font-size: 90%; padding: 0 5px 0 10px;"><b><br /></b></td></tr>
<tr><td align="right"><b><br /></b></td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/6_Agustus" title="6 Agustus">6 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a> sebuah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bom_atom" title="Bom atom">bom atom</a> dijatuhkan di atas kota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hiroshima,_Hiroshima" title="Hiroshima, Hiroshima">Hiroshima</a> Jepang oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat" title="Amerika Serikat">Amerika Serikat</a>
yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.
Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/BPUPKI" title="BPUPKI">BPUPKI</a>, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Persiapan_Kemerdekaan_Indonesia" title="Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia">Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia</a>) atau disebut juga <i>Dokuritsu Junbi Inkai</i> dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/9_Agustus" title="9 Agustus">9 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a>, bom atom kedua dijatuhkan di atas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nagasaki" title="Nagasaki">Nagasaki</a>
sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.</b></div>
<div class="thumb tright" style="color: #3d85c6;">
<div class="thumbinner" style="width: 252px;">
<b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg&filetimestamp=20090622105756"><img alt="Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg" class="thumbimage" height="164" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/90/Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg/250px-Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg" width="250" /></a></b>
<br />
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg&filetimestamp=20090622105756" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></div>
</div>
</div>
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Soekarno, Hatta selaku pimpinan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/PPKI" title="PPKI">PPKI</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Radjiman_Wedyodiningrat" title="Radjiman Wedyodiningrat">Radjiman Wedyodiningrat</a> sebagai mantan ketua <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/BPUPKI" title="BPUPKI">BPUPKI</a> diterbangkan ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dalat" title="Dalat">Dalat</a>, 250 km di sebelah timur laut <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saigon" title="Saigon">Saigon</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam" title="Vietnam">Vietnam</a> untuk bertemu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marsekal_Terauchi" title="Marsekal Terauchi">Marsekal Terauchi</a>.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>, pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustus" title="10 Agustus">10 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutan_Syahrir" title="Sutan Syahrir">Sutan Syahrir</a>
telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai
hadiah Jepang.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/12_Agustus" title="12 Agustus">12 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang" title="Jepang">Jepang</a> melalui <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marsekal_Terauchi" title="Marsekal Terauchi">Marsekal Terauchi</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dalat" title="Dalat">Dalat</a>,
Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
tergantung cara kerja PPKI.<sup class="reference" id="cite_ref-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia#cite_note-0">[1]</a></sup> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutan_Syahrir" title="Sutan Syahrir">Sutan Syahrir</a>
mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi
menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di
Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah
yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia
belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Persiapan_Kemerdekaan_Indonesia" title="Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia">Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia</a>
(PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan
Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah'
dari Jepang (sic).</b></div>
<div class="thumb tright" style="color: #3d85c6;">
<div class="thumbinner" style="width: 252px;">
<b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jpg&filetimestamp=20090622111156"><img alt="Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg" class="thumbimage" height="175" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b7/Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jpg/250px-Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jpg" width="250" /></a></b>
<br />
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jpg&filetimestamp=20090622111156" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></div>
</div>
</div>
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/14_Agustus" title="14 Agustus">14 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a> Jepang menyerah kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekutu" title="Sekutu">Sekutu</a>. Tentara dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Laut_Jepang" title="Angkatan Laut Jepang">Angkatan Laut Jepang</a>
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir,
Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/BBC" title="BBC">BBC</a>.
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan
muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak
menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak
menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk
oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita
sendiri, bukan pemberian Jepang.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (<i>Gunsei</i>) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di <i>Koningsplein</i> (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor <i>Bukanfu</i>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maeda_Tadashi" title="Maeda Tadashi">Laksamana Muda Maeda</a>,
di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan
mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta
masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan
Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di
kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak
dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak
tahu telah terjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok" title="Peristiwa Rengasdengklok">peristiwa Rengasdengklok</a>.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Peristiwa_Rengasdengklok">Peristiwa Rengasdengklok</span></b></h2>
<div class="dablink noprint" style="color: #3d85c6;">
<b><img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" /> <span style="font-size: large;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok" title="Peristiwa Rengasdengklok">peristiwa Rengasdengklok</a></span></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Para pemuda pejuang, termasuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Chaerul_Saleh" title="Chaerul Saleh">Chaerul Saleh</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sukarni" title="Sukarni">Sukarni</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikana" title="Wikana">Wikana</a> --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka" title="Tan Malaka">Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka</a> --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/16_Agustus" title="16 Agustus">16 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a>. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fatmawati" title="Fatmawati">Fatmawati</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Guntur" title="Guntur">Guntur</a> yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok" title="Peristiwa Rengasdengklok">peristiwa Rengasdengklok</a>.
Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno
bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan
Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan
golongan tua, yaitu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Subardjo" title="Ahmad Subardjo">Mr. Ahmad Soebardjo</a>
melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf
Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rengasdengklok" title="Rengasdengklok">Rengasdengklok</a>.
Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu -
buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka
pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang
kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan
setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk
menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi)
sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.</b></div>
<h4 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Pertemuan_Soekarno.2FHatta_dengan_Jenderal_Mayor_Nishimura_dan_Laksamana_Muda_Maeda">Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda</span></b></h4>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Moichiro_Yamamoto" title="Moichiro Yamamoto">Moichiro Yamamoto</a>, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (<i>Gunseikan</i>) di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda">Hindia Belanda</a> tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tadashi_Maeda" title="Tadashi Maeda">Tadashi Maeda</a> dan memerintahkan agar Mayor Jenderal <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otoshi_Nishimura&action=edit&redlink=1" title="Otoshi Nishimura (halaman belum tersedia)">Otoshi Nishimura</a>,
Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk
menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa
sejak siang hari tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/16_Agustus" title="16 Agustus">16 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a> telah diterima perintah dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tokyo" title="Tokyo">Tokyo</a> bahwa Jepang harus menjaga <i>status quo</i>,
tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan
Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dalat" title="Dalat">Dalat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam" title="Vietnam">Vietnam</a>.
Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura
apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji
agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar
Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura
tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam
meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda
mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung
Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak
punya wewenang memutuskan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maeda_Tadashi" title="Maeda Tadashi">Laksamana Maeda</a> (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi" title="Proklamasi">Proklamasi</a>.
Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan
Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan
teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan
disaksikan oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarni" title="Soekarni">Soekarni</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/B.M._Diah" title="B.M. Diah">B.M. Diah</a>, Sudiro (Mbah) dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sayuti_Melik" title="Sayuti Melik">Sayuti Melik</a>.
Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan
penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada
Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan
menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan
administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan
kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M
Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim
Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih
didengungkan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik
naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor
perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia#cite_note-1">[2]</a></sup> Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lapangan_Ikada" title="Lapangan Ikada">Lapangan Ikada</a>, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Pegangsaan_Timur_56" title="Jalan Pegangsaan Timur 56">Jalan Pegangsaan Timur 56</a><sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia#cite_note-2">[3]</a></sup> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Detik-detik_Pembacaan_Naskah_Proklamasi">Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi</span></b></h2>
<div class="thumb tright" style="color: #3d85c6;">
<div class="thumbinner" style="width: 352px;">
<b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Proklamasi.png&filetimestamp=20100914053139"><img alt="" class="thumbimage" height="235" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/07/Proklamasi.png/350px-Proklamasi.png" width="350" /></a></b>
<br />
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Proklamasi.png&filetimestamp=20100914053139" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></div>
<b>
Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional" title="Monumen Nasional">Monumen Nasional</a></b></div>
</div>
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00
dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi
Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M
Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik
oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Pegangsaan_Timur_56" title="Jalan Pegangsaan Timur 56">Jalan Pegangsaan Timur 56</a> telah hadir antara lain <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soewirjo&action=edit&redlink=1" title="Soewirjo (halaman belum tersedia)">Soewirjo</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wilopo" title="Wilopo">Wilopo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gafar_Pringgodigdo&action=edit&redlink=1" title="Gafar Pringgodigdo (halaman belum tersedia)">Gafar Pringgodigdo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tabrani&action=edit&redlink=1" title="Tabrani (halaman belum tersedia)">Tabrani</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/SK_Trimurti" title="SK Trimurti">Trimurti</a>.
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh
Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah
Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul
dengan sambutan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soewirjo&action=edit&redlink=1" title="Soewirjo (halaman belum tersedia)">Soewirjo</a>, wakil walikota Jakarta saat itu dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dr._Moewardi" title="Dr. Moewardi">Moewardi</a>, pimpinan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barisan_Pelopor" title="Barisan Pelopor">Barisan Pelopor</a>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada awalnya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/SK_Trimurti" title="SK Trimurti">Trimurti</a>
diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab
itu ditunjuklah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Latief_Hendraningrat" title="Latief Hendraningrat">Latief Hendraningrat</a>, seorang prajurit <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/PETA" title="PETA">PETA</a>, dibantu oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soehoed&action=edit&redlink=1" title="Soehoed (halaman belum tersedia)">Soehoed</a> untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Saka_Merah_Putih" title="Sang Saka Merah Putih">Sang Saka Merah Putih</a>), yang dijahit oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fatmawati" title="Fatmawati">Fatmawati</a> beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya" title="Indonesia Raya">Indonesia Raya</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia#cite_note-3">[4]</a></sup>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barisan_Pelopor" title="Barisan Pelopor">Barisan Pelopor</a>
yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak
mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka
menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak.
Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia#cite_note-4">[5]</a></sup></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang
Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya
dikenal sebagai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/UUD_45" title="UUD 45">UUD 45</a>.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia
yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan
dibentuk kemudian.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto
Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden
akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Isi_Teks_Proklamasi">Isi Teks Proklamasi</span></b></h2>
<center style="color: #3d85c6;">
<b>Naskah Klad</b></center>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan
tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.</b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Djakarta, 17-8-05</b></dd><dd><b>Wakil-wakil bangsa Indonesia.</b></dd><dd><b>Soekarno/Hatta</b></dd></dl>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Naskah_baru_setelah_mengalami_perubahan">Naskah baru setelah mengalami perubahan</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Di dalam teks proklamasi terdapat beberapa perubahan yaitu terdapat pada:</b></div>
<ul style="color: #3d85c6;">
<li><b>Kata <i>tempoh</i> diubah menjadi <i>tempo</i></b></li>
<li><b>Kata <i>Wakil-wakil bangsa Indonesia</i> diubah menjadi <i>Atas nama bangsa Indonesia</i></b></li>
<li><b>Kata <i>Djakarta, 17-8-05</i> diubah menjadi <i>Djakarta, hari 17 boelan 08 tahun '05</i></b></li>
<li><b>Naskah proklamasi klad yang tidak ditandatangani kemudian menjadi
otentik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta</b></li>
<li><b>Kata <i>Hal2</i> diubah menjadi <i>Hal-hal</i></b></li>
</ul>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Isi teks <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi" title="Proklamasi">proklamasi</a> kemerdekaan yang singkat ini adalah:</b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b><i>Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.</i></b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b><i>Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan</i></b></dd><dd><b><i>dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.</i></b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd>
<dl><dd>
<dl><dd><b><i>Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05</i></b></dd><dd><b><i>Atas nama bangsa Indonesia.</i></b></dd><dd><b><i>Soekarno/Hatta</i></b></dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jepang" title="Kalender Jepang">tahun Jepang</a> yang kala itu adalah tahun 2605.</b></div>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Naskah_Otentik">Naskah Otentik</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Teks diatas merupakan hasil ketikan dari </b><b>Sayuti Melik (atau <i>Sajoeti Melik</i>), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi" title="Proklamasi">proklamasi</a>.</b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd><b><i><u>Proklamasi</u></i></b></dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b><i>Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.</i></b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b><i>Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan</i></b></dd><dd><b><i>dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.</i></b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd>
<dl><dd>
<dl><dd><b><i>Djakarta, 17-8-'05</i></b></dd><dd><b><i>Wakil2 bangsa Indonesia.</i></b></dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Teks_pidato_proklamasi_kemerdekaan_Indonesia">Teks pidato proklamasi kemerdekaan Indonesia</span></b></h2>
<div class="thumb tright" style="color: #3d85c6;">
<div class="thumbinner" style="width: 222px;">
<b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Proclamation_Monument_Jakarta.JPG&filetimestamp=20101122173143"><img alt="" class="thumbimage" height="164" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/74/Proclamation_Monument_Jakarta.JPG/220px-Proclamation_Monument_Jakarta.JPG" width="220" /></a></b>
<br />
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Proclamation_Monument_Jakarta.JPG&filetimestamp=20101122173143" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></div>
<b>
Tugu Proklamasi di jalan Proklamasi (dulu jalan Pegangsaan) tempat dibacakannya naskah proklamasi pada tahun 1945</b></div>
</div>
</div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Saudara-saudara sekalian!</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang
naik, dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam
arah cita-cita kami.</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan
nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa
kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus
membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita
sendiri.</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib
tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu
bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri
akan dapat berdiri dalam kekuatan.</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh
Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan
suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang waktu untuk
mendeklarasikan kemerdekaan.</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Saudara-saudara:</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu.</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Dengarkan proklamasi kami:</b></dd></dl>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><br /></b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>PROKLAMASI</b></dd><dd><b>KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN
DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG
SESINGKAT-SINGKATNYA.</b></dd><dd><b>DJAKARTA, 17 Agustus 1945</b></dd><dd><b>ATAS NAMA BANGSA INDONESIA<br />
SUKARNO-HATTA</b></dd></dl>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><br /></b></div>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Jadi, Saudara-saudara!</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Kita sekarang sudah bebas!</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!</b></dd></dl>
<dl style="color: #3d85c6;"><dd><b>Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas,
Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan
memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini! <sup class="reference" id="cite_ref-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia#cite_note-5">[6]</a></sup></b></dd></dl>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Cara_Penyebaran_Teks_Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia">Cara Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945">1945</a>
masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk
menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia,
merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami
keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>.
Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa
proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya
ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 di daerah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>
dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari
itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio
dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/ANTARA" title="ANTARA">ANTARA</a>),
Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan
Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang
markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut.
Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke
ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi
telah tersiar ke luar melalui udara.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran
berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk
terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah
jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran
tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945
pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang
masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama
Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata
membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya
Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan
pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah
selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita
proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir
seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945
memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran
pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang
berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan
Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat
Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding
tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan <i>Respect our Constitution, August 17!</i>(Hormatilah
Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!) Melalui berbagai cara dan media
tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat
tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping
melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung
oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para
utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.</b></div>
<ul style="color: #3d85c6;">
<li><b>Teuku Mohammad Hassan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a>.</b></li>
<li><b>Sam Ratulangi dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi">Sulawesi</a>.</b></li>
<li><b>Ktut Pudja dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kecil" title="Sunda Kecil">Sunda Kecil</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a>).</b></li>
<li><b>A. A. Hamidan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" title="Kalimantan">Kalimantan</a>.</b></li>
</ul>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Peringatan_17_Agustus_1945">Peringatan 17 Agustus 1945</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_pinang" title="Panjat pinang">lomba panjat pinang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makan_kerupuk" title="Makan kerupuk">lomba makan kerupuk</a>, sampai upacara militer di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Merdeka" title="Istana Merdeka">Istana Merdeka</a>, seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing.</b></div>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Lomba-lomba_tradisional">Lomba-lomba tradisional</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi
Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga
setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa</b></div>
<ul style="color: #3d85c6;">
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_pinang" title="Panjat pinang">Panjat pinang</a></b></li>
<li><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Balap_bakiak&action=edit&redlink=1" title="Balap bakiak (halaman belum tersedia)">Balap bakiak</a></b></li>
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarik_tambang" title="Tarik tambang">Tarik tambang</a></b></li>
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_lambat" title="Sepeda lambat">Sepeda lambat</a></b></li>
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makan_kerupuk" title="Makan kerupuk">Makan kerupuk</a></b></li>
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Balap_karung" title="Balap karung">Balap karung</a></b></li>
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_bantal" title="Perang bantal">Perang bantal</a></b></li>
<li><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemecahan_balon&action=edit&redlink=1" title="Pemecahan balon (halaman belum tersedia)">Pemecahan balon</a></b></li>
<li><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengambilan_koin_dalam_terigu&action=edit&redlink=1" title="Pengambilan koin dalam terigu (halaman belum tersedia)">Pengambilan koin dalam terigu</a></b></li>
<li><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lari_Kelereng" title="Lari Kelereng">Lari Kelereng</a></b></li>
</ul>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Peringatan_Detik-detik_Proklamasi">Peringatan Detik-detik Proklamasi</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_RI" title="Presiden RI">Presiden RI</a> selaku <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Inspektur_Upacara&action=edit&redlink=1" title="Inspektur Upacara (halaman belum tersedia)">Inspektur Upacara</a>.
Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun
televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan
sirene, pengibaran bendera <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Saka_Merah_Putih" title="Sang Saka Merah Putih">Sang Saka Merah Putih</a> (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.</b></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-79472913600333861002012-07-20T16:01:00.001+07:002012-08-08T16:26:07.373+07:00<h1 class="entry-title single-entry-title" style="color: #3d85c6; width: 100%;">
Roro Jonggrang, Asal-usul Candi Prambanan </h1>
<h3 class="judul laporan_wartawan" style="color: #3d85c6;">
<b>Roro Jonggrang, Asal-usul Candi Prambanan</b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Pada jaman dahulu kala</b>, berdirilah
kerajaan Pengging di wilayah Jawa Dwipa tepatnya Jawa Tengah di sebelah
utara. Kerajaan pengging merupakan kerajaan yang luas wilayah
kekuasaannya, dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan sakti
mandraguna. Raja bijaksana itu adalah Prabu Damarmoyo (Damar Maya),
seorang raja yang disayangi oleh rakyatnya yang hidup makmur dan adil.
Rakyat Pengging hidup makmur berkat pertanian dan perdagangan yang
sangat baik, rakyatnya sejahtera dan sentosa tidak kurang satu apapun.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Prabu Damarmoyo mempunyai seorang putera pangeran bernama Bandung
Bondowoso, yang juga seorang kesatria yang sakti gagah perkasa. Karena
keahliannya dalam bertempur, Bandung Bondowoso merupakan panglima perang
kerajaan Pengging. Bandung Bondowoso sudah dikenal sebagai sosok
penglima perang yang disegani oleh lawan maupun kawan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Di sebelah selatan terdapat juga sebuah kerajaan besar lainnya yang
bertetangga dengan kerajaan Pengging yaitu kerajaan Boko (Baka).
Kerajaan ini juga mempunyai kekuasaan yang amat luas. Namun kerajaan ini
mempunyai karakter yang berbeda dengan kerajaan Pengging. Ketenteraman
rakyat rakyatnya dibungkus oleh rasa ketakutannya terhadap rajanya
yang bernama Prabu Boko. Prabu Boko adalah seorang raja yang berwujut
raksasa yang sangat ambisius.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Karena Prabu Boko adalah raja yang tamak dan rakus, maka bersama sang
patih yang juga raksasa bernama Patih Gupala, mereka memipin
pemerintahan dengan aturan yang memberatkan bagi rakyatnya. Rakyatnya
dipungut pajak tinggi dan bagi para kaum pria yang masih kuat diwajibkan
untuk menjadi prajurit kerajaan. Pajak pendapatan dari rakyat ini
digunakan untuk keperlua perang dan membiayai prajuritnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Prabu Boko mempunyai ambisi ingin memperluas wilayah kerajaannya
dangan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada menjadi tetangganya.
Bersama sang Patih dan didukung oleh jumlah prajurit yang banyak, Prabu
Boko telah berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan telah
berada di bawah kekuasaannya. Namun untuk menaklukkan kerajaan yang
terdekat yaitu Pengging, Sang Prabu memerlukan persiapan yang matang.
Pajak ditingkatkan lagi perekrutan prajurit juga ditambah terus
sehingga dirasakan menyengsarakan rakyatnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah persiapannya matang, berangkatlah pasukan dalam jumlah yang
besar menyerang Pengging. Pasukan ini dipimpin langsung oleh Prabu Boko
dan Patih Gupala. Pertempuran akhirnya meletus di Pengging dan
berlangsung lama karena kekuatan dari Boko yang besar dan dilawan oleh
prajurit Pengging yang sangat tangguh. Korbanpun banyak berjatuhan di
kedua belah fihak. Namun yang lebih tragis adalah rakyat tak berdosa
yang banyak menjadi korban. Banyak diantara mereka yang dijadikan
santapan bagi Prabu Boko dan sang Patih Gupala, banyak juga yang mati
kelaparan karena ketakutannya terhadap Prabu Boko.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Prabu Damarmoyo sangat prihatin melihat keadaan rakyatnya yang
sengsara akibat perang yang terlalu lama berlangsung. Untuk itu Prabu
Damarmoyo memutuskan untuk segera mengakiri perang tersebut. Maka
diutuslah Pangeran Bandung Bondowoso untuk membunuh Prabu Boko, karena
dengan demikian maka pasukannya akan takluk dengan sendirinya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bandung Bondowoso berhadapan langsung dengan Prabu Boko, ditantangnya
Prabu Boko untuk bertempur sampai mati. Berlangsunglah pertempuran
yang sangat dahsyat antar Bandung Bondowoso dan Prabu Boko. Pertempuran
di antara kedua orang sakti ini berlangsung lama namun akhirnya
Bandung Bondowoso bisa mengalahkan Prabu Boko dan berhasil membunuhnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Prajurit Boko pun sudah kocar-kacir dan akhirnya banyak yang
melarikan diri dan banyak juga yang terbunuh. Pasukan Boko berhasil
dipukul mundur demikian juga Patih Gupala melarikan diri pulang ke Boko.
Namun untuk menuntaskan perang dan demi membalas penderitaan rakyat
pengging, Pangeran Bandung Bondowoso dan pasukannya mengejar sang Patih
Gupala dan pasukannya hingga ke kerajaan Boko.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sampai di istana Boko yang terletak di atas bukit, pasukan Bandung
Bondowoso tidak mendapatkan perlawanan sama sekali dari kerajaan Boko.
Istana Boko tampak sedang berduka, dan punggawa kerajaan menyampaikan
kalau kerajaan Boko menyerah dan tidak akan menyerang Bandung Bondowoso
dan pasukannya. Kerajaan Boko saat ini dipimpin puteri Prabu Boko yang
bernama<a class="txt" href="http://www.ceritarakyat.net/roro-jonggrang/"> Roro Jonggrang (Loro Jonggrang),</a> tentu sangat memperhitungkan kekuatannya untuk melawan Bandung Bondowoso.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kerajaan Boko saat ini tidak mempunyai kekuatan untuk melawan pasukan
Bandung Bondowoso, dengan demikian Boko sudah berada di bawah
kekuasaan Bandung Bondowoso dan pasukannya. Suatu ketika Bandung
Bondowoso kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ternyata
Roro Jonggrang adalah seorang wanita yang cantik mempesona. Bandung
tidak menyangka kalau anak Prabu Boko yang raksasa itu merupakan
seorang yang cantik jelita. Maka terpesonalah Bandung Bondowoso, dan
bermaksud meminangnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Tentu saja keadaan ini membuat Roro Jonggrang semakin tertekan dan
terjadi konflik dalam dirinya. Jika menolak berarti mengibarkan bendera
perang dan kenyataanya sekarang Boko sudah berada di bawah kekuasaan
Bandung. Jika menerima, jelas mustahil karena tidaklah mungkin Roro
Jonggrang menerima orang yang telah membunuh ayahnya sendiri. Inilah
yang membuat Roro Jonggrang tidak tenang dan memaksanya untuk berfikir
keras supaya bisa keluar dari polemik ini tanpa harus mengorbankan
keselamatan kerajaannya dan rakyatnya.</b></div>
<table style="background: none repeat scroll 0% 0% rgb(0, 0, 0); color: #3d85c6; float: left; margin-right: 10px;">
<tbody>
<tr>
<td align="center" style="background-image: url(http://www.ceritarakyat.net/images/side-coklat.png); background-repeat: repeat-x; border: 1px solid #333333; padding: 2px;" valign="midle" width="100%"><b><br /></b></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bandung Bondowoso semakin hari semakin menggila pada <a class="txt" href="http://www.ceritarakyat.net/roro-jonggrang/">Roro Jonggrang </a>selalu
merayu dan melakukan pemaksaan-pemaksaan agar Jonggrang mau
dipersuntingnya. Keadaan ini tentu menambah pikiran Jonggrang semakin
pelik dan penuh konflik batin. Maka Roro Jonggrang harus mencari akal
untuk bisa menolak pinangan Bandung Bondowoso tanpa menimbulkan masalah.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bandung Bondowoso terus membujuk dan memaksa agar sang putri bersedia
dipersunting. Akhirnya Rara Jonggrang bersedia dinikahi oleh Bandung
Bondowoso, tetapi sebelumnya ia mengajukan dua syarat yang mustahil
untuk dikabulkan. Syarat pertama adalah ia meminta dibuatkan sumur yang
dinamakan sumur Jalatunda, syarat kedua adalah sang putri minta Bandung
Bondowoso untuk membangun seribu candi untuknya. Meskipun
syarat-syarat itu teramat berat dan mustahil untuk dipenuhi, Bandung
Bondowoso menyanggupinya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Segera dengan kesaktiannya sang pangeran berhasil menyelesaikan sumur
Jalatunda. Setelah sumur selesai, dengan bangga sang Pangeran
menunjukkan hasil karyanya. Putri Rara Jonggrang berusaha memperdaya
sang pangeran dengan membujuknya untuk turun ke dalam sumur dengan
alasan untuk memastikan bahwa sumber airnya cukup untuk keperluan
kerajaannya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur,<a class="txt" href="http://www.ceritarakyat.net/roro-jonggrang/"> Roro Jonggrang </a>memerintahkan
Patih Gupala untuk menutup dan menimbun sumur dengan batu, mengubur
Bandung Bondowoso hidup-hidup. Akan tetapi Bandung Bondowoso yang sakti
dan gagah perkasa berhasil keluar dengan mendobrak timbunan batu itu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bandung Bondowoso murka dibakar kemarahan akibat merasa kena tipu
daya Roro Jonggrang. Akan tetapi berkat kecantikan dan bujuk rayunya,
sang putri berhasil memadamkan kemarahan sang pangeran. Namun masih ada
satu lagi persyaratan yang harus dipenuhi untuk meminang Roro
Jonggrang, yaitu membuat candi yang jumlahnya seribu candi dalam satu
malam.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Untuk mewujudkan syarat kedua, maka dipilihlah tempat yang datar dan
luas yaitu di desa Prambanan. Sebelum melaksanakan proyeknya, Bandung
Bondowoso bersemadi dan memanggil makhluk halus, jin, setan, dan dedemit
dari dalam bumi. Sore hari menjelang malam, pekerjaan pun dimulai.
Malam itu terasa sangat mistis, gelap gulita, suara bergemuruh
bergelegar seperti petir namun tidak terlihat apapun, seolah angin
bertiup kencang dan tidak ada suara satupun hewan malam yang biasanya
bernyanyi. Seluruh penduduk desa Prambanan seolah terbius oleh pekatnya
malam dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Hingga menjelang pagi pekerjaan sudah hampir sempurna, masih kurang
satu candi lagi yang batu-batunya siap untuk disusun. Ketika Rara
Jonggrang mendengar kabar bahwa seribu candi sudah hampir rampung, sang
putri berusaha menggagalkan tugas Bondowoso. Ia membangunkan
dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk
padi. Ia kemudian memerintahkan agar membakar jerami di sisi timur.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Mengira bahwa pagi telah tiba dan sebentar lagi matahari akan terbit,
para makhluk halus lari ketakutan bersembunyi masuk kembali ke dalam
bumi. Akibatnya satu lagi candi yang siap untuk disusun tidak sempat
diselesaikannya. Datanglah<a class="txt" href="http://www.ceritarakyat.net/roro-jonggrang/"> Roro Jongrang </a>dengan
langkah yang tenang menghampiri Bandung Bondowoso. Dihitungnya candi
tersebut, akan tetapi didapatinya bahwa masih kurang satu lagi yang
belum dibangun.</b></div>
<b style="color: #3d85c6;">Bandung Bondowoso telah gagal memenuhi syarat yang diajukan Rara
Jonggrang. Ketika mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan
tipu muslihat Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso menjadi murka dan
mengutuk Rara Jonggrang menjadi sebuah arca batu. Maka sang putri pun
berubah menjadi arca yang terindah untuk menggenapi candi terakhir</b><b><b style="color: #3d85c6;">.</b></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-56769736016133058332012-07-20T15:55:00.002+07:002012-08-08T20:21:25.528+07:00Asal Usul Sejarah Candi Borobudur<div style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6439143244550858392" name="4956713469244912291"></a></b>
</div>
<h3 class="post-title" style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://asal-usul-motivasi.blogspot.com/2011/01/asal-usul-sejarah-candi-borobudur.html">Asal Usul Sejarah Candi Borobudur</a></b>
</h3>
<div style="color: #3d85c6;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip7T5A-LhBfNE0ZmpITW96JA-LFw3sPDXvaFFY7UT3QBxEAjKP4mJver7VD5cC45GsbUQUtwkJgcG6rPEmWQ-nMwZMx8VYpSMUbFcGZJlHRbztA9GdRKxZWwEf8kWSr9skwpFW_0ZhLq0/s1600/1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip7T5A-LhBfNE0ZmpITW96JA-LFw3sPDXvaFFY7UT3QBxEAjKP4mJver7VD5cC45GsbUQUtwkJgcG6rPEmWQ-nMwZMx8VYpSMUbFcGZJlHRbztA9GdRKxZWwEf8kWSr9skwpFW_0ZhLq0/s1600/1.jpg" /></a></b></div>
<b><span style="color: #3d85c6;">Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang
dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan,
pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah
timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung
Sumbing dan Gunung Sindoro.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6; font-size: medium;"><u>ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR</u></span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">WAKTU DIDIRIKAN</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan
tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui
secara pasti</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di
pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa
Wibhangga )</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.</span></b><br />
<a name='more'></a><b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan
kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di
daerah jawa tengah pada khususnya</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng –
lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang
bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga
sebagian khas Hindu </span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di
bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena
usaha untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><i style="color: #3d85c6;"><u>Tahap Pembangunan Borobudur</u></i></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* Tahap pertama</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara
750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai
bukti ada tata susun yang dibongkar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* Tahap kedua</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu
undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* Tahap ketiga</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan
dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak
undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* Tahap keempat</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">PENEMUAN KEMBALI</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang
merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi
bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang
waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu
megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat
Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja
menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di
bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini
tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun
dan menutupi bangunannya.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi
penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman,</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang
menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua
sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya. </span></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyEFAXTeF7HucbiY4dBknaJ4FmY_NNHNXzLb9uR29d3AYYIlFbsxQv_l7ONSZUUqKwfcF9N5DyPEiab_fXenoQMiwhHDZXZV7M8rfkD-zrAECRmLGvfjyGODJ3VGkvIgoIMoQtpZ7cF60/s1600/2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyEFAXTeF7HucbiY4dBknaJ4FmY_NNHNXzLb9uR29d3AYYIlFbsxQv_l7ONSZUUqKwfcF9N5DyPEiab_fXenoQMiwhHDZXZV7M8rfkD-zrAECRmLGvfjyGODJ3VGkvIgoIMoQtpZ7cF60/s320/2.jpg" width="320" /> </a></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><span style="font-size: xx-small;"><i style="font-family: inherit;">Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi </i></span></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">PENYELAMATAN 1</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M –
1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya adalah untuk
menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan
Candi Borobudur</span></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSqtq0_5LY3cxv2E8vZ3p7v3mkfyspaRYTdGmigA7W0asIusK88-ppsu2oizoxQgWJLDBJffa6r1LWTAmTOYMhTI_R5k5xyfLPAzorB_-95auBFJl0DwN9AZ5mfqxM5Nd3FGccPok4eaQ/s1600/3.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSqtq0_5LY3cxv2E8vZ3p7v3mkfyspaRYTdGmigA7W0asIusK88-ppsu2oizoxQgWJLDBJffa6r1LWTAmTOYMhTI_R5k5xyfLPAzorB_-95auBFJl0DwN9AZ5mfqxM5Nd3FGccPok4eaQ/s320/3.jpg" width="320" /> </a></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><i>Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp </i></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama tingkat
tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih
tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun
bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara
Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam,</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur
selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi
dan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan
Candi Borobudur,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi
sejak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf itu mulai di ragukan dan di
khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah </span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan
praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi (
TA )</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi
Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta
memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah,</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi
pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu
yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan
kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di
pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah
pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20
Ton.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan
batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke
utara satu lagi menghadap ke timur</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
penulisan dalam prasasti tersebut di tanda tangani langsung oleh tenaga
yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek
pemugaran Candi Borobudur. </span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;"><i>Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur</i></u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di
Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar
Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sisanya ditanggung Indonesia.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa
pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
* 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.</span></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizeABEGsqV0XpAXZFusELxGCP4SQ9k4EsfobONhu28NPNVWdJYcAvfbLHAFOw0n-1YEDcicGqKZlZHOt5LtrMpBQ6Drzs03jRLxK_fFby8exmOJkeUZrQsiMxj_PTcZDMP6SCS8hvy2Js/s1600/4.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizeABEGsqV0XpAXZFusELxGCP4SQ9k4EsfobONhu28NPNVWdJYcAvfbLHAFOw0n-1YEDcicGqKZlZHOt5LtrMpBQ6Drzs03jRLxK_fFby8exmOJkeUZrQsiMxj_PTcZDMP6SCS8hvy2Js/s320/4.JPG" width="320" /> </a></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><i>BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO</i></b> </div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6; font-size: medium;"><u>ASAL USUL NAMA BOROBUDUR</u></span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata
Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di
lereng-lerengnya terletak teras-teras.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan
lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan
dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar
doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan
pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama
Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan
tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani)
untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa
sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6; font-size: medium;"><u>BANGUNAN CANDI BOROBUDUR</u></span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan
tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada sudut yang membelok 113 M</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam
pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi
Buddha.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.</span></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0U7_2iZOqn3De8v_xPKu7E_-K_I6wIJG9zY1Efmof33bFLaK6FhXV7Mm4q2mNnSq68VLCjXZ7LDWdgazkySRjLveqXLG20WP08C3k0cPjlfgUVOKXRTDMXzPedYkPIyUFGJ-h4fzJvtA/s1600/6.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0U7_2iZOqn3De8v_xPKu7E_-K_I6wIJG9zY1Efmof33bFLaK6FhXV7Mm4q2mNnSq68VLCjXZ7LDWdgazkySRjLveqXLG20WP08C3k0cPjlfgUVOKXRTDMXzPedYkPIyUFGJ-h4fzJvtA/s320/6.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Lantainya berbentuk persegi. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Denah lantai berbentuk lingkaran. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari
segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai
nirwana. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak
sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan
sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak
pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu
merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan
relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan
gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi
Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari
pemerintah Hindia Belanda ketika itu.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9ieDTUNnBe0blXs3JcRPnt4Udi9q6NEF2v38uO9uOYYuq2PH9RsC7JN3E_ZLP3NUGl6uMB4Ft0T3-Rji1AweLs6ZQT4-IM2q2C3cHuxZPOrc0buIMyS9pqkGMZ65epXRT-i7duOIr9Mc/s1600/5.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9ieDTUNnBe0blXs3JcRPnt4Udi9q6NEF2v38uO9uOYYuq2PH9RsC7JN3E_ZLP3NUGl6uMB4Ft0T3-Rji1AweLs6ZQT4-IM2q2C3cHuxZPOrc0buIMyS9pqkGMZ65epXRT-i7duOIr9Mc/s1600/5.png" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga
merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan
bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem
interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">PATUNG</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jumlah : 504 Buah</span></b>
<b style="color: #3d85c6;"><i>Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:</i></b><b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jumlah : 504 Patung Budha</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada
juga perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan
satu sama lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan
merupakan ciri khas untuk setiap patung</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja
karena macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah
(Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun
pada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama maka
jumlah mudra yang pokok ada 5</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
kelima mudra itu adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">PATUNG SINGA</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa
jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi
bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu
satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga
menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur
yang megah dan anggun.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">STUPA</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><i style="color: #3d85c6;">- Stupa Induk</i></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah –
tengah paling atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan
Candi Borobudur,</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel
/ Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis
Harmika.</span><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;"><i>- Stupa Berlubang / Terawang</i></u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat
pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Teras I terdapat 32 Stupa</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Teras II terdapat 24 Stupa</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Teras III terdapat 16 Stupa</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jumlah 72 Stupa</span><br style="color: #3d85c6;" /><i style="color: #3d85c6;">- Stupa kecil</i></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja
perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa
yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur
keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai
langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa
Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">RELIEF</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina
dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang
artinya ialah timur. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada
pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri
dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang
sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi
menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><i style="color: #3d85c6;"><u>KARMAWIBHANGGA</u></i></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam
lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan
oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju
kesempurnaan</span></b>
<b style="color: #3d85c6;"><u><i>LALITAWISTARA</i></u></b><b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir
dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah
melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi
timur. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di
dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir
Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini
sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya
dari Negeri Kapilawastu. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan
pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma,
ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan
dharma dilambangkan sebagai roda.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;"><i>JATAKA DAN AWADANA</i></u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi
pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya
dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan,
dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama,
artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang
hidup dalam abad ke-4 Masehi.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;"><i>GANDAWYUHA</i></u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita
Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari
Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha
Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya
berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><u style="color: #3d85c6;">ARCA BUDDHA</u></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di
Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus
serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104
relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris
kelima 64 relung. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.</span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang). </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24
stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa.</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak
(kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini,
kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh
museum luar negeri).</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi
terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap
tangan. </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah,
kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. </span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, </span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa
berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; </span><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri</span><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><span style="color: #3d85c6;">
Sedikit Foto - Foto dari Candi Borobudur</span></b>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLWouW-7z8-1xDvzVMkKMVHBzfI8UOndoMPCaJ0Y3AxziEsIbxxEWVEHk0OUcKp0R0lL9YNcceuT7PJ4H5GsMOGjitDn9wZ2l7Ju9RaWTqJmFdCmF9b8WTpdS603t4GZoJ1qUO8Kt_89M/s1600/13.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLWouW-7z8-1xDvzVMkKMVHBzfI8UOndoMPCaJ0Y3AxziEsIbxxEWVEHk0OUcKp0R0lL9YNcceuT7PJ4H5GsMOGjitDn9wZ2l7Ju9RaWTqJmFdCmF9b8WTpdS603t4GZoJ1qUO8Kt_89M/s320/13.jpg" width="320" /></a></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIbVnISeJ2TSX5-KFT_vlmOPLVljZwpvFsgwOLqiyga3APOVhGyyT0T9_OW8alafmsf8Ot1ewVxjftE81tJNbFRBVoFSt2txreKdxMOyucHWk9Xt1F62DXgynOhhospSpSOM9zhyphenhyphen8ewlI/s1600/7.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIbVnISeJ2TSX5-KFT_vlmOPLVljZwpvFsgwOLqiyga3APOVhGyyT0T9_OW8alafmsf8Ot1ewVxjftE81tJNbFRBVoFSt2txreKdxMOyucHWk9Xt1F62DXgynOhhospSpSOM9zhyphenhyphen8ewlI/s320/7.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcVuOiF3UqvHiIyPNAv72HrFxogzjwNgfXtKBPe8GxJRr1XofEyE6lYQcHIafguRh0vMAwpz-oUOOcl3dH-juQxKXD90dtzGYHP3lT6NmGQSFJqS8347fvQjp0u7V94KABvCLbuQw1zhU/s1600/8.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcVuOiF3UqvHiIyPNAv72HrFxogzjwNgfXtKBPe8GxJRr1XofEyE6lYQcHIafguRh0vMAwpz-oUOOcl3dH-juQxKXD90dtzGYHP3lT6NmGQSFJqS8347fvQjp0u7V94KABvCLbuQw1zhU/s400/8.jpg" width="312" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDQcPI2xKrWwZ_QY6JxGDnDHGA6Fo61WR2EvtpltLe4o7nYmvNbIKXeTJkuJkrZPOHJoT2StjJIJa-5uOoFpUAjsPPT3G-U8PqA1zr1DpBiFPPGX0tKDh9qV-s1qO7Ukuj4FatStFeRDI/s1600/9.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="229" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDQcPI2xKrWwZ_QY6JxGDnDHGA6Fo61WR2EvtpltLe4o7nYmvNbIKXeTJkuJkrZPOHJoT2StjJIJa-5uOoFpUAjsPPT3G-U8PqA1zr1DpBiFPPGX0tKDh9qV-s1qO7Ukuj4FatStFeRDI/s320/9.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgteulEK9s71PMGLpnpYAvDGgnNbARA7LlooXTmKLPvLg473AwkFA81J4FSwbsVS4Eh5weMsXQkzJpuaTr2LRw3zBriasaQGIH8v-eYvP3b3XTkGcANZVGCAanEiZyQeZdJksVfL_2aT5Q/s1600/10.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgteulEK9s71PMGLpnpYAvDGgnNbARA7LlooXTmKLPvLg473AwkFA81J4FSwbsVS4Eh5weMsXQkzJpuaTr2LRw3zBriasaQGIH8v-eYvP3b3XTkGcANZVGCAanEiZyQeZdJksVfL_2aT5Q/s320/10.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj43dih1DbBXh4FpRU6_dF-_E3MAjjwdASsb6R6rNfuX63SUQy6_pg76YqItg5_s7b-H4ARReGPtN-NoqQLgWs6OmIHbRslLTwGNMF8s9ETL5KDdfLrvcNVVtDO15jnPpdX6sQPU9Vq_DQ/s1600/11.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj43dih1DbBXh4FpRU6_dF-_E3MAjjwdASsb6R6rNfuX63SUQy6_pg76YqItg5_s7b-H4ARReGPtN-NoqQLgWs6OmIHbRslLTwGNMF8s9ETL5KDdfLrvcNVVtDO15jnPpdX6sQPU9Vq_DQ/s320/11.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-DKJTo5QBuMFZB5-_hcnArkPD6SQBHBaZJlWfcDb93Fiu3Jsoz_0yDD9DIvSdFgPWiVCRi8gRwJJGxCoaILq_rEBNQJFed7ePnPj6VFvCVxbVa0C4H4q3wzVhnUgiPaNnZGWcs_xanxI/s1600/12.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-DKJTo5QBuMFZB5-_hcnArkPD6SQBHBaZJlWfcDb93Fiu3Jsoz_0yDD9DIvSdFgPWiVCRi8gRwJJGxCoaILq_rEBNQJFed7ePnPj6VFvCVxbVa0C4H4q3wzVhnUgiPaNnZGWcs_xanxI/s320/12.jpg" width="320" /></a></b></div>
<b><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /><br style="color: #3d85c6;" /></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-82540688960661859352012-07-20T15:50:00.002+07:002012-08-15T09:21:16.215+07:00Kerajaan Pajajaran<h2 class="entry-title" style="color: #3d85c6;">
<span style="font-size: x-large;">Kerajaan Pajajaran </span></h2>
<div style="color: #3d85c6; text-align: center;">
<b><b>Tahun 1404 – 1501 Caka (1484 – 1578 Masehi) = 97 tahun Candra (94 tahun Surya)<br />
Jumlah Prabu 6 orang</b></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><i>Oleh : Erick Eko Prasetyo </i></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Pendahuluan</b></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pajajaran adalah nama kerajaan yang lokasinya di pulau Jawa bagian
barat, disebut Jawa Kulwan atau Jawa Kulon. Ada juga yang menyebut
puseur atau galeuh (pusat) tatar Sunda. Keadaan alamnya digambarkan
bagai surga di bumi, karena sangat subur dan indah. Maka tidak heran
jika banyak yang menghendaki memilikinya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Mengenai Pajajaran, banyak yang menulis, sehingga sulit untuk membuat
ringkasan secara tegas, karena adanya data-data yang kadang-kadang
bertentangan, terutama kaitannya dengan Islam, dan asing. Dari data-data
terdahulu dapat diketahui, bahwa Jawa Barat itu merupakan wilayah yang
sangat menarik. Raja-raja besar berusaha untuk menaklukkan wilayah ini.
Tetapi tidak satu pun yang berhasil, karena oleh pribumi dipertahankan
mati-matian. Tak ada yang mampu meruntuhkan kerajaan di Jawa Barat.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Gajah Mada telah mencoba dengan cara tipu muslihat yang sangat licik
dan kejam, yang dikenal dengan sebutan Pasundabubat, ialah perang di
Bubat. Tapi hasilnya ialah keruntuhan dirinya dan kemunduran Majapahit.
Bagi Sunda malah punya nama yang sangat harum karena semua orang Sunda
memilih gugur di medan perang dari pada menyerah kalah. Termasuk putri
Sunda, ialah Diyah Pitaloka atau Citraresmi, memilih bunuh diri, demi
kesucian bangsanya. Peristiwa ini terjadi tahun 1279 Caka (1363 M);
tepatnya pada hari Selasa Wage/Pahing, tanggal 13 suklapaksa, Badramasa
1279 Caka (01 Agustus 1363 Masehi, 19 Sawal 0764 Hijrah)</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Keharuman Sunda ini terbukti dari data sejarah dari orang Portugis
yang datang ke wilayah Nusantara tahun 1400an Caka (1500an Masehi), jadi
sekitar 140 tahun setelah peristiwa Bubat. Kerajaan-kerajaan di
Nusantara menamakan dirinya Sunda kepada orang Portugis yang masih buta
mengenai Nusantara. Maka orang Portugis itu menyimpulkan, bahwa
Nusantara itu ialah Sunda. Karena di bagian barat pulau-pulaunya besar
disebut Soenda Mayor, sedangkan di bagian timur pulau-pulaunya kecil,
maka disebut Soenda Minor.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Catatan Portugis ini oleh orang Belanda juga dipakai dengan sebutan
“Soenda eilanden”, yang terdiri dari “Grote Soenda eilanden” dan “Kleine
Soenda eilanden”, artinya Kepulauan Sunda itu terdiri dari Kepulauan
Sunda Besar dan kepulauan Sunda Kecil. Yang dimaksud dengan Kepulauan
Sunda Besar ialah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Sedangkan
sisanya disebut Kepulauan Sunda Kecil.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Islam memusuhi Pajajaran, karena Pajajaran tidak sudi dijajah oleh
siapapun. Islam yang dijadikan alat oleh Cina digunakan untuk merebut
Nusantara. Di antaranya bermaksud meruntuhkan Pajajaran. Mula-mula
Cirebon melepaskan diri dari Pajajaran karena didukung oleh kekuatan
Demak. Lalu jalur perekonomian diblokir, karena lintasan laut utara
telah berada dalam kekuasaan Islam dan Cina.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Raja Pajajaran waktu itu mempunyai banyak anak, ia mempunyai putra
mahkota anak dari permaisuri. Istri lainnya raja Pajajaran mempunyai 3
orang anak, yaitu pertama Raden Banyakcatra, Raden Kamandaka yang
menjadi bupati di Pasirluhur. Kedua Raden Banyakngampar menjadi bupati
Dayeuhluhur, ketiga Nay Retna Ayu Mrana yang dikawinkan dengan Raden
Baribin/Panditaputra yang patuh pada Siwa-Buddha.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Sejarah Kerajaan Pajajaran</b></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="color: #3d85c6; width: 655px;"><tbody>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kala</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1404 – 1443 Caka (1484 – 1521 Masehi) : 39 tahun.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Penobatan di</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Pakwan Pajajaran ke 1Senin Pahing/Kaliwon, 12 suklapaksa, Caitra (6), 1404 Caka (15-06-1484 M).</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Nama asal</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Ratu Jayadewata, Dewata Prana, Dewawisesa</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Nama nobat</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Sri Baduga Maharaja Prabu Guru Dewata Prana, Sri Baduga Maharaja Ratu Déwata</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Nama Pantun</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Prabu Siliwangi.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Permesuri</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Kentring Manik Mayang Sunda, Déwi Mayang
Sunda, putri Susuktunggal.Kakak sang permesuri bernama Amuk Murugul,
ratu Japura di sebelah timur Cirebon.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Anak</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1 Prabhu Surawisesa, Guru Gantangan,
Mundinglaya Dikusuma.2 Sang Surasowan, menjadi bupati Banten Pasisir3
Déwi Surawati, bersuami Adhipati Surakreta, Sunda Kalapa</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Istri</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Ambet Kasih, putri Majalengka</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Anak</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Istri</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Anak</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1 Dipati Suranggana, Kyai Bagus Molana,
menjadi ratu wilayah Wahanten Girang. Kyai kemudian memeluk agama
Islam bersama rakyat anak buahnya2 Tumenggung Jayamanggala, menjadi
adipati Pakwan. Dipati Krandha, yaitu bupati Sunda Kelapa, atau disebut
juga dipati Kalapa Pasisir</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Peristiwa</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Prabu Sunda dan Galuhberada dalam kerajaan Pajajaran.Ibukotanya Pakwan / PakuanSinggasana : Sriman Sriwacana </b>
<b>Nama Istana di Sunda: Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, disingkat Sri Bima.</b><br />
<b>Yang di Galuh (Kawali) bernama Surawisesa.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Catatan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Sang Mantri Brataningrat namanya sebagai
menteri istana di Pakwan Pajajaran, juga sebagai penghubung negara. Pada
tahun 1434 Caka ( 1513 Masehi). Raja Sunda Sri Baduga Maharaja Sang
Ratu Jayadéwata, memerintahkan dutanya pergi ke Malaka, dengan tujuan,
ialah berkehendak mengadakan perjanjian persahabatan dengan penguasa
orang Portugis. Perutusan raja Sunda itu dipimpin oleh raja muda Sunda,
yaitu, Sang Ratu Sanghyang Surawisesa, yang pada waktu itu menjadi
ratu wilayah Kalapa Pasisir.Dalam tahun 1443 C (1521 M) mengutus putra
mahkota, Ratu Sanghyang ialah Prabu Surawisesa menjadi duta kerajaan
Pajajaran, untuk mengadakan ikatan persahabatan dengan orang Petege
(Por-tugis) di Malaka dibawah pimpinan Laksamana Buker (Albuquerque),
dalam bidang perdagangan dan pertahanan.Dengan melemahnya perekonomian
Pajajaran, maka berangsur-angsur Pajajaran menjadi lemah. Dalam tahun
1501 Caka (1578 Masehi) Pajajaran berahir.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Catatan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Naskah : Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Selesai ditulis bulan ke 3 (Posya) tahun 1440 Caka (Februari 1519 Masehi).</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Mangkat</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1443 Caka (1522 Masehi), Sang Sri Baduga mangkat dan dimakamkan di: Rancamaya</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b><br /></b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kala</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kerajaan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Galuh</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Nama</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Prabhu Ningratwangi</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Istri</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Anak</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1 Prabhu Jayaningrat namanya, baginda
menjadi ratu wilayah Galuh selama 27 tahun, ialah dari tahun 1423 Caka
(1501/2 Masehi) hingga tahun 1450 Caka ( 1528 Masehi). Baginda mangkat
pada waktu berperang dengan kesatuan bersenjata Pakungwati Cirebon.
Semenjak itu kerajaan Galuh ada di bawah kerajaan Cirebon.2 Sang Mantri
Brataningrat namanya. Beliau menjadi menteri “dalem” di Pakwan
Pajajaran, juga sebagai penghubung negara.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b><br /></b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kala</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kerajaan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Pajajaran</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Nama</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Sang Mantri Brataningrat</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Jabatan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Menteri istana di Pakwan Pajajaran, juga sebagai penghubung negara.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b><br /></b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kala</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1423 – 1450 Caka (1502 – 1528 Masehi) = 27 tahun</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kerajaan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Galuh</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Nama</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Prabhu Ningratwangi, Prabhu Jayaningrat</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Istri</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Anak</b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Peristiwa</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Sejak 1450 Caka ( 1528 Masehi) kerajaan Galuh ada di bawah kerajaan Cirebon.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Mangkat</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Ia meninggal pada waktu bertempur dengan kesatuan bersenjata Pakungwati, Cirebon dan Demak.</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b><br /></b></td>
<td valign="top" width="539"><b><br /></b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kala</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>1434 Caka ( 1513 Masehi)</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Kerajaan</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Pajajaran 1</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="115"><b>Peristiwa</b></td>
<td valign="top" width="539"><b>Raja Sunda Sri Baduga Maharaja Sang Ratu
Jayadéwata, memerintahkan dutanya pergi ke Malaka, dengan tujuan, ialah
berkehendak mengadakan perjanjian persahabatan dengan penguasa orang
Portugis. Perutusan raja Sunda itu dipimpin oleh raja muda Sunda,
yaitu, Sang Ratu Sanghyang Surawisesa, yang pada waktu itu menjadi ratu
wilayah Kalapa Pasisir.</b></td></tr>
</tbody></table>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-88809937478656253362012-07-20T15:47:00.004+07:002012-08-15T09:21:52.737+07:00Asal mula suku dayak <h2 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="color: #3d85c6;">
<span style="font-size: x-large;">Asal mula suku dayak
</span></h2>
<div class="post-header">
</div>
<b style="color: #3d85c6;">Suku Dayak adalah Suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok dan
tinggal di daerah pedalaman seperti di gunug dan sebagainya. Kata Dayak
itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke
Kalimantan. Orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama
Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak
adalah“Menteng Ueh Mamut”, yang bearti seseorang yang memiliki kekuatan
gagah berani, serta tidak mengenal menyerah atau pantang mundur.<br /><br />ASAL MULA SUKU DAYAK<br /><br />Pada
tahun 1977-1978 saat itu benua Asia dan pulau Kalimantan merupakan
bagian nusantara yang menyatu yang memungkinkan ras mongoloid dari asia
mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi
pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku
Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah
orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka
makin lama makin mundur ke dalam.<br /><br />Belum lagi kedatangan
orang-orang Bugis, Makasar, Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
suku Dayak hidup terpencar-pencar diseluruh wilayah Kalimantan dalam
rentang waktu yang lama,mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai
hingga ke hilir kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan.Suku ini
terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan
perilaku yang brebeda-beda.</b><br />
<a name='more'></a><b style="color: #3d85c6;"><br /><br />uku Dayak pernah membangun sebuah
kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak
Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh
Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin
Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan
terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya
terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak
bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).<br /><br />Sebagian
besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai
orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang
Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri
sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di
daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan
Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba.
Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan
sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang
terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak
(Ma’anyan atau Ot Danum).<br /><br />Tidak hanya dari nusantara,
bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa
diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun
1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang
pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah
bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit)
atau di era Islam.<br /><br />Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan
perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena
langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar
di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak.
Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak
seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.<br /><br />Sejak
awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV
Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk
Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada
tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka,
Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang
Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa
tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang
pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto
kertodipoero,1963)<br /><br />Dibawah ini ada beberapa adat istiadat bagi
suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural
Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat
sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya
yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak
berasal dari pedalaman Kalimantan<br /><br />>< UPACARA TIWAH<br /><br />Upacara
Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang
dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke
sandung yang sudah dibuat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil
yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.<br /><br />Upacar
Tiwah bagi suku Dayak sangatlah sakral, Pada acara Tiwah ini sebelum
tulang-tulang orang mati tersebut diantarkan dan diletakan di tempatnya
(Sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun
hiburan lain, Sampai akhrinya tulang-tulang itu diletakan pada
temapatnya (sandung).<br /><br />>< DUNIA SUPRANATURAL<br /><br />Dunia
Supranatural bagi suku Dayak memang sudah sejak zaman dulu merupakan
ciri khas Kebudayaan Dayak.Karena supranatural ini pula orang luar
negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun
pada kenyataannya suku Dayak adalah suku yang sangat Cinta Damai asal
mereka tidak diganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural
Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah
Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari
keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan
media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.<br /><br />Mangkok MeraH<br /><br />Mangkok
merah merupakan media persatuan suku Dayak. Mangkok merah beredar jika
Suku Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “PANGLIMA” atau
suku Dayak sering menyebutnya Pangkalima biasanya mengeluarkan isyiarat
siaga atau perang berupa mangkok merah yang diedarkan dari kampung ke
kanpung secara cepar sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang
tidak mengetahui siapa pangkalima suku Dayak itu. Orangnya itu
bisa-biasa saja, hanya saja ia memiliki kekuatan Supranatural yang luar
biasa.<br /><br />Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.<br /><br />Mangkok
merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima
harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki
dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” (
memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang )
maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan
seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau
gila bila mendengar tariu.<br /><br />Orang-orang yang sudah dirasuki roh
para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah,
hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang
tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan
di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati
itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka
orang tersebut makin sakti.<br /><br />Mangkok merah terbuat dari teras
bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam
bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga
perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang
melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras
kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk
suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun
rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari
kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam
mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.<br /><br />Menurut
cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan
Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari
daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang
Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan
politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.<br /><br />Menurut
kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang
disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek ke bapak, dari bapak ke
anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih
atau kurang dari yang sebenarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku
Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh dengan ” Palangka Bulau”.
>>> Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai
tanduk yang suci, gandar yang suci dari emas turun ke langit yang sering
disubut juga ” Ancang atau </b>Kalangkang”.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-37897832553757333942012-07-20T15:45:00.005+07:002012-08-15T09:22:41.889+07:00Sejarah Suku Sunda<br />
<h1>
Sejarah Suku Sunda</h1>
<div class="drdot">
</div>
<br />
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>ROGER L. DIXON</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah lebih
kurang 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat.
Diperkirakan 1 juta jiwa hidup di propinsi lain. Berdasarkan sensus
tahun 1990 didapati bahwa Jawa Barat memiliki populasi terbesar dari
seluruh propinsi yang ada di Indonesia yaitu 35,3 juta orang. Demikian
pula penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang
dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda
adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia.
Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah
dieja dalam ensiklopedi. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga
mengubahnya menjadi Sudanese.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Sejarah singkat
pra-abad 20 ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orang Sunda di Jawa
Barat kepada kita yang melayani di Indonesia. Pada abad ini, sejarah
mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme yang akhirnya
menjadi Indonesia modern.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>SISTEM KEPERCAYAAN MULA-MULA</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Suku Sunda tidak seperti kebanyakan suku yang
lain, dimana suku Sunda tidak mempunyai mitos tentang penciptaan atau
catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak
seorang pun tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap
di Jawa Barat. Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil
suku Sunda menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebas
bakar untuk membuka hutan. Semua mitos paling awal mengatakan bahwa
orang Sunda lebih sebagai pekerja-pekerja di ladang daripada petani
padi.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Kepercayaan mereka membentuk fondasi dari apa
yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda. Meskipun tidak mungkin
untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut, tetapi
petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (Wawacan)
dan di antara suku Badui yang terpencil. Suku Badui menyebut agama
mereka sebagai Sunda Wiwitan [orang Sunda yang paling mula-mula]. Bukan
hanya suku Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen- elemen Islam
(kecuali mereka yang ditentukan ada lebih dari 20 tahun yang lalu),
tetapi suku Sunda juga memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit
sekali. Beberapa kata dalam bahasa Sansekerta dan Hindu yang berhubungan
dengan mitos masih tetap ada. Dalam monografnya, Robert Wessing
mengutip beberapa sumber yang menunjukkan suku Sunda secara umum, "The
Indian belief system did not totally displace the indigenous beliefs,
even at the court centers."[1] Berdasarkan pada sistem tabu, agama suku
Badui bersifat animistik. Mereka percaya bahwa roh-roh yang menghuni
batu-batu, pepohonan, sungai dan objek tidak bernyawa lainnya. Roh-roh
tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada
ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu
digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>PENGARUH HINDUISME</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Tidak seorang pun yang tahu kapan persisnya
pola-pola Hindu mulai berkembang di Indonesia, dan siapa yang
membawanya. Diakui bahwa pola- pola Hindu tersebut berasal dari India;
mungkin dari pantai selatan. Tetapi karakter Hindu yang ada di Jawa
menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya. Misalnya,
pusat-pusat Hindu yang utama, bukan di kota-kota dagang di daerah
pesisir tetapi lebih di pedalaman. Tampaknya jelas bahwa ide-ide
keagamaanlah yang telah menaklukkan pemikiran orang pribumi, bukan
tentara. Sebuah teori yang berpandangan bahwa kekuatan para penguasa
Hindu/India telah menarik orang-orang Indonesia kepada
kepercayaan-kepercayaan roh magis agama Hindu. Entah bagaimana, banyak
aspek dari sistem kepercayaan Hindu diserap ke dalam pemikiran orang
Sunda dan juga Jawa.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal
adalah Caritha Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 dan
mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah
pengikut Shivaisme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berurat dan
berakar dengan kuat sebelum tahun 700. Sangat mengherankan, kira-kira
pada waktu ini, agama India kedua, Budhisme, membuat penampilan
pemunculan dalam waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi
Shivaisme dibangun di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, monumen
Borobudur yang indah sekali dibangun dekat Yogyakarta ke arah selatan.
Candi Borobudur adalah monumen Budha yang terbesar di dunia.
Diperkirakan agama Budha adalah agama resmi Kerajaan Syailendra di Jawa
Tengah pada tahun 778 sampai tahun 870. Hinduisme tidak pernah
digoyahkan oleh bagian daerah lain di pulau Jawa dan tetap kuat hingga
abad 13. Struktur kelas yang kaku berkembang di dalam masyarakat.
Pengaruh Sansekerta menyebar luas ke dalam bahasa masyarakat di pulau
Jawa. Gagasan tentang ketuhanan dan kedudukan sebagai raja dikaburkan
sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa,
Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan
perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota
keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang
kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini.
Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh
spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia
telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka
sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan
bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh
memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar
adat istiadat Sunda, Prawirasuganda, menyebutkan bahwa angka tabu yang
berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan
perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku
Badui.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>PENGARUH ORANG JAWA</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Menurut Bernard Vlekke, sejarawan terkenal,
Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga abad
11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun
hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas,
pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya
seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana
tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman
Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-raja Sunda
semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar.
Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di
Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit
memerintah hingga tahun 1478 tetapi mereka tidak penting lagi setelah
tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam
pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>PAJAJARAN DEKAT BOGOR</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun 1333, hadir kerajaan Pajajaran di
dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan
Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, Gadjah
Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak
dinikahkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit. Namun, Gadjah Mada
menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk
acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para
bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan
tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka
berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya mati. Meski
permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun
setelah episode ini (dan mungkin masih berlangsung), tetapi pengaruh
yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang
Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap
sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung
selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas
dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh
komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon dan Demak, dalam
persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi,
Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat.
Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa
Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke
barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah)
dan mencapai seluruh Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>KEMAJUAN ISLAM</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal
tahun 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya menjadi kubu
pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan agama Islam pada masa
itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara mulai mengembangkan pengaruh
Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana Muslim menahan tanggal
kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun
beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya
terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada awal
tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan
yang berkuasa.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>KEJATUHAN MAJAPAHIT</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat
berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal
ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. Surabaya
(Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab
yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa yaitu
kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam
keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam.
Tidak seperti pemimpin-pemimpin Hindu, para misionaris Islam mendorong
kekuatan militer supaya memperkuat kesempatan-kesempatan mereka. Memang
tidak ada tentara asing yang menyerbu Jawa dan memaksa orang untuk
percaya. Namun dipergunakan kekerasan untuk membuat para penguasa
menerima iman Muhammad. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat,
pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan
militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat
akan ikut. Meskipun demikian, kita harus mengingat apa yang ditunjukkan
Vlekke bahwa perang-perang keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah
Jawa.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>KERAJAAN DEMAK</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Raden Patah menetap di Demak yang menjadi
kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya
menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa
Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya
hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan
Islam. Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa,
mengirim putranya Hasanudin dari Cirebon untuk mempertobatkan
orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik Banten maupun Sunda
Kelapa (Jakarta) berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi
sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah
menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal
kedua abad 16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan
pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim.[2] Karena
menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000
jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah
penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika
orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di
pantai- pantai dan di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum
dan Cisadane.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>NATUR ISLAM</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan
lima pilar utama agama namun dalam banyak bidang yang lain dalam
pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang
Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia Soeroto yakin bahwa Islam
dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke
Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru
komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di
sini."[3] Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat istiadat
yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam
bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat.
Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "agama Jawa." Akibat
percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk (yang belakangan ini
sering disebut aliran kebatinan) memberi deskripsi akurat terhadap
kekompleksan agama di antara sukui Sunda saat ini.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>KOLONIALISME BELANDA</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada
1596, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat
dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda
berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan
pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik
perang Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengambil alih
Malaka dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan
Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu
merebut hak- hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa
Barat. Sebelum 1652, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan
mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang
hanya berakhir pada saat Perang Dunia kedua.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Peristiwa-peristiwa pada abad 18 menghadirkan
serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik dan
keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah
persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para
penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat
mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang
wanita Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki
tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa," sang
pemimpin adalah seorang Hindu dan bahwa pemberontakan itu lebih
diarahkan kepada pemimpin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda.
(Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena
masing- masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara
pencatatan kejadian.)</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>AGAMA BUKANLAH ISU HINGGA TAHUN 1815</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Selama 200 tahun pertama Belanda memerintah di
Indonesia, sedikit masalah yang dikaitkan dengan agama. Hal ini terjadi
karena secara praktis Belanda tidak melakukan apa-apa untuk membawa
kekristenan kepada penduduk asli. Hingga tahun 1800, ada "gereja
kompeni" yakni "gereja" yang hanya namanya saja karena hanya berfungsi
melayani kebutuhan para pekerja Belanda di East India Company. Badan ini
mengatur seluruh kegiatan Belanda di kepulauan Indonesia. Hingga abad
19 tidak ada sekolah bagi anak-anak pribumi sehingga rakyat tidak
mempunyai cara untuk mendengar Injil.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Pada pergantian abad 19, East India Company
gulung tikar dan Napoleon menduduki Belanda. Pada 1811, Inggris menjadi
pengurus Dutch East Indies. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka
negeri ini terhadap kegiatan misionaris. Walaupun terjadi peristiwa
penting ini, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan
abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di
Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara
orang Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>SISTEM BUDAYA</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Kesalahan politik yang paling terkenal yang
dilakukan Belanda dimulai pada tahun 1830. Kesalahan politik ini disebut
sebagai Sistem Budaya namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem
perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk
menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini.
Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti
pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti gula, kopi dan
teh, maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh
ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting.
Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai
tumbuh dan mulai muncul perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan
petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang 1870,
hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas
tanah.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>PERTUMBUHAN POPULASI DI JAWA</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun 1851, di Jawa Barat suku Sunda
berjumlah 786.000 jiwa dan orang Eropa berjumlah 217 jiwa. Dalam jangka
waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi
titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat
serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa). Pada awal abad
19, diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan
hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815, seluruh Jawa dan Madura hanya
memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta
menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990.
Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non
religius yang paling penting dalam sejarah mereka.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>KONSOLIDASI PENGARUH ISLAM</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan
perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru
untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam
bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan
Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara
rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi
masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak
jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. Kekristenan, yang datang
ke tanah Sunda pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja
kepada orang-orang di luar kantong Kristen Sunda yang kecil.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>REFORMASI ABAD 20</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Kisah dari abad ini dimulai dengan reformasi
di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan Kebijakan Etis (Ethical
Policy) pada tahun 1901, karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di
berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang ekonomi,
meliputi perkembangan bidang pertanian, kesehatan dan pendidikan. Rakyat
merasa diasingkan dari tradisi ningrat mereka sendiri dan Islam menjadi
jurubicara mereka menentang ekspansi imperialistik besar yang sedang
berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara Eropa. Islam
merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan diri dengan
dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di Kairo pada tahun 1912
diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di
Indonesia. Kelompok tersebut adalah Sareket Islam yang diciptakan untuk
sektor perdagangan dan bersifat nasionalis. Kelompok yang lain adalah
Muhammadiyah yang tidak bersifat politik namun berjuang memenuhi
kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan dan keluarga.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>TIDAK ADA KARAKTERISTIK SEJARAH SUNDA</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Apa yang menonjol dalam sejarah orang Sunda
adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya
memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi
menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan
karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa
sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak
belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Secara historis, orang Sunda tidak memainkan
suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa
yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat namun biasanya
peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki
karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin
baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas-aktivitas
nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai
peristiwa pada abad 20, namun secara statistik dikatakan, mereka tidak
begitu berarti. Pada abad ini, sejarah orang Sunda pada hakekatnya
merupakan sejarah orang Jawa.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>ORIENTASI KEAGAMAAN ABAD 20</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Agama di antara orang Sunda adalah seperti
bentuk-bentuk kultural mereka yang lain. Pada umumnya, mencerminkan
agama orang Jawa. Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih
kuat kepada Islam dibanding dengan apa yang dapat kita temukan di antara
orang Jawa. Walaupun kelekatan ini tidak sedahsyat rakyat Madura atau
Bugis, namun cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita
melihat sejarah orang Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Salah satu aspek sangat penting dalam
agama-agama orang Sunda adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan
pra-Islam. Kepercayaan itu merupakan fokus utama dari mitos dan ritual
dalam upacara-upacara dalam lingkaran kehidupan orang Sunda.
Upacara-upacara tali paranti (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu
diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada Dewi Sri (Nyi
Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah Nyi Roro
Kidul, tetapi tidak sebesar Dewi Sri. Ia adalah ratu laut selatan
sekaligus pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa,
rakyat takut dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang.
Contoh lain adalah Siliwangi. Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan
kekuatan dalam kehidupan orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain
dalam struktur kosmologis orang Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>MANTERA-MANTERA MAGIS</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam penyembahan kepada ilah-ilah ini, sistem
mantera magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan
kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah Ngaruat Batara
Kala yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala
dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak
terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga
menempatkan roh-roh (jurig) yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan,
pepohonan, gunung- gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap
keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh
kekuatan-kekuatan supernatural untuk memulihkan kesehatan, menambah
kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>DUKUN-DUKUN</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Untuk membantu rakyat dalam kebutuhan
spiritual mereka, ada pelaksana- pelaksana ilmu magis yang disebut
dukun. Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam
praktek-praktek mistik seperti numerology (penomoran). Mereka mengadakan
kontak dengan kekuatan-kekuatan supernatural yang melakukan perintah
para dukun ini. Beberapa dukun ini akan melakukan black magic tetapi
banyaknya adalah jika dianggap sangat bermanfaat bagi orang Sunda. Sejak
lahir hingga mati hanya sedikit keputusan penting yang dibuat tanpa
meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang mengenakan jimat-jimat di
tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat yang menguntungkan
dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan mantera atau
jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini terjadi di
luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam. Tetapi
orang-orang ini tetap dianggap sebagai Muslim.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>KESIMPULAN</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan
tantangan yang besar bagi sejarawan, antropolog dan sarjana-sarjana
agama. Bahkan sarjana- sarjana Sunda terkemuka segan untuk mencoba
melukiskan karakter dan kontribusi rakyat Sunda. Agaknya, melalui
berbagai cara, masyarakat Sunda telah terserap ke dalam budaya Indonesia
baru 50 tahun yang lalu. Pendapat pribadi saya adalah bahwa kita akan
segera mengamati suatu pembaharuan etnis dl antara orang-orang Sunda
yang disertai dengan definisi baru tentang apa artinya menjadi orang
Sunda.</b></div>
<div align="JUSTIFY" style="color: #3d85c6;">
<b>Catatan Kaki:</b></div>
<ol style="color: #3d85c6;">
<li><b> Cosmology and Social Behavior in a West Java Settlement (Ohio University Center for International Studies, 1978) 16. </b></li>
<li><b> Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984) 93. </b></li>
<li><b> Indonesia di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad Vol. 2 (1978) 177-178.</b></li>
</ol>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-82928537133114356832012-07-20T15:22:00.003+07:002012-08-15T09:23:27.308+07:00Siapa dan darimanakah Orang Betawi?<h2 style="color: #3d85c6;">
<b>Siapa dan darimanakah Orang Betawi?</b></h2>
<h4 style="color: #3d85c6;">
<b>July 20th, 2012 · </b></h4>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://staff.blog.ui.ac.id/syam-mb/files/2009/05/tanjidor.jpg" title="tanjidor.jpg"><img alt="tanjidor.jpg" src="http://staff.blog.ui.ac.id/syam-mb/files/2009/05/tanjidor.jpg" /></a><br />
Kalau Mandra gampang saja menjawabnya: “au ah gelap!” Mahbub Djunaidi si
kolomnis ternama asli Betawi pernah mencoba menjawabnya; tapi, ia pun
akhirnya menyerah. “Bukan apa-apa bagaimana bisa menjelaskan sedangkan
topangan literaur saja tidak ada. Mana ada nenek moyang orang Betawi
meninggalkan tulisan? Babad, hikayat—tiada itu. Ada memang kisah sultan
Zainul Abidin atau Siti Zubaedah yang saban-saban dipaparkan sahibul
hikayat saat pesta sunatan atau perkawinan. Tetapi, isinya penuh
rupa-rupa petualangan dan tingkah jin dalam berbagai kaliber.” Begitu
alasannya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sampai kini hanya Ridwan Saidi yang tak lelah-lelah menjawab
pertanyaan itu. Sudah tiga buku ditulisnya untuk menjelaskan yaitu
“Profil Orang Betawi” (1997), “Warisan Budaya Betawi” (2000) dan “Babad
Tanah Betawi” (2002). Tak puas, di beratus forum diskusi Ridwan omong,
ikut debat polemik dengan macam-macam peneliti dari dalam dan luar
negeri tentang hal yang sama.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Menurut Ridwan orang Betawi bukanlah orang “kemarin sore”. Tidak
benar jika ada yang mengatakan orang Betawi itu keturunan budak yang
didatangkan Kompeni untuk mengisi intramuros alias kota benteng Batavia.
Orang-orang Betawi telah ada jauh sebelum J.P. Coen membakar Jayakarta
tahun 1619 dan mendirikan di atas reruntuknya kota Batavia.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Salakanagara Hingga Kalapa</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Cikal bakal sejarah orang Betawi dikaitkan Ridwan dengan tokoh
bernama Aki Tirem yang hidup di daerah kampung Warakas (Jakarta Utara)
pada abad 2. Aki Tirem hidup dari membuat priuk dan saban-saban bajak
laut menyatroni tempatnya untuk merampok priuk. Lantaran keteteran
sendiri melawan bajak laut maka diputuskan untuk mencari perlindungan
dari sebuah kerajaan. Saat itulah Dewawarman seorang berilmu dari India
yang menjadi menantunya dimintanya mendirikan kerajaan dan raja.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada tahun 130 berdirilah kerajaan pertama di Jawa yang namanya
Salakanagara. Salakanagara nagara menurut Ridwan berasal ari bahasa Kawi
salaka yang artinya perak.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Secara etimologis kemudian Salakanagara itu dikaitkan Ridwan dengan
laporan ahli geografi Yunani bernama Claudius Ptolomeus pada tahun 160
dalam buku Geografia yang menyebut bandar di daerah Iabadiou (Jawa)
bernama Argyre yang artinya perak. Dikaitkan pula dengan laporan dari
Cina zaman Dinasti Han yang pada tahun 132 mengabarkan tentang
kedatangan utusan Raja Ye Tiau bernama Tiao Pien.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ye Tiau ditafsirkan sebagai Jawa dan Tiau Pien sebagai Dewawarman.
Termasuk dalam hal ini yang disebut Slametmulyana sebagai Kerajaan
Holotan yang merupakan pendahulu kerajaan Tarumanagara dalam bukunya
Dari Holotan sampai Jayakarta adalah Salakanagara.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Soal letak Salakanagara, Ridwan menunjuk kepada daerah Condet.
Alasannya karena di Condet salak tumbuh subur dan banyak sekali
nama-nama tempat yang bermakna sejarah, seperti Bale Kambang dan Batu
Ampar. Bale Kambang adalah pasangrahan raja dan Batu Ampar adalah batu
besar tempat sesaji diletakkan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Di Condet juga terdapat makam kuno yang disebut penduduk Kramat
Growak dan makam Ki Balung Tunggal yang ditafsirkan Ridwan adalah tokoh
dari zaman kerajaan pelanjut Salakanagara yaitu Kerajaan Kalapa. Tokoh
ini menurut Ridwan adalah pemimpin pasukan yang tetap melakukan
peperangan walaupun tulangnya tinggal sepotong maka lantaran itu
dijuluki Ki Balung Tunggal.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setelah menunjuk bukti secara geografis, Ridwan pun melengkapi
teorinya tentang cikal bakal sejarah orang Betawi dengan sejarah
perkembangan bahasa dan budaya Melayu agar dapat semakin terlihat batas
antara orang Betawi dengan orang Sunda. Ia pergi ke abad 10. Saat
terjadi persaingan antara wong Melayu yaitu Kerajaan Sriwijaya dengan
wong Jawa yang tak lain adalah Kerajaan Kediri. Persaingan ini kemudian
menjadi perang dan membawa Cina ikut campur sebagai penengah karena
perniagaan mereka terganggu. Perdamaian tercapai, kendali lautan dibagi
dua, sebelah timur mulai dari Cimanuk dikendalikan Sriwijaya, sebelah
timur mulai dari Kediri dikendalikan Kediri. Artinya pelabuhan Kalapa
termasuk kendali Sriwijaya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sriwijaya kemudian meminta mitranya yaitu Syailendra di Jawa Tengah
untuk membantu mengawasi perairan teritorial Sriwijaya di Jawa bagian
barat. Tetapi ternyata Syailendara abai maka Sriwijaya mendatangkan
migran suku Melayu Kalimantan bagian barat ke Kalapa. Pada periode
itulah terjadi persebaran bahasa Melayu di Kerajaan Kalapa yang pada
gilirannya – karena gelombang imigrasi itu lebih besar ketimbang pemukin
awal – bahasa Melayu yang mereka bawa mengalahkan bahasa Sunda Kawi
sebagai lingua franca di Kerajaan Kalapa.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ridwan mencontohkan, orang “pulo”, yaitu orang yang berdiam di
Kepulauan Seribu, menyebut musim di mana angin bertiup sangat kencang
dan membahayakan nelayan dengan “musim barat” (bahasa Melayu), bukan
“musim kulon” (bahasa Sunda). Orang-orang di desa pinggiran Jakarta
mengatakan “milir”, “ke hilir” dan “orang hilir” (bahasa Melayu
Kalimantan bagian barat) untuk mengatakan “ke kota” dan “orang kota”.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Studi Lance Castles</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Agar timbangan tidak berat sebelah maka perlulah disini dikemukakan
pula sosial-origin alias asal-usul sejarah orang Betawi yang ditulis
Lance Castles, meskipun telaah peneliti Australia ini banyak bikin
berang orang Betawi, tetapi sampai sekarang hanya itulah yang dianggap
sebagai jawaban paling memuaskan (kalau tidak bisa disebut accepted
history) oleh banyak pihak, terutama para akademisi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Pada April 1967 di majalah Indonesia terbitan Cornell University,
Amerika, Castles mengumumkan penelitiannya menyangkut asal-usul orang
Betawi. Hasil penelitian yang berjudul “The Ethnic Profile of Jakarta”
menyebutkan bahwa orang Betawi terbentuk pada sekitar pertengahan abad
19 sebagai hasil proses peleburan dari berbagai kelompok etnis yang
menjadi budak di Batavia.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Secara singkat sketsa sejarah terjadinya orang Betawi menurut Castles
dapat ditelusuri dari, pertama daghregister, yaitu catatan harian tahun
1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia.
Kedua, Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun
1815. Keriga, catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie
tahun 1893 dan keempat sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1930.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Oleh karena klasifikasi penduduk dalam keempat catatan itu relatif
sama, maka ketiganya dapat diperbandingkan, untuk memberikan gambaran
perubahan komposisi etnis di Jakarta sejak awal abad 19 hingga awal abad
20. Sebagai hasil rekonstruksi, angka-angka tersebut mungkin tidak
mencerminkan situasi yang sebenarnya, namun menurut Castles hanya itulah
data sejarah yang tersedia yang relatif meyakinkan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dari perbandingan dapatlah diketahui bahwa selama sekitar satu abad,
beberapa kelompok etnis seperti Bali, Bugis, Makasar, Sumbawa, dan
sebagainya tidak tercatat lagi sebagai kelompok etnis Jakarta. Sedangkan
jumlah orang Jawa dan Sunda meningkat pesat, yang berarti migrasi cukup
besar di dari Jawa, dan mungkin estimasi kelompok etnis Sunda di masa
lalu di daerah sekitar Batavia terlalu rendah. Sebaliknya muncul
kelompok etnis baru yang disebut “Batavians” (Betawi) dalam jumlah besar
yaitu 418.900 orang. Jadi secara umum dapatlah dikatakan bahwa
kehadiran orang Betawi merupakan buah dari kebijakan kependudukan yang
secara sengaja dan sistematis diterapkan oleh VOC.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bukti Arkeologis</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sepuluh tahun setelah pengumuman hasil penelitian Lance Castles,
arkeolog Uka Tjandarasasmita mengemukakan monografinya Jakarta Raya dan
Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977). Uka
memang tidak menyebut monografinya untuk menangkis tesis Castles, tetapi
secara arkeologis telah memberikan bukti-bukti yang kuat dan ilmiah
tentang sejarah penghuni Jakarta dan sekitarnya dari masa sebelum
Tarumanagara di abad 5.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dikemukakan bahwa paling tidak sejak zaman neolitikhum atau batu baru
(3500 – 3000 tahun yang lalu) daerah Jakarta dan sekitarnya dimana
terdapat aliran-aliran sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Kali
Bekasi, Citarum pada tempat-tempat tertentu sudah didiami oleh
masyarakat manusia. Beberapa tempat yang diyakini itu berpenghuni
manusia itu antara lain Cengkareng, Sunter, Cilincing, Kebon Sirih,
Tanah Abang, Rawa Belong, Sukabumi, Kebon Nanas, Jatinegara, Cawang,
Cililitan, Kramat Jati, Condet, Pasar Minggu, Pondok Gede, Tanjung
Barat, Lenteng Agung, Kelapa Dua, Cipete, Pasar Jumat, Karang Tengah,
Ciputat, Pondok Cabe, Cipayung, dan Serpong. Jadi menyebar hampir di
seluruh wilayah Jakarta.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dari alat-alat yang ditemukan di situs-situs itu, seperti kapak,
beliung, pahat, pacul yang sudah diumpam halus dan memakai gagang dari
kayu, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian
(mungkin semacam perladangan) dan peternakan. Bahkan juga mungkin telah
mengenal struktur organisasi kemasyarakatan yang teratur.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Seberapa Penting Keturunan</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Akhirnya, sebelum menutup tulisan ini perlu pula dikemukakan
pertanyaan, yang terlepas dari polemik soal asal muasal orang Betawi.
Sesungguhnya seberapa pentingkah keturunan itu bagi orang Betawi?
Mengutip penelitian Ninuk Kleden, maka tiga yang dianggap terpenting
dalam fase kehidupan orang Betawi adalah khitanan, kawinan,, dan
kematian. Berlatar kultur seperti itu, tentunya orang Betawi sedikit
sekali punya konsentrasi untuk mengingat-ingat sesuatu yang berkaitan
dengan kelahiran. Adat hidupnya yang banyak bertopang pada agama Islam
lebih mengajarkan untuk lebih mengingat-ingat hari kematian. Wajar jika
orang Betawi menganggap adat berulang tahun itu tak penting. Itu adat
kafir karena datangnya dari Kumpeni yaitu sebutan mereka untuk VOC
(Verenigde Oost-indiesche Compagnie).</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam konteks itulah adalah wajar jika Mandra spontan menjawab “au ah
gelap” soal asal muasal orang Betawi. Kapan lahir dan keturunan siapa
tak persoalan bagi orang Betawi. Apakah sejarah yang disertai polemik
itu tepat atau ngelantur? Tak soal. Sekali lagi, seperti kata Mahbub
Djunaidi, bagaimana mengkritisi sedangkan topangan literatur tiada.
Orang Betawi bukanlah orang Jawa yang walau banyak bohong masih sempat
meninggalkan sejarahnya dalam babad.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Motto hidup orang Betawi yang ingin senang terus, membuat mereka tak
ambil pusing soal polemik asal muasal itu. Mereka terima saja ketika
pemerintah Jakarta menetapkan baginya hari ulang tahun, 22 Juni. Tepat
atau tidak, benar atau bohong hari ulang tahun itu bagi orang Betawi
tidak jadi soal, karena sesama satu kesatuan entitas nasional jangankan
benarnya, bohongnya pun mesti percaya. Hidup sekali dan sudah susah koq
dibikin susah-susah dengan segala versi itu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Boleh jadi sikap ini karena mereka awam sejarah, atau malah
sebaliknya, sejarah itu diragukan kebenarannya. Orang Betawi memang
polos dan jenaka. Bagi mereka kwalitas manusia itu tidak ditentukan oleh
kapan lahir dan dari keturunan siapa, melainkan isi kepala dan
prilakunya. Ya, memang keturunan itu bukan apa-apa dan tidak 100%
dominan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Taruhlah orang Betawi itu keturunan Baginda Raja Salakanagara yang
hebat, Ki Balung Tunggal yang sakti atau cuma budak yang hina, tetapi
yang penting siapakah orang Betawi itu sekarang. Antara kebesaran
Baginda Raja Salakanagara, kesaktian Ki Balung Tunggal dan kehinaan
budak Kumpeni dengan orang Betawi sekarang tidak ada hubungannya sama
sekali. Tak perlu cerewet dengan kisah asal muasal keturunan. Lebih
penting adalah orang Betawi sekarang mesti belajar dan bekerja keras
untuk jadi berkwalitas macam raja-raja besar dan jangan jatuh hina
ditindas bagai budak tak berharga. Kwalitas tak jatuh dari keturunan,
dan tidak juga dari langit.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Tetapi tentang siapakah orang Betawi, dari mana asalnya, pendek kata
sejarahnya orang Betawi mesti dicarikan jawaban. Memang kwalitas tak
jatuh dari keturunan, tetapi pertanyaan sejarah itu bukan berarti mesti
diremehkan dan tidak harus dicari jawabannya. Sebisanya mesti dijawab,
sebab itu menyangkut sejauh mana sebetulnya kita bersungguh-sungguh
dengan sejarah. Sejarah yang lebih adil, yang bisa menjadi sumber
inspirasi dan pedoman yang menuntun masyarakat pendukungnya sekarang
belajar serta mengetahui serta mengerti seraya bekerja keras untuk
mencapai arah kemana mereka mesti menuju.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam konteks itu saling silang tentang sejarah asal usul orang
Betawi menjadi penting dan perlu disyukuri sebagai tanda bahwa arah
mencari sejarah yang adil tengah berjalan, dan disana sejarah sebagai
gambaran masa lalu yang adalah pula merupakan berita pikiran atau
discourse, yang menuntut adanya proses dialogis telah terjadi dan
tinggal kini orang Betawi mengambil hikmahnya dari setiap historiografi
atau penulisan sejarah yang terlibat dalam polemik itu untuk menjawab
keprihatinan dan kegelisahan sosial-kultural mereka yang harus
bertanggungjawab memajukan kehidupan manusia Betawi sekaligus manusia
Indonesia.[Erick Eko Prasetyo]</b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-12377383762792431972012-07-20T15:17:00.003+07:002012-08-15T09:24:20.768+07:00Sejarah Kerajaan Majapahit<h1 class="post-title" id="4855" style="color: #3d85c6;">
<a href="http://blog.re.or.id/sejarah-kejayaan-kerajaan-majapahit.htm" rel="bookmark" title="Sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit">Sejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit</a></h1>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Majapahit</b> adl sebuah <b>kerajaan kuno di Indonesia</b> yg pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa<b> kekuasaan Hayam Wuruk</b> yg berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lain di <b>semenanjung Malaya</b> Borneo Sumatra Bali dan Filipina. <b>Kerajaan Majapahit</b> adl <b>kerajaan Hindu-Buddha</b> terakhir yg menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam <b>sejarah Indonesia</b>.
Kekuasaan terbentang di Sumatra Semenanjung Malaya Borneo hingga
Indonesia timur meskipun wilayah kekuasaan masih diperdebatkan.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Sejarah Kerajaan Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ha terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit dan sejarah tak jelas.Sumber utama yg digunakan oleh para sejarawan adl <b>Pararaton - Kitab Raja-raja</b> dalam <b>bahasa Kawi</b> dan <b>Nagarakretagama</b> dalam bahasa Jawa Kuno.Pararaton terutama menceritakan <b>Ken Arok</b> (pendiri <b>Kerajaan Singhasari</b>)
namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuk Majapahit.
Sementara itu Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yg ditulis pada
masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa
itu hal yg terjadi tidaklah jelas.Selain itu terdapat beberapa prasasti
dalam <b>bahasa Jawa Kuno</b> maupun catatan <b>sejarah dari Tiongkok</b> dan negara-negara lain.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Keakuratan
semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat
disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos.
Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut
bukan catatan masa lalu tetapi memiliki arti supernatural dalam hal
dapat mengetahui masa depan. Namun demikian banyak pula sarjana yg
beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima krn
sejalan dgn catatan sejarah dari Tiongkok khusus daftar penguasa dan
keadaan kerajaan yg tampak cukup pasti.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Sejarah Pendirian Kerajaan Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sesudah <b>Singhasari</b> mengusir <b>Sriwijaya</b>
dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290 Singhasari menjadi
kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian <b>Kubilai Khan</b> penguasa <b>Dinasti Yuan</b> di Tiongkok. Ia mengirim utusan yg bernama <b>Meng Chi</b> ke Singhasari yg menuntut upeti. <b>Kertanagara</b>
penguasa kerajaan Singhasari yg terakhir menolak utk membayar upeti dan
mempermalukan utusan tersebut dgn merusak wajah dan memotong
telinganya. Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar
ke Jawa tahun 1293. Ketika itu <b>Jayakatwang</b> <b>adipati Kediri</b> sudah membunuh Kertanagara. Atas saran <b>Aria Wiraraja</b>
Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya menantu
Kertanegara yg datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi
hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. <b>Desa itu dinamai Majapahit</b> yg nama diambil dari <b>buah maja</b> dan rasa “<b>pahit</b>” dari buah tersebut. Ketika pasukan <b>Mongolia</b>
tiba Wijaya bersekutu dgn pasukan Mongolia utk bertempur melawan
Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongol sehingga
memaksa mereka menarik pulang kembali pasukan secara kalang-kabut krn
mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan
terakhir mereka utk menangkap <b>angin muson</b> agar dapat pulang atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yg asing.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Tanggal pasti yg digunakan sebagai <b>tanggal kelahiran kerajaan Majapahit</b> adl hari <b>penobatan Raden Wijaya sebagai raja</b> yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dgn nama resmi <b>Kertarajasa Jayawardhana</b>.
Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa
termasuk Ranggalawe Sora dan Nambi memberontak melawan meskipun
pemberontakan tersebut tak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa
mahapatih Halayudha lah yg melakukan konspirasi utk menjatuhkan semua
orang terpercaya raja agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam
pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti)
Halayudha ditangkap dan dipenjara dan lalu dihukum mati.Wijaya meninggal
dunia pada tahun 1309.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Anak dan penerus Wijaya Jayanegara adl penguasa yg jahat dan amoral. Ia digelari <b>Kala Gemet</b> yg berarti “penjahat lemah”. Pada tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh tabib Tanca. Ibu tiri yaitu <b>Gayatri Rajapatni</b>
seharus menggantikan akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri
dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak
perempuan <b>Tribhuwana Wijayatunggadewi</b> utk menjadi <b>ratu Majapahit</b>.
Selama kekuasaan Tribhuwana kerajaan Majapahit berkembang menjadi lbh
besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit
sampai kematian ibu pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putra <b>Hayam Wuruk</b>.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Kejayaan Kerajaan Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Hayam Wuruk</b>
juga disebut Rajasanagara memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga
1389. Pada masa Majapahit mencapai puncak kejayaan dgn bantuan <b>mahapatih Gajah Mada</b>.
Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364) Majapahit menguasai lbh banyak
wilayah. Pada tahun 1377 beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada
Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang menyebabkan runtuh
sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lain adl <b>Adityawarman</b> yg terkenal krn <b>penaklukan di Minangkabau</b>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Menurut Kakawin<b> Nagarakretagama pupuh XIII-XV</b> <b>daerah kekuasaan Majapahit</b>
meliputi Sumatra semenanjung Malaya Borneo Sulawesi kepulauan Nusa
Tenggara Maluku Papua dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian
batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan
tersebut tampak tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit
tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yg mungkin berupa
monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan dgn Campa
Kamboja Siam Birma bagian selatan dan Vietnam dan bahkan mengirim
duta-duta ke Tiongkok.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Keruntuhan Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sesudah mencapai puncak pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampak terjadi perang saudara (<b>Perang Paregreg</b>) pada tahun 1405-1406 antara <b>Wirabhumi</b> melawan <b>Wikramawardhana</b>.
Demikian pula telah terjadi pergantian raja yg dipertengkarkan pada
tahun 1450-an dan pemberontakan besar yg dilancarkan oleh seorang
bangsawan pada tahun 1468.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam tradisi Jawa ada sebuah
kronogram atau candrasengkala yg berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adl tahun berakhir Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041 yaitu tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adl
“sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yg sebenar digambarkan
oleh candrasengkala tersebut adl gugur Bre Kertabumi raja ke-11
Majapahit oleh Girindrawardhana.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ketika Majapahit didirikan <b>pedagang Muslim</b>
dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad
ke-14 dan awal abad ke-15 pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai
berkurang. Pada saat bersamaan sebuah kerajaan perdagangan baru yg
berdasarkan agama Islam yaitu <b>Kesultanan Malaka</b> mulai muncul di bagian barat nusantara.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Catatan sejarah dari Tiongkok</b>
Portugis (Tome Pires) dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa
telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu
ke tangan Adipati Unus penguasa dari Kesultanan Demak antara tahun 1518
dan 1521 M.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Sistem Perekonomian Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Majapahit merupakan <b>negara agraris</b>
dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri
utk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yg menetap di ibu kota
kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Menurut catatan <b>Wang Ta-yuan</b>
pedagang Tiongkok komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada garam
kain dan burung kakak tua sedangkan komoditas impor adl mutiara emas
perak sutra barang keramik dan barang dari besi. Mata uang dibuat dari
campuran perak timah putih timah hitam dan tembaga. Selain itu catatan
Odorico da Pordenone biarawan Katolik Roma dari Italia yg mengunjungi
Jawa pada tahun 1321 menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dgn
perhiasan emas perak dan permata.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Kebudayaan Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Ibu kota Majapahit di Trowulan</b> merupakan kota besar dan terkenal dgn perayaan besar keagamaan yg diselenggarakan tiap tahun. Agama Buddha Siwa dan Waisnawa (<b>pemuja Wisnu</b>) dipeluk oleh penduduk Majapahit dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha Siwa maupun Wisnu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Walaupun
batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelum arsitek
Majapahitlah yg paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit
berkualitas baik secara geometris dgn memanfaatkan getah tumbuhan
merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi
Majapahit yg masih dapat ditemui sekarang adl Candi Tikus dan Candi
Bajangratu di Trowulan Mojokerto.</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><b>Struktur Pemerintahan Majapahit</b></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Majapahit memiliki <b>struktur pemerintahan</b>
dan susunan birokrasi yg teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan
tampak struktur dan birokrasi tersebut tak banyak berubah selama
perkembangan sejarahnya[21]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di
dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Raja dibantu
oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan dgn para
putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja
biasa diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawah antara lain yaitu:</b></div>
<ul style="color: #3d85c6;">
<li><b>Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja</b></li>
<li><b>Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yg melaksanakan pemerintahan</b></li>
<li><b>Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan</b></li>
<li><b>Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan</b></li>
</ul>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yg terpenting
yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat
dikatakan sebagai perdana menteri yg bersama-sama raja dapat ikut
melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu terdapat pula
semacam dewan pertimbangan kerajaan yg anggota para sanak saudara raja
yg disebut Bhattara Saptaprabhu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Di bawah raja Majapahit terdapat
pula sejumlah raja daerah yg disebut Paduka Bhattara. Mereka biasa
merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam
mengumpulkan penghasilan kerajaan penyerahan upeti dan pertahanan
kerajaan di wilayah masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M)
disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan
yg dipimpin oleh seseorang yg bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan
tersebut yaitu:</b></div>
<ol style="color: #3d85c6;">
<li><b>Kelinggapura</b></li>
<li><b>Kembang Jenar</b></li>
<li><b>Matahun</b></li>
<li><b>Pajang</b></li>
<li><b>Singhapura</b></li>
<li><b>Tanjungpura</b></li>
<li><b>Tumapel</b></li>
<li><b>Wengker</b></li>
<li><b>Daha</b></li>
<li><b>Jagaraga</b></li>
<li><b>Kabalan</b></li>
<li><b>Kahuripan</b></li>
<li><b>Keling</b></li>
</ol>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span id="Raja-raja_Majapahit">Raja-raja Majapahit</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Berikut adl daftar <b>penguasa Majapahit</b>. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan <b>Rajasawardhana</b>
(penguasa ke-8) dan Girishawardhana yg mungkin diakibatkan oleh krisis
suksesi yg memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.</b></div>
<ol style="color: #3d85c6;">
<li><b>Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)</b></li>
<li><b>Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)</b></li>
<li><b>Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)</b></li>
<li><b>Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)</b></li>
<li><b>Wikramawardhana (1389 - 1429)</b></li>
<li><b>Suhita (1429 - 1447)</b></li>
<li><b>Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)</b></li>
<li><b>Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)</b></li>
<li><b>Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)</b></li>
<li><b>Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)</b></li>
<li><b>Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)</b></li>
<li><b>Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)</b></li>
<li><b>Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)</b></li>
</ol>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b>Warisan Sejarah Kerajaan Majapahit</b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kesultanan-kesultanan
Islam Demak Pajang dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas
kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan
legitimasi keturunan melalui Kertabhumi; pendiri Raden Patah menurut
babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang
Putri Cina yg dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan
Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yg dipimpin langsung oleh Sultan Agung
sendiri memiliki arti penting krn merupakan lokasi ibukota Majapahit.
Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yg berusaha
membuktikan hubungan para raja dgn keluarga kerajaan Majapahit sering
kali dalam bentuk makam leluhur yg di Jawa merupakan bukti penting dan
legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara
khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit dan masyarakat Bali
menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Para penggerak<b> nasionalisme Indonesia modern</b>
termasuk mereka yg terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad
ke-20 telah merujuk pada Majapahit sebagai contoh gemilang masa lalu
Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara
Republik Indonesia saat ini. Dalam propaganda yg dijalankan tahun
1920-an Partai Komunis Indonesia menyampaikan visi tentang masyarakat
tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yg diromantiskan.
Sukarno juga mengangkat Majapahit utk kepentingan persatuan bangsa
sedangkan Orde Baru menggunakan utk kepentingan perluasan dan
konsolidasi kekuasaan negara. Sebagaimana Majapahit negara Indonesia
modern meliputi wilayah yg luas dan secara politik berpusat di pulau
Jawa.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Majapahit memiliki pengaruh yg nyata dan berkelanjutan dalam <b>bidang arsitektur di Indonesia</b>. Penggambaran bentuk paviliun (<b>pendopo</b>)
berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama
telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di
Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Pada zaman Majapahit</b> terjadi perkembangan pelestarian dan penyebaran <b>teknik pembuatan keris</b>
berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami
penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris
pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterus bilah
keris yg ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris.
Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran <b>kalangan aristokrat</b>
juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara
terutama di bagian barat. Selain keris berkembang pula teknik pembuatan
dan penggunaan tombak.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Meskipun tak ada bukti tertulis banyak <b>perguruan pencak silat</b>
di Nusantara mengklaim memiliki akar tradisi hingga ke zaman Majapahit.
Sebagai suatu rezim ekspansionis tentara Majapahit dapat diduga
memiliki kemampuan bertempur yg lbh handal daripada bawahan-bawahannya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kebesaran
kerajaan ini dan berbagai intrik politik yg terjadi pada masa itu
menjadi sumber inspirasi tak henti-henti bagi para seniman masa selanjut
utk menuangkan kreasi terutama di Indonesia. Berikut adl daftar
beberapa <b>karya seni Kerjaan Majapahit</b> yg berkaitan dgn masa tersebut.</b></div>
<ul style="color: #3d85c6;">
<li><b><b>Serat Darmagandhul</b>
sebuah kitab yg tak jelas penulis krn menggunakan nama pena Ki
Kalamwadi namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini
berkisah tentang hal-hal yg berkaitan dgn perubahan keyakinan orang
Majapahit dari agama sinkretis “Buda” ke Islam dan sejumlah ibadah yg
perlu dilakukan sebagai umat Islam.</b></li>
<li><b>Serial “<b>Mahesa Rani</b>”
karya Teguh Santosa yg dimuat di Majalah Hai mengambil latar belakang
pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah
Mada) adik seperguruan Lubdhaka seorang rekan Mahesa Rani.</b></li>
<li><b>Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit karya Jan Mintaraga.</b></li>
<li><b>Komik Majapahit karya R.A. Kosasih</b></li>
<li><b>Strip
komik “Panji Koming” karya Dwi Koendoro yg dimuat di surat kabar
“Kompas” edisi Minggu menceritakan kisah sehari-hari seorang warga
Majapahit bernama Panji Koming.</b></li>
<li><b>Sandyakalaning Majapahit (1933) roman sejarah dgn setting masa keruntuhan Majapahit karya Sanusi Pane.</b></li>
<li><b>Kemelut Di Majapahit roman sejarah dgn setting masa kejayaan Majapahit karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.</b></li>
<li><b>Zaman
Gemilang (1938/1950/2000) roman sejarah yg menceritakan akhir masa
Singasari masa Majapahit dan berakhir pada intrik seputar terbunuh
Jayanegara karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.</b></li>
<li><b>Senopati
Pamungkas (1986/2003) cerita silat dgn setting runtuh Singhasari dan
awal berdiri Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara karya Arswendo
Atmowiloto.</b></li>
<li><b>Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005)
roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi putri dari
Kerajaan Sunda yg gugur dalam Peristiwa Bubat.</b></li>
<li><b>Gajah Mada
(2005) sebuah roman sejarah berseri yg mengisahkan kehidupan Gajah Mada
dgn ambisi menguasai Nusantara karya Langit Kresna Hariadi.</b></li>
<li><b>Tutur
Tinular suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara
radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan
Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.</b></li>
<li><b>Saur
Sepuh suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara
radio yg populer pada awal 1990-an. Film ini sebetul lbh berfokus pada
sejarah Pajajaran namun berkait dgn Majapahit pula.</b></li>
<li><b>Walisongo
sinetron Ramadhan tahun 2003 yg berlatar Majapahit di masa Brawijaya V
hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.</b></li>
</ul>
<h1 class="post-title" id="4855" style="color: #3d85c6;">
<b> </b></h1>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-18930688559233631132012-07-20T15:02:00.003+07:002012-08-15T09:25:42.777+07:00Cerita JAKA TARUB Dan NAWANG WULAN<div id="content" style="color: #3d85c6;">
<h1>
CERITA JAKA TARUB DAN NAWANG WULAN</h1>
<img alt="" height="90" src="http://www-waptros.wen9.com/jaka_tarub.jpg" width="90" />
<b>Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia
sering keluar masuk hutan untuk berburu maupun menimba ilmu. Ketika
suatu hari di malam bulan purnama ia memasuki hutan, dari kejauhan ia
mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang bercanda. Terdorong oleh
rasa penasaran, Jaka Tarub berjalan mencari arah menuju suara-suara itu.
Sampai akhirnya ia menemukan sebuah danau yang sangat indah di tengah
hutan, beserta 7 orang wanita yang sangat cantik sedang mandi dan
bercanda ria. Dengan mengendap- ngendap, Jaka Tarub berjalan mendekat.
Kemudian ia menemukan pakaian wanita-wanita tersebut yang tergeletak
berserakan. Setelah memilih, ia mencuri salah satunya dan
menyembunyikannya. Beberapa saat pun berlalu dan para bidadari sudah
hendak kembali ke khayangan. 6 dari mereka memakai pakaian dan kain
mereka, lalu terbang ke langit malam. Barulah Jaka Tarub mengerti kalau
wanita-wanita itu adalah para bidadari khayangan.</b><br />
<a name='more'></a><b> Namun seorang bidadari
tertinggal di danau. Karena kehilangan pakaiannya ia tidak bisa kembali
ke langit dan kemudian menangis tersedu-sedu. “Bila ada yang menemukan
pakaian dan kainku, bila laki-laki akan kujadikan suami dan bila
perempuan akan kujadikan saudara,” sumpah sang bidadari. Jaka Tarub
kemudian menampakkan dirinya dan menghibur sang bidadari. Ia memberikan
selembar kain untuk dipakai bidadari itu, namun tetap menyembunyikan
pakaiannya supaya ia tak bisa terbang ke khayangan meninggalkannya. Sang
bidadari kemudian memenuhi sumpahnya dan menikah dengan Jaka Tarub.
(Ada versi lain dimana Nawang Wulan tidak perlu bersumpah seperti itu.
Ketika Nawang Wulan menangis di danau, Jaka Tarub langsung muncul dan
menghiburnya, lalu ia menawarkan tempat tinggal untuk Nawang Wulan
sampai kemudian akhirnya mereka menikah) Nawang Wulan nama bidadari itu,
sejak menikah dengannya Jaka Tarub hidup berkecukupan. Panennya
melimpah dan lumbung selalu dipenuhi oleh padi tanpa pernah
berkekurangan. Pakaian Nawang Wulan disembunyikan Jaka Tarub di dalam
lumbung yang selalu penuh. Mereka pun dikaruniai seorang anak (bisa anak
laki-laki atau anak perempuan, tergantung versi ceritanya) dan hidup
berbahagia. Namun setelah beberapa lama hidup berumah tangga, terusiklah
rasa ingin tahu Jaka Tarub. Setiap hari ia dan keluarganya selalu makan
nasi, namun lumbung selalu tidak pernah berkurang seolah tak ada padi
yang dipakai untuk mereka makan. Suatu hari Nawang Wulan hendak pergi ke
sungai. Ia berpesan pada suaminya supaya menjaga api tungku di dapur,
namun melarangnya untuk membuka tutup periuk (pada versi lain, Nawang
Wulan bahkan melarang Jaka Tarub untuk masuk ke dapur). Jaka Tarub
melakukan pesan istrinya, namun rasa penasaran yang sudah dipendamnya
sejak lama akhirnya membuatnya melanggar larangan yang sudah dipesankan.
Dibukanya tutup periuk dan di dalamnya ternyata hanya ada satu butir
beras. Rupanya selama ini Nawang Wulan hanya membutuhkan sebutir beras
untuk memenuhi kebutuhan nasi mereka sekeluarga dalam sehari. Ketika
Nawang Wulan pulang dan membuka tutup periuk, hanya ada sebutir beras di
dalamnya. Marahlah Nawang Wulan karena suaminya telah melanggar
larangannya, dan ia pun menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus
memasak nasi seperti manusia biasa. Ia harus bersusah payah menumbuk
padi banyak- banyak menjadi beras sebelum kemudian menanaknya menjadi
nasi. Akibatnya karena dipakai terus menerus, lama kelamaan persediaan
padi di lumbung Jaka Tarub semakin menyusut. Pelan tapi pasti, padi
mereka semakin habis, sementara musim panen masih belum tiba. Ketika
suatu hari Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk,
dilihatnya seonggok kain yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika
ditarik dan diperhatikan, teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah
pakaian bidadarinya. “Rupanya selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan
pakaianku. Dan karena isi lumbung terus berkurang pada akhirnya aku bisa
menemukannya kembali. Ini pasti sudah menjadi kehendak Yang Di Atas,”
pikirnya. Nawang Wulan kemudian mengenakan pakaian bidadarinya dan
mengambil kainnya. Ia lalu menemui Jaka Tarub untuk berpamitan dan
memintanya merawat anak mereka baik-baik. Jaka Tarub memohon dengan
sangat agar istrinya tidak meninggalkannya, namun sudah takdir Nawang
Wulan untuk kembali ke khayangan dan berpisah dengannya. “Kenanglah aku
ketika melihat bulan. Aku akan menghiburmu dari atas sana,” kata Nawang
Wulan. Ia pun kemudian terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan
Jaka Tarub yang menangis dalam penyesalan.</b><br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-19577368570731245992012-07-19T13:07:00.000+07:002012-08-15T09:26:22.253+07:00DOA MUSTAJAB MEMBAKAR DAN MENGUSIR JIN<h2 style="color: #3d85c6;">
<a href="http://metafisis.wordpress.com/2011/06/02/doa-mustajab-membakar-dan-mengusir-jin/" rel="bookmark" title="DOA MUSTAJAB MEMBAKAR DAN MENGUSIR JIN">DOA MUSTAJAB MEMBAKAR DAN MENGUSIR JIN</a></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kisah ini dituturkan oleh Imam Ibn Al-Qayyim (Murid Syaikh Ibnu
Taimiyyah yang fatwa-fatwanya sering jadi rujukan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab “wahabi”) dalam kitabnya Al-Wabil Ash-Shayyib min Al-Kalim
Ath-Thayyib. Saya (admin) menganjurkan setiap umat muslim mempraktekkan
tekhnik ruqyah untuk mengusir jin ini (ada banyak tekhnik lainnya yang
akan saya “bocorkan” <img alt=";)" class="wp-smiley" src="http://s1.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_wink.gif?m=1129645325g" /> ) .</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Para peruqyah wahabi sudah sangat jamak menggunakan tekhnik DOA ini
dengan hasil yang sangat MENAKJUBKAN dan bisa dicontoh oleh peruqyah
lainnya…………………</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><span id="more-2032"></span></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Tekhnik ini sangat bagus dan sangat syar’i dibandingkan dengan mengemis-ngemis minta bantuan khodam jin atau memakai jimat <img alt=":)" class="wp-smiley" src="http://s0.wp.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif?m=1129645325g" /></b><br />
<a name='more'></a> </div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Abu Nadhar Hasyim ibn Al-Qasim mengatakan, “Aku melihat dalam rumahku sesuatu makhluk, dan dia berkata kepadaku,<i> ‘Wahai AbuNadhar, menyingkirlah engkau dari dekat kami.’</i>
Hal itu sungguh menyulitkanku. Karena itu, aku menulis surat ke Kufah,
kepada Ibn Idris,Al-Muharibiy, dan Abu Usamah. Al-Muharibiy membalas
suratku dan menceritakan bahwa tali sebuah sumur di Madinah putus. Lalu
beberapa orang mencoba turun untuk mengambilnya, tetapi tidak
berhasil.Kemudian mereka meminta setimba air, dan membacakan beberapa
bacaan, lalu menyiramkan air tersebut ke dalam sumur. Tiba-tiba keluar
api dari dalam sumur dan padam saat tiba di mulut sumur.” “Kemudian aku
(Abu An-Nadhar) mengambil seember air, dan aku bacakan doa yang
diberikan Al-Muharibiy, lalu aku siramkan air itu disudut-sudut
rumah,tiba-tiba kudengar suara jeritan,<b> <i>‘Engkau telah membakar kami, kami akan menyingkir dari dekatmu.’</i></b> Doa itu adalah:</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://metafisis.files.wordpress.com/2011/06/clip_35.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-2034" height="218" src="http://metafisis.files.wordpress.com/2011/06/clip_35.jpg?w=468&h=218" title="Clip_35" width="468" /></a><a href="http://metafisis.files.wordpress.com/2011/06/clip_36.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-2035" height="218" src="http://metafisis.files.wordpress.com/2011/06/clip_36.jpg?w=468&h=218" title="Clip_36" width="468" /></a>Artinya :</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>“Dengan nama Allah, kami berada di sore ini dengan nama Allah Yang
tiada sesuatu pun yang dapat menghalangi-Nya, dan dengan keagungan Allah
Yang tidak bisa dikalahkan dan direndahkan. Dengan kekuasaan Allah Yang
Maha Mencegah, kami berlindung, dan dengan seluruh nama-nama-Nya yang
balk kami berlindung dart kejahatan iblis-iblis dan dart kejahatan
setan-setan, baik dari golongan manusia maupun jin. Kami berlindung
kepada Allah dari kejahatan segala sesuatu yang menampakkan diri dan
menyembunyikan diri, dari kejahatan segala sesuatu yang keluar di malam
hari dan bersembunyi di siang hari, dari kejahatan segala sesuatu yang
menampakkan diri di siang hari dan bersembunyi di malam hari, .dan dari
kejahatan segala sesuatu yang diciptakan-Nya, yang kotor dan yang
bersih. Kami berlindung dari kejahatan Iblis dan pengikut-pengikutnya,
dan dari kejahatan segala makhluk yang berada dalam kekuasaan-Mu.
Sesungguhnya Tuhanku selalu menunjukkan jalan yang lurus. Aku berlindung
kepada Allah dengan perlindungan yang dimohonkan oleh Musa, `Isa dan
Ibrahim yang memenuhi janji, dari kejahatan segala sesuatu yang
diciptakan-Nya, yang kotor dan yang bersih, dan dari kejahatan Iblis dan
pengikut-pengikutnya, dan dari kejahatan segala sesuatu yang
membangkang. Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui, dari kejahatan setan yang terkutuk <i>Dengan nama Allah;
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Demi (rombongan) yang bersaf-saf
dengan sebenar-benarnya. Dan Demi (rombongan) yang melarang dengan
sebenar-benamya (dari perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang
membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, dan Tuhan tempat-tempat
terbit matahari. Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat
dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (dengan
se-benar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-setan
itu tidak dapat mencuri-dengar (pembicaraan) para malaikat dan mereka
dilempari dari segala penjuru, untuk mengusir mereka, dan bagi mereka
siksaan yang kekal. Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang
mencuri-curi (pembicaraan), maka dia dikejar oleh kilatan api yang
cemerlang” (QS. </i>Ash-Shaffat: 1-10).</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Aplikasi tekhnik ruqyah :</b></b></div>
<span style="color: #3d85c6;"><b>Baca Doa ini dengan khusyuk dan persiapan sempurna (berwudhu, tubuh
suci dari hadats besar dan kecil) didalam seember air dicampur dengan
garam , sewaktu membaca mulut kita didekatkan di air tersebut hingga
sebagian ludah/hawa kita mengenai air tersebut, setelah membacanya lalu
air tersebut di percikkan ditempat yang angker/ada gangguan jinnya (bisa
dipercikkan melingkari tempat tersebut) / bisa juga langsung diguyurkan
pada penderita gangguan jin, Insya Allah reaksinya keberhasilannya
seketika…</b>…</span>…..Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-521357093625506752012-07-19T12:47:00.002+07:002012-08-15T09:27:29.506+07:00Sejarah Sunan Bonang <h2 id="post-1240" style="color: #3d85c6;">
Sejarah Sunan Bonang </h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim.
Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M
dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati
di Tuban</b>
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana
ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga
Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga:
sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih
halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus
yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari
arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan
wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang
dilakukan Sunan Kudus.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang
mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut
disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001
malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus
mengikat masyarakatnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.
Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan
Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan
Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.</b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-88893446518448960492012-07-19T12:43:00.001+07:002012-08-15T09:28:30.427+07:00Sejarah Sunan Kudus<h2 id="post-1227" style="color: #3d85c6;">
Sejarah Sunan Kudus </h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan
Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa
Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana
hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima
Perang</b>
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana
ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga
Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga:
sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih
halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus
yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan
memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari
arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan
wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang
dilakukan Sunan Kudus.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang
mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi
betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih
menolak untuk menyembelih sapi.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut
disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001
malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus
mengikat masyarakatnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.
Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan
Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan
Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.</b></div>
<b><b style="color: #3d85c6;"></b></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-25573793447991691522012-07-19T12:27:00.003+07:002012-08-15T09:29:30.319+07:00Sejarah Sunan Gunung Jati<div class="calender">
</div>
<h3 class="post-title entry-title" style="font-weight: normal;">
</h3>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><a href="http://islami-nazril.blogspot.com/p/sejarah-sunan-gunung-jati.html">Sejarah Sunan Gunung Jati</a></b></h2>
<h3 class="post-title entry-title" style="font-weight: normal;">
</h3>
<div class="post-body entry-content" style="color: #3d85c6;">
<h2>
<b><b style="font-weight: normal;">Sunan Gunung jati</b></b></h2>
<b><br />
1. Asal - Usul<br />
Sebelum era Sunan Gunung Jati berdakwah di Jawa Barat. Ada seorang
ulama besar dari Bagdad telah datang di daerah Cirebon bersama duapuluh
dua orang muridnya. Ulama besar itu bernama Syekh Kahfi. Ulama inilah
yang lebih dahulu menyiarkan agama Islam di sekitar daerah Cirebon.<br /><br />
Al-Kisah, putra Prabu Siliwangi dari Pajajaran bernama Pangeran
Walangsungsang dan adiknya Rara Santang pada suatu malam mendapat mimpi
yang sama. Mimpi itu terulang hingga tiga kali yaitu bertemu dengan
Nabi Muhammad yang mengajarkan agama Islam.</b>
<b></b><br />
<a name='more'></a><b><br /><br />
Wajah Nabi Muhammad yang agung dan caranya menerangkan Islam demikian
mempersona membuat kedua anak muda itu merasa rindu. Tapi mimpi itu
hanya terjadi tiga kali.</b>
<b><br /><br />
Seperti orang kehausan, kedua anak muda itu mereguk air lebih banyak
lagi, air yang akan menyejukkan jiwanya itu agama Islam. Kebetulan
mereka telah mendengar adanya Syekh Dzatul Kahfi atau lebih muda
disebut Syekh Datuk Kahfi yang membuka perguruan Islam di Cirebon.
Mereka mengutarakan maksudnya kepada Prabu Siliwangi untuk berguru
kepada Syekh Datuk Kahfi, mereka ingin memperdalam agama Islam seperti
ajaran Nabi Muhammad SAW. Tapi keinginan mereka ditolak oleh Prabu
Siliwangi.</b>
<b><br /><br />
Pangeran Walangsungsang dan adiknya nekad, keduanya melarikan diri dari
istana dan pergi berguru kepada Syekh Datuk Kahfi di Gunung Jati.
Setelah berguru beberapa lama di Gunung Jati, Pangeran Walangsungsang
diperintahkan oleh Syekh Datuk Kahfi untuk membuka hutan di bagian
selatan Gunung Jati. Pangeran Walangsungsang adalah seorang pemuda
sakti, tugas itu diselesaikannya hanya dalam beberapa hari. Daerah itu
dijadikan pendukuhan yang makin hari banyak orang berdatangan menetap
dan menjadi pengikut Pangeran Walangsungsang. Setelah daerah itu ramai
Pangeran Walangsungsang diangkat sebagai kepala Dukuh dengan gelar
Cakrabuana. Daerahnya dinamakan Tegal Alang-alang.</b>
<b><br /><br />
Orang yang menetap di Tegal Alang-alang terdiri dari berbagai rasa atau
keturunan, banyak pula pedagang asing yang menjadi penduduk tersebut,
sehingga terjadilah pembauran dari berbagai ras dan pencampuran itu
dalam bahasa Sunda disebut Caruban. Maka Legal Alang-alang disebut
Caruban.</b>
<b><br /><br />
Sebagian besar rakyat Caruban mata pencariannya adalah mencari udang kemudian dibuatnya menjadi petis yang terkenal.</b>
<b><br /><br />
Dalam bahasa Sunda Petis dari air udang itu, Cai Rebon. Daerah
Carubanpun kemudian lebih dikenal sebagai Cirebon hingga sekarang ini.
Setelah dianggap memenuhi syarat, Pangeran Cakrabuana dan Rarasantang
di perintah Datuk Kahfi untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci.
Di Kota Suci Mekkah, kedua kakak beradik itu tinggal di rumah seorang
ulama besar bernama Syekh Bayanillah sambil menambah pengetahuan agama.</b>
<b><br /><br />
Sewaktu mengerjakan tawaf mengelilingi Ka’bah kedua kakak beradik itu
bertemu dengan seorang Raja Mesir bernama Sultan Syarif Abdullah yang
sama-sama menjalani Ibadah haji. Raja Mesir itu tertarik pada wajah
Rarasantang yang mirip mendiang istrinya.</b>
<b><br /><br />
Sesudah ibadah haji diselesaikan Raja Mesir itu melamar Rarasantang
pada Syekh Bayanillah. Rarasantang dan Pangeran Cakrabuana tidak
keberatan. Maka dilangsungkanlah pernikahan dengan cara Mazhab Syafi’i.
Nama Rarasantang kemudian diganti dengan Syarifah Mudaim. Dari
perkawinan itu lahirlah Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.</b>
<b><br /><br />
Pangeran Cakrabuana sempat tinggal di Mesir selama tiga tahun. Kemudian
pulang ke Jawa dan mendirikan Negeri Caruban Larang. Negeri Caruban
Larang adalah perluasan dari daerah Caruban atau Cirebon, pola
pemerintahannya menggunakan azas Islami. Istana negeri itu dinamakan
sesuai dengan putri Pangeran Cakrabuana yaitu Pakungwati.</b>
<b><br /><br />
Dalam waktu singkat Negeri Caruban Larang telah terkenal ke seluruh
Tanah Jawa, terdengar pula oleh Prabu Siliwangi selaku penguasa daerah
Jawa Barat. Setelah mengetahui negeri baru tersebut dipimpin putranya
sendiri, maka sang Raja tidak keberatan walau hatinya kurang berkenan.
Sang Prabu akhirnya juga merestui tampuk pemerintahan putranya, bahkan
sang Prabu memberinya gelar Sri Manggana.</b>
<b><br /><br />
Sementara itu dalam usia muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh
ayahnya. Ia ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja
Mesir, tapi anak muda yang masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau.
Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah Jawa berdakwah di Jawa Barat.
Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada adiknya yaitu Syarif
Nurullah.</b>
<b><br /><br />
Sewaktu berada di negeri Mesir, Syarif Hidayatullah berguru kepada
beberapa ulama besar didaratan Timur Tengah. Dalam usia muda itu
ilmunya sudah sangat banyak, maka ketika pulang ke tanah leluhurnya
yaitu Jawa, ia tidak merasa kesulitan melakukan dakwah.</b>
<b><br /><br />
2. Perjuangan Sunan Gunung Jati</b>
<b><br /><br />
Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif
Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap
Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar adalah
dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang
penyebar agama Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan
Gunungjati.</b>
<b><br /><br />
Sedang Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan
Trenggana membantu Sunan Gunungjati berperang melawan penjajah
Portugis.</b>
<b><br /><br />
Bukti bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunungjati adalah makam dekat Sultan
Gunungjati yang ada tulisan Tubagus Pasai Fathullah atau Fatahillah
atau Faletehan menurut lidah orang Portugis. Syarif Hidayatullah dan
ibunya Syarifah Muda’im datang di negeri Caruban Larang Jawa Barat pada
tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah
pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana
dan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi sudah wafat, guru Pangeran
Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan
alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya, Syarifah Muda’im minta
agar diijinkan tinggal di Pasambangan atau Gunungjati.</b>
<b><br /><br />
Syarifah Muda’im dan putranya yaitu Syarif Hidayatullah meneruskan
usaha Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunungjati. Sehingga kemudian
dari Syarif Hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan Sunan
Gunungjati.</b>
<b><br /><br />
Tibalah saat yang ditentukan, Pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya
yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada
tahun 1479, karena usianya sudah lanjut Pangeran Cakrabuana
menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan
gelar Susuhunan artinya orang yang dijunjung tinggi. Disebutkan, pada
tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke
Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu
diajak masuk Islam kembali tapi tidak mau. Mesti Prabu Siliwangi tidak
mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam
di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan
perjalanan ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam
dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering
singgah ke tempat itu.</b>
<b><br /><br />
Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh adipati Banten.
Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan putri Adipati Banten yang
bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinan inilah kemudian Syarif
Hidayatullah di karuniai orang putra</b>
<b><br />
yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan
agama islam di Tanah Jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati
tidak bekerja sendirian, beliau sering ikut bermusyawarah dengan
anggota wali lainnya di Masjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga
membantu berdrinya Masjid Demak. Dari pergaulannya dengan Sultan Demak
dan para Wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan
Kesultanan Pakungwati dan ia memproklamirkan diri sebagai Raja yang
pertama dengan gelar Sultan.<br /><br />
Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti
kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.
Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Raja Pajajaran. Raja
Pajajaran tak peduli siapa yang berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu
maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki
Jagabaya. Tugas mereka adalah menangkap Syarif Hidayatullah yang
dianggap lancang mengangkat diri sebagai raja tandingan Pajajaran. Tapi
usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak
kembali ke Pajajaran, mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif
Hidayayullah.</b>
<b><br /><br />
Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin
bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain
seperti : Surantaka, Japura, Wana Giri, Telaga dan lain-lain menyatakan
diri menjadi wilayah Kasultanan Cirebon. Lebih-lebih dengan
diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah pengaruh
Kasultanan Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing datang
menjalin persahabatan. Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang
keluarga istana Cirebon kawin dengan Pembesar dari negeri Cina yang
berkunjung ke Cirebon yaitu Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon dan
negeri Cina makin erat.</b>
<b><br /><br />
Bahkan Sunan Gunungjati pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan
putri Kaisar Cina yang bernama Putri Ong Tien. Kaisar Cina yang pada
saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan perkawinan itu
sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri
Cina, hal ini ternyata menguntungkan bangsa Cina untuk dimanfaatkan
dalam dunia perdagangan.</b>
<b><br /><br />
Sesudah kawin dengan Sunan Gunungjati, Putri Ong Tien di ganti namanya
menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah Putri Ong Tien ini
membekali putranya dengan harta benda yang tidak sedikit, sebagian
besar barang-barang peninggalan putri Ong Tien yang dibawa dari negeri
Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman.
Istana dan Masjid Cirebon kemudian dihiasi dan diperluas lagi dengan
motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina. Masjid Agung Sang
Ciptarasa dibangun pada tahun 1480 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati
atau istri Sunan Gunungjati. Dari pembangunan masjid itu melibatkan
banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan sejumlah tenaga ahli yang
dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat
penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang persatuan
ummat.</b>
<b><br /><br />
Selesai membangun masjid, diserukan dengan membangun jalan-jalan raya
yang menghubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk
memperluas pengembangan Islam di seluruh Tanah Pasundan. Prabu
Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon
yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin
terhimpit.</b>
<b><br /><br />
Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya
mereka ingin meluaskan kekuasaan ke Pulau Jawa. Pelabuhan Sunda Kelapa
yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak
Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan Nusantara. Oleh
karena itu Raden Patah mengirim Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor
untuk menyerang Portugis di Malaka. Tapi usaha itu tak membuahkan
hasil, persenjataan Portugis terlalu lengkap, dan mereka terlanjur
mendirikan benteng yang kuat di Malaka.</b>
<b><br /><br />
Ketika Adipati Unus kembali ke Jawa, seorang pejuang dari Pasai
(Malaka) bernama Fatahillah ikut berlayar ke Pulau Jawa. Pasai sudah
tidak aman lagi bagi mubaligh seperti Fatahillah karena itu beliau
ingin menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.</b>
<b><br /><br />
Raden Patah wafat pada tahun 1518, berkedudukannya digantikan oleh
Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, baru saja beliau dinobatkan
muncullah pemberontakanpemberontakan dari daerah pedalaman, didalam
usaha memadamkan pemberontakan itu Pangeran Sabrang Lor meninggal
dunia, gugur sebagai pejuang sahid. Pada tahun 1521 Sultan Demak di
pegang oleh Raden Trenggana putra Raden Patah yang ketiga. Di dalam
pemerintahan Sultan Trenggana inilah Fatahillah diangkat sebagai
Panglima Perang yang akan ditugaskan mengusir Portugis di Sunda Kelapa.</b>
<b><br /><br />
Fatahillah yang pernah berpengalaman melawan Portugis di Malaka
sekarang harus mengangkat senjata lagi. Dari Demak mula-mula pasukan
yang dipimpinnya menuju Cirebon. Pasukan gabungan Demak Cirebon itu
kemudian menuju Sunda Kelapa yang sudah dijarah Portugis atas bantuan
Pajajaran.</b>
<b><br /><br />
Mengapa Pajajaran membantu Portugis ? Karena Pajajaran merasa iri dan
dendam pada perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas, ketika
Portugis menjanjikan bersedia membantu merebut wilayah Pajajaran yang
dikuasai Cirebon maka Raja Pajajaran menyetujuinya.</b>
<b><br /><br />
Mengapa Pasukan gabungan Demak-Cirebon itu tidak dipimpin oleh Sunan
Gunungjati ? Karena Sunan Gunungjati tahu dia harus berperang melawan
kakeknya sendiri, maka diperintahkannya Fatahillah memimpin serbuan
itu. Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari pengalamannya bertempur
di Malaka, tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara dan siasat
Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan
setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang.</b>
<b><br /><br />
Akhirnya Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka,
sedangkan Pajajaran cerai berai tak menentu arahnya. Selanjutnya
Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak
yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan
karena Fatahillah dibantu putra Sunan Gunungjati yang bernama Pangeran
Sebakingking. Di kemudian hari Pangeran Sebakingking ini menjadi
penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.</b>
<b><br /><br />
Fatahillah kemudian diangkat segenap Adipati di Sunda Kelapa. Dan
merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, karena Sunan Gunungjati
selaku Sultan Cirebon telah memanggilnya untuk meluaskan daerah Cirebon
agar Islam lebih merata di Jawa Barat. Berturut-turut Fatahillah dapat
menaklukkan daerah TALAGA sebuah negara kecil yang dikuasai raja Budha
bernama Prabu Pacukuman. Kemudian kerajaan Galuh yang hendak
meneruskan kebesaran Pajajaran lama. Raja Galuh ini bernama Prabu
Cakraningrat dengan senopatinya yang terkenal yaitu Aria Kiban. Tapi
Galuh tak dapat membendung kekuatan Cirebon, akhirnya raja dan
senopatinya tewas dalam peperangan itu.</b>
<b><br /><br />
Kemenangan demi kemenangan berhasil diraih Fatahillah. Akhirnya Sunan
Gunungjati memanggil ulama dari Pasai itu ke Cirebon. Sunan Gunungjati
menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu. Sementara kedudukan
Fatahillah selaku Adipati Jayakarta kemudian diserahkan kepada Ki Bagus
Angke. Ketika usia Sunan Gunungjati sudah semakin tua, beliau
mengangkat putranya yaitu Pangeran Muhammad Arifin sebagai Sultan
Cirebon ke dua dengan gelar Pangeran Pasara Pasarean. Fatahillah yang
di Cirebon sering disebut Tubagus atau Kyai Bagus Pasai diangkat
menjadi penasehat sang Sultan.</b>
<b><br />
Sunan Gunungjati lebih memusatkan diri pada penyiaran dakwah Islam di
Gunungjati atau Pesantren Pasambangan. Namun lima tahun sejak
pengangkatannya mendadak Pangeran Muhammad Arifin meninggal dunia
mendahului ayahandanya. Kedudukan Sultan kemudian diberikan kepada
Pangeran Sebakingking yang bergelar sultan Maulana Hasanuddin, dengan
kedudukannya di Banten. Sedang Cirebon walaupun masih tetap digunakan
sebagai kesultanan tapi Sultannya hanya bergelar Adipati. Yaitu Adipati
Carbon I. Adpati Carbon I ini adalah menantu Fatahillah yang diangkat
sebagai Sultan Cirebon oleh Sunan Gunungjati.<br />
Adapun nama aslinya Adipati Carbon adalah Aria Kamuning.<br />
Sunan Gunungjati wafat pada tahun 1568, dalam usia 120 tahun. Bersama
ibunya, dan pangeran Carkrabuasa beliau dimakamkan di gunung Sembung.
Dua tahun kemudian wafat pula Kyai Bagus Pasai, Fatahillah dimakamkan
ditempat yang sama, makam kedua tokoh itu berdampingan, tanpa
diperantarai apapun juga.
</b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-31472565122657058192012-07-19T12:23:00.001+07:002012-08-15T09:30:20.798+07:00Sejarah sunan kalijaga <h2 id="post-1235">
Sejarah sunan kalijaga </h2>
<small><br /></small>
<a href="http://atifhidayat.wordpress.com/2009/03/10/sunan-kalijaga/atifhidayat.wordpress.com"><img alt="" class="alignnone" height="400" src="http://respati.at.ua/_pu/0/63928.jpg" width="328" /></a><span id="more-1235"></span><b style="color: #3d85c6;"> </b><br />
<b style="color: #3d85c6;">Dialah
“wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir
sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban
-keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya
Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam</b><br />
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki
sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban
atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama
Kalijaga yang disandangnya.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun
Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan
bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya
dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali)
atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari
bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu
suci” kesultanan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.
Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir
1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga
Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan
Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang
pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal”
(pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah
kreasi Sunan Kalijaga.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat
dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis
salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih
kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat
akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati
secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga
berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama
hilang.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan
Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk
sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan,
grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap
pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid
diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa
memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati
Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede
– Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.</b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-34603131728099085022012-07-18T13:31:00.002+07:002012-08-15T09:32:21.046+07:00Kisah Wali Songo - Sunan Drajat<h1 class="title entry-title" itemprop="name">
<a href="http://jalanayam.blogspot.com/2011/02/kisah-wali-songo-sunan-drajat.html" itemprop="url" rel="bookmark">
<span style="color: #3d85c6;">Kisah Wali Songo - Sunan Drajat</span></a></h1>
<h1 class="title entry-title" itemprop="name">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAr_hMurKLY-qT09huJ2pe6ANr_udmdNAPuxWBH6a9B1V7rBuZguTBDxBkwQNB-uHn_hOqG97nqXqvrozsanNa4ZA8ikic6rKsulilMAktw-TRoq6C_tYrlBz-XtnXEssYMOqniQarEcQ/s1600/drajat.JPG" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAr_hMurKLY-qT09huJ2pe6ANr_udmdNAPuxWBH6a9B1V7rBuZguTBDxBkwQNB-uHn_hOqG97nqXqvrozsanNa4ZA8ikic6rKsulilMAktw-TRoq6C_tYrlBz-XtnXEssYMOqniQarEcQ/s200/drajat.JPG" width="145" /></a><span style="color: #3d85c6;"> </span></h1>
<h1 class="title entry-title" itemprop="name">
<span style="color: #3d85c6;"> </span></h1>
<h2 class="title entry-title" itemprop="name">
<b><span style="color: #3d85c6;"> </span></b></h2>
<div class="title entry-title" itemprop="name" style="color: #3d85c6;">
<h2>
<b><br /></b></h2>
</div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">1. ASAL USUL<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nama asli Sunan Drajad adalah Raden Qosim, beliau putra Sunan Ampel dengan</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian di perintah untuk</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> berda’wah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban dan</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Gresik.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Raden mulai perjalanannya dengan naik perahu dari Gresik sesudah singgah di tempat</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Sunan Giri. Dalam perjalanan ke arah barat itu perahu beliau tiba-tiba di hantam oleh</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> ombak yang besar sehingga menabrak karang dan hancur. Hampir saja Raden Qosim</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> kehilangan jiwa, tapi bila Tuhan belum menentukan ajal seseorang bagaimanapun</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> hebatnya kecelakaan pasti dia akan selamat, demikian pula halnya dengan Raden Qosim.</span></span></b></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost"><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6439143244550858392" name="more"></a><span class="fullpost"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Secara kebetulan seekor ikan besar yaitu ikan talang datang kepadanya. Dengan</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> menunggang punggung ikan tersebut Raden Qosim dapat selamat hingga ke tepi pantai.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Raden Qosim sangat bersyukur dapat lolos dari musibah itu. Beliau juga berterima</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> kasih kepada ikan talang yang dengan lantarannya dia selamat. Untuk itu beliau telah</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> berpesan kepada anak turunannya agar jangan sampai makan daging ikan talang. Bila</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> pesan ini dilanggar akan mengakibatkan bencana, yaitu ditimpa penyakit yang tiada</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> obatnya lagi.</span><br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" /><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span>
</b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ikan talang itu membawa Raden Qosim hingga ke tepi pantai yang termasuk wilayah</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> desa jelag ( sekarang termasuk wilayah desa Banjarwati ), kecamatan Paciran. Di tempat</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> itu Raden Qosim disambut masyarakat setempat dengan antusias, lebih-lebih setelah</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> mereka tahu bahwa Raden Qosim adalah putra Sunan Ampel seorang Wali besar dan</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> masih terhitung kerabat keraton Majapahit.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Di desa Jelag itu Raden Qosim mendirikan pesantren. Karena caranya menyiarkan</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> agama Islam yang unik maka banyaklah orang yang datang berguru kepadanya. </span></span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><br /></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> menetap satu tahun di desa Jelag, Raden Qosim mendapat ilham supaya menuju ke arah</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> selatan, kira-kira berjarak 1 kilo meter, disana beliau mendirikan surau langgar untuk</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> berdakwah. Tiga tahun kemudian secara mantap beliau mendapat petunjuk agar</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> membangun tempat berdakwah yang strategis yaitu ditempat ketinggian yang disebut</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Dalem Duwur.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Di bukit yang disebut Dalem Duhur itulah yang sekarang dibangun Museum Sunan</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Drajad, adapun makam Sunan Drajad terletak di sebelah barat Museum tersebut.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><br /></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Raden Qosim adalah pendukung aliran putih yang dipimpin oleh Sunan Giri. Artinya,</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> dalam berdakwah menyebarkan agama Islam, beliau menganut jalan lurus, jalan yang</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> tidak berliku-liku. Agama harus diamalkan dengan lurus dan benar sesuai dengan ajaran</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Nabi. Tidak boleh dicampur baur dengan adat dan kepercayaan lama.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Meski demikian beliau juga mempergunakan kesenian rakyat sebagai alat dakwah.</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> Di dalam museum yang terletak di sebelah timur makamya terdapat seperangkat bekas</span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> gamelan Jawa, hal itu menunjukkan betapa tinggi penghargaan Sunan Drajad kepada kesenian Jawa.</span></span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><br /></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><br /></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">2. AJARAN SUNAN DRAJAD YANG TERKENAL<br />
Diantara ajaran beliau yang terkenal adalah sebagai berikut :<br />
</span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">Menehono teken marang wong wuto<br />
Menehono mangan marang wong kan luwe<br />
Menehono busono marang wong kang mudo<br />
Menehono ngiyub marang wong kang kudanan<br />
</span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">Artinya kurang lebih demikian :<br />
Berilah tongkat kepada orang buta<br />
Berilah makan kepada orang yang kelaparan<br />
Berilah pakaian kepada orang yang telanjang<br />
Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan.<br />
</span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">Adapun maksudnya adalah sebagai berikut :<br />
Berilah petunjuk kepada orang bodoh ( buta )<br />
Sejahterakanlah kehidupan rakyat yang miskin ( kurang makan )<br />
Ajarkanlah budi pekerti ( etika ) kepada orang yang tidak tahu malu<br />
atau belum punya beradaban tinggi.<br />
</span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">Berilah
perlindungan kepada orang-orang yang menderita atau ditimpa bencana.
Ajarannya ini sangat supel, siapapun dapat mengamalkan sesuai dengan
tingkat dan kemampuan masing-masing. Bahkan pemeluk agama lainpun tidak
berkeberatan untuk mengamalkannya. Di samping terkenal sebagai seorang
Wali yang berjiwa dermawan dan social, beliau juga dikenal sebagai
anggota Wali Songo yang turut serta mendukung dinasti Demak dan ikut
pula mendirikan Masjid Demak. Simbol kebesaran ummat Islam pada waktu
itu. Di bidang kesenian, disamping terkenal sebagai ahli ukir, beliau
juga pertama kali yang menciptakan Gending Pangkur.Hingga sekarang
gending tersebut masih disukai rakyat Jawa.<br />
</span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">Sunan
Drajad, demikian gelar Raden Qosim, diberikan kepadanya karena beliau
bertempat tinggal di sebuah bukit yang tinggi, seakan melambangkan
tingkat ilmunya yang tinggi, yaitu tingkat atau derajat para ulama’
muqarrobin. Ulama yang dekat dengan Allah SWT.<br />
</span></b></span></div>
<div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span class="fullpost">Beliau
wafat dan dimakamkan di desa Drajad, kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan Jawa Timur. Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum
yang menyimpan beberapa peninggalan di jaman Wali Sanga. Khususnya
peninggalan beliau di bidang kesenian.</span></b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><b><br /></b></span></div>
<h2 style="text-align: left;">
<br /></h2>
<div class="title entry-title" itemprop="name">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-7096588238527142072012-07-18T13:26:00.002+07:002012-08-15T09:33:01.331+07:00SEPUTAR CUBAN RONDO<div style="color: #3d85c6;">
<span style="font-size: medium;">SEPUTAR CUBAN RONDO </span></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<br /></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<br /></div>
<div style="color: #3d85c6;">
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b><span style="font-size: small;">[LAGENDA
COBAN RONDO] - Kisah dibalik Air Terjun Coban Rondo, bermula dari sepasang
pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita bernama
Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden
Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah usia pernikahan mereka menginjak
usia 36 hari atau disebut dengan Selapan (bahasa jawa). Dewi Anjarwati
mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro, yang merupakan asal
dari suami. Namun orang tua Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena
usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari atau disebut selapan. Namun
kedua mempelai tersebut bersikeras pergi dengan resiko apapun yang terjadi
di perjalanan.</span></b></b><br />
<a name='more'></a></div>
<b style="color: #3d85c6;"><span style="font-size: small;"><b><br />
</b></span>
<span style="font-size: small;"><b>Ketika di tengah perjalanan keduanya
dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono, yang tidak jelas asal-usulnya.
Nampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati, dan berusaha
merebutnya. Akibatnya perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron
Kusumo tidak terhindarkan. Kepada para pembantunya atau disebut juga puno
kawan yang menyertai kedua mempelai tersebut, Raden Baron Kusumo berpesan
agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suatu tempat yang terdapat di Coban
atau air terjun. Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono
berlangsung seru dan mereka berdua gugur. Akibatnya Dewi Anjarwati menjadi
seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo. Sejak saat itulah
Coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan
COBAN RONDO. Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk
sang putri yang merenungi nasibnya. </b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b><br />
</b></span>
<span style="font-size: small;"><b>[LOKASI] - Wana Wisata Air Terjun
Coban Rondo terletak di desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang,
dengan jarak tempuh setengah jam dari pusat kota Malang. </b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b><br />
</b> </span><span style="font-size: small;">
<b>[IKLIM/MUSIM & KONDISI GEOGRAFIS] -
Curah hujan rata-rata 1.721 mm/th, dengan bulan basah pada bulan Nopember
sampai bulan Maret dan bulan kering pada bulan April sampai dengan Oktober
dengan suhu rata-rata 22°C. </b><br />
</span></b><br />
<div style="color: #3d85c6;">
<span style="font-size: medium;"></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-78381013158425962072012-07-18T13:14:00.004+07:002012-08-15T09:33:46.664+07:00BIOGRAFI- KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi<h3 class="post-title entry-title" style="color: #3d85c6; font-weight: normal;">
<b><a href="http://teguhrahardjo-st.blogspot.com/2011/07/kh-achmad-asrori-al-ishaqi.html">BIOGRAFI - KH. Ahmad Asrori Al-ishaqi</a></b>
</h3>
<div class="date">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN"></span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8TW_Prjx2xJPy0tXpgYrF5PGx4cq82L_M2d_PYvfI4IDakDmD33gbn5Q9xDPFNn9ZzIe6Aidnc0h-UuEaWIpPsEt9QiNfMn1hWdTBZqld8nxkwAXrc0m0X3l19u_Usr_zbzLwrJ6ZjbJc/s1600/Mbah+Asrori.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8TW_Prjx2xJPy0tXpgYrF5PGx4cq82L_M2d_PYvfI4IDakDmD33gbn5Q9xDPFNn9ZzIe6Aidnc0h-UuEaWIpPsEt9QiNfMn1hWdTBZqld8nxkwAXrc0m0X3l19u_Usr_zbzLwrJ6ZjbJc/s320/Mbah+Asrori.jpg" width="259" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN"></span><b style="color: #3d85c6;"><span lang="IN">KH. Ahmad Asrori Al-ishaqi
merupakan putera dari Kyai Utsman Al-Ishaqi. Beliau mengasuh Pondok
Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya. Kelurahan Kedinding Lor
terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Di atas tanah kurang lebih
3 hektar berdiri Pondok Pesantren Al-Fithrah yang diasuh Kiai Ahmad
Asrori, putra Kiai Utsman Al-Ishaqy. Nama Al-Ishaqy dinisbatkan kepada
Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kiai Utsman masih keturunan Sunan
Giri. Semasa hidup, Kiai Utsman adalah mursyid Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah. Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal
sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas;
cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan
Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur.
Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai
Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya.
Ketokohan Kiai Asrori berawal dari sini.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Tugas
sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara
mudah. Banyak pengikut Kiai Utsman yang menolak mengakui Kiai Asrori
sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa para
penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya
menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada Kiai Sonhaji. Tidak
diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kiai Asrori terhadap aksi
tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kiai Arori tak surut. Ia
mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah pesantren
dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan
pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga menggagas
Al-Khidmah, sebuah jamaah yang sebagian anggotanya adalah pengamal
tarekat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jamaah ini menarik karena
sifatnya yang inklusif, ia tidak memihak salah satu organisasi sosial
manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan pejabat negara,
majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam
suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani. Kiai
Asrori seolah menyediakan Al-Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi
siapa saja yang ingin menempuh perjalanan mendekat kepada Tuhan tanpa
membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti organisasi ini
mendapatkan banyak pengikut. Saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan
orang, tersebar luas di banyak provinsi di Indonesia, hingga Singapura
dan Filipina. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai
Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya.
Bahkan lebih dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.</span></b><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Kiai
Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya dalam dan
kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur katanya lembut
namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati pendengarnya.
Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan
keistimewaan-keistimewaan. Mondhoknya tak teratur. Ia belajar di Rejoso
satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo satu tahun. Di Rejoso ia
malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji. Ketika hal itu dilaporkan
kepada pimpinan pondok, Kiai Mustain Romli, ia seperti memaklumi,
“biarkan saja, anak macan akhirnya jadi macan juga.” Meskipun belajarnya
tidak tertib, yang sangat mengherankan, Kiai Asrori mampu membaca dan
mengajarkan kitab Ihya’ Ulum al-Din karya Al-Ghazali dengan baik. Di
kalangan pesantren, kepandaian luar biasa yang diperoleh seseorang tanpa
melalui proses belajar yang wajar semacam itu sering disebut ilmu
ladunni (ilmu yang diperoleh langsung dari Allah SWT). Adakah Kiai
Asrori mendapatkan ilmu laduni sepenuhnya adalah rahasia Tuhan, wallahu
a’lam. Ayahnya sendiri juga kagum atas kepintaran anaknya. Suatu ketika
Kiai Utsman pernah berkata “seandainya saya bukan ayahnya, saya mau kok
ngaji kepadanya.” Barangkali itulah yang mendasari Kiai Utsman untuk
menunjuk Kiai Asrori (bukan kepada anak-anaknya yang lain yang lebih
tua) sebagai penerus kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
padahal saat itu Kiai Asrori masih relatif muda, 30 tahun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><br /></b>
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">KH.
Ahmad Asrori Al-Ishaqi merupakan putera dari Kyai Utsman Al-Ishaqi.
Beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya.
Kelurahan Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Di
atas tanah kurang lebih 3 hektar berdiri Pondok Pesantren Al-Fithrah
yang diasuh Kiai Ahmad Asrori, putra Kiai Utsman Al-Ishaqy. Nama
Al-Ishaqy dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kiai
Utsman masih keturunan Sunan Giri.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">KH.
Ahmad Asrori Al-Ishaqi merupakan putera dari Kyai Utsman Al-Ishaqi.
Beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya.
Kelurahan Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Di
atas tanah kurang lebih 3 hektar berdiri Pondok Pesantren Al-Fithrah
yang diasuh Kiai Ahmad Asrori, putra Kiai Utsman Al-Ishaqy. Nama
Al-Ishaqy dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kiai
Utsman masih keturunan Sunan Giri.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Jika
dirunut, Kiai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra Kiai
Utsman Al Ishaqi. Namanya dinisbatkan pada Maulana Ishaq ayah Sunan
Giri. Karena Kiai Utsman masih keturunan Sunan Giri. Kiai Utsman
berputra 13 orang.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Berikut silsilahnya :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Ahmad
Asrori Al Ishaqi – Muhammad Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso –
Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki Ageng Pangeran
Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo –
Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan
Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim Al Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat
Zainul Alam – Jamaluddin Al Akbar Al Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri –
Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali
Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah – Ahmad Al Muhajir –
Isa An Naqib Ar Rumi – Muhammad An Naqib – Ali Al Uraidli – Ja’far As
Shodiq – Muhammad Al Baqir – Ali Zainal Abidin – Hussain Bin Ali – Ali
Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah SAW.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Semasa
hidup, Kiai Utsman adalah mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang
penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya bisa
ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat
serta Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun
1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori
meneruskan kedudukan mursyid ayahnya. Ketokohan Kiai Asrori berawal dari
sini.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Konon,
almarhum KH. Utsman adalah salah satu murid kesayangan KH. Romli Tamim
(ayah KH. Musta’in) Rejoso, Jombang, Jawa Timur. Beliau dibaiat sebagai
mursyid bersama Kiyai Makki Karangkates Kediri dan Kiai Bahri asal
Mojokerto. Kemudian sepeninggal Kiai Musta’in (sekitar tahun 1977),
beliau mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya Sawah Pulo Surabaya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Maka,
jadilah Sawah Pulo sebagai sentra aktifitas thariqah di kota metropolis
di samping Rejoso sendiri dan Cukir Jombang. Sepeninggal Kiai Utsman,
tongkat estafet kemursyidan kemudian diberikan kepada putranya, Kiai
Minan, sebelum akhirnya ke Kiai Asrori (konon pengalihan tugas ini
berdasarkan wasiat Kiai Utsman menjelang wafatnya). Di tangan Kiai
Asrori inilah jama’ah yang hadir semakin membludak. Uniknya, sebelum
memegang amanah itu, Kiai Asrori memilih membuka lahan baru, yakni di
kawasan Kedinding Lor yang masih berupa tambak pada waktu itu.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Dakwahnya
dimulai dengan membangun masjid, secara perlahan dari uang yang
berhasil dikumpulkan, sedikit demi sedikit tanah milik warga di
sekitarnya ia beli, sehingga kini luasnya mencapai 2,5 hektar lebih.
Dikisahkan, ada seorang tamu asal Jakarta yang cukup ternama dan kaya
raya bersedia membantu pembangunan masjid dan pembebasan lahan
sekaligus, tapi Kiai Asrori mencegahnya. “Terima kasih, kasihan orang
lain yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil sendiri,
lebih baik dibagi-bagi”, ujarnya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Kini,
di atas lahan seluas 2,5 hektar itu Kiai Asrori mendirikan Pondok
Pesantren Al Fithrah dengan ratusan santri putra putri dari berbagai
pelosok tanah air. Untuk menampungnya, pihak pesantren mendirikan
beberapa bangunan lantai dua untuk asrama putra, ruang belajar mengajar,
penginapan tamu, rumah induk dan asrama putri (dalam proses
pembangunan) serta bangunan masjid yang cukup besar.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Itulah
Kiai Asrori, keberhasilannya boleh jadi karena kepribadiannya yang
moderat namun ramah, di samping kapasitas keilmuan tentunya.
Murid-muridnya yang telah menyatakan baiat ke Kiai Asrori tidak lagi
terbatas kepada masyarakat awam yang telah berusia lanjut saja, akan
tetapi telah menembus ke kalangan remaja, eksekutif, birokrat hingga
para selebritis ternama. Jama’ahnya tidak lagi terbatas kepada para
pecinta thariqah sejak awal, melainkan telah melebar ke komunitas yang
pada mulanya justru asing dengan thariqah.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Walaupun
tak banyak diliput media massa, namanya tak asing lagi bagi masyarakat
thariqah. Namun demikian, sekalipun namanya selalu dielu-elukan banyak
orang, dakwahnya sangat menyejukkan hati dan selalu dinanti, Kiai Asrori
tetap bersahaja dan ramah, termasuk saat menerima tamu. Beliau adalah
sosok yang tidak banyak menuntut pelayanan layaknya orang besar, bahkan
terkadang ia sendiri yang menyajikan suguhan untuk tamu.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Tanda
tanda menjadi panutan sudah nampak sejak masa mudanya. Masa mudanya
dihabiskan untuk menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren di Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Kala itu Kiai Asrori muda yang badannya kurus
karena banyak tirakat dan berambut panjang memiliki geng bernama
“orong-orong”, bermakna binatang yang keluarnya malam hari. Jama’ahnya
rata-rata anak jalanan alias berandalan yang kemudian diajak mendekatkan
diri kepada Allah lewat ibadah pada malam hari. Meski masih muda, Kiai
Asrori adalah tokoh yang kharismatik dan disegani berbagai pihak,
termasuk para pejabat dari kalangan sipil maupun militer.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Tugas
sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara
mudah. Banyak pengikut Kiai Utsman yang menolak mengakui Kiai Asrori
sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa para
penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya
menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada Kiai Sonhaji. Tidak
diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kiai Asrori terhadap aksi
tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kiai Arori tak surut. Ia
mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah pesantren
dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan
pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga menggagas
Al-Khidmah, sebuah jamaah yang sebagian anggotanya adalah pengamal
tarekat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jamaah ini menarik karena
sifatnya yang inklusif, ia tidak memihak salah satu organisasi sosial
manapun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Meski
dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan pejabat negara, majelis-majelis
yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana murni
keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani. Kiai Asrori seolah
menyediakan Al-Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi siapa saja yang
ingin menempuh perjalanan mendekat kepada Tuhan tanpa membedakan baju
dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak
pengikut. Saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar
luas di banyak provinsi di Indonesia, hingga Singapura dan Filipina.
Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai Asrori terbukti
mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya. Bahkan lebih
dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Kiai
Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya dalam dan
kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur katanya lembut
namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati pendengarnya.
Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan
keistimewaan-keistimewaan.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Mondhoknya
tak teratur. Ia belajar di Rejoso satu tahun, di Pare satu tahun, dan
di Bendo satu tahun. Di Rejoso ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan
ngaji. Ketika hal itu dilaporkan kepada pimpinan pondok, Kiai Mustain
Romli, ia seperti memaklumi, “biarkan saja, anak macan akhirnya jadi
macan juga.” Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat mengherankan,
Kiai Asrori mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya’ Ulum al-Din karya
Al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian luar biasa
yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar semacam
itu sering disebut ilmu ladunni (ilmu yang diperoleh langsung dari
Allah SWT). Adakah Kiai Asrori mendapatkan ilmu laduni sepenuhnya adalah
rahasia Tuhan, wallahu a’lam. Ayahnya sendiri juga kagum atas
kepintaran anaknya. Suatu ketika Kiai Utsman pernah berkata “seandainya
saya bukan ayahnya, saya mau kok ngaji kepadanya.” Barangkali itulah
yang mendasari Kiai Utsman untuk menunjuk Kiai Asrori (bukan kepada
anak-anaknya yang lain yang lebih tua) sebagai penerus kemursyidan
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah padahal saat itu Kiai Asrori masih
relatif muda, 30 tahun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Sumber
:
http://blog.its.ac.id/syafii/2009/08/30/mengenang-kh-ahmad-asrori-ustman-al-ishaqy-sang-mursyid-thoriqoh-qodiriyah-naqsabandiyyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Hadhrotus Syaikh Ahmad Asrori Al-Ishaqy RA Wafat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Hadhrotus Syaikh Ahmad Asrori Al-Ishaqy RA wafat pada hari Selasa, 26 Sya’ban 1430 H./18 Agustus 2009 pukul 02:20 WIB.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Berita Wafatnya Beliau Dari suaramerdeka.com 19 Agustus 2009 :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Perginya Ulama Apolitis</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Pentakziah mengantarkan jenazah KH Asrori ke peristirahatan terakhir</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Keluarga
besar Nahdlatul Ulama (NU) berduka. Salah satu ulamanya yang bergiat di
bidang thoriqoh, KH Asrori Al Ishaqi, Selasa (18/8) dinihari meninggal
dunia. Dia dikenal sebagai pemimpin Pondok Assalafi Al Fithrah, di Jalan
Kedinding Surabaya Utara.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">”Beliau
kiai karismatik dan istikamah menjaga amalan warga NU di bidang
tasawwuf dengan bergiat di thoriqoh,” kata Rois Syuriah PWNU Jatim, KH
Miftakhul Akhyar di Surabaya, kemarin.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Meninggalnya
Kiai Asrori sungguh mengagetkan,mengingat usia kiai thoriqoh ini
belumlah terlalu tua. Yang bersangkutan dipanggil Yang Maha Kuasa di
usia 58 tahun. Kepergiaannya untuk menghadap Sang Khalik membuat ribuan
jamaahnya merasakan duka mendalam dan meneteskan air mata. Saat
dilangsungkan prosesi pemakaman di komplek pondoknya, umat Islam
menyemut dan melantunkan kalimah thoyyibah.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Tak
ketinggalan karangan duka cita dari banyak tokoh nasional, Jatim, dan
Surabaya dikirimkan ke rumah duka. Di antaranya karangan bunga dari
Presiden SBY, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Gubernur Jatim Soekarwo,
Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bahrul Alam, Wali Kota Surabaya Bambang
Dwi Hartono, Wakil Wali Kota Surabaya Arief Afandi, dan pejabat lainnya.
Gubernur Soekarwo juga bertakziah ke rumah duka di kawasan Kedinding
Surabaya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Siapa
KH Asrori Al Ishaqi? Yang bersangkutan dikenal sebagai kiai NU yang
istikomah bergerak di bidang sosial kemasyarakatan terkait peran kiai
melalui kanal thoriqoh. Kiai Asrori tak tergerus dalam gerakan
kemasyarakatan di ranah politik praktis sebelum maupun pascareformasi.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Jamaah
thoriqoh terus dibina dan digerakkan ke tataran umat dalam konteks
memberikan bekal moral spiritual kepada umat Muhammad SAW. ”Fatwa dan
pandangannya sangat dihormati serta dipatuhi umat. NU sangat kehilangan
sepeninggal beliau. Dunia thoriqoh terus digeluti dan dijalankan dengan
istikomah. Itu salah satu amalan penting NU dan menjadi pembeda NU
dengan ormas Islam lainnya,” tambah Kiai Miftakhul.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Anak KH Utsman</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Kiai
Asrori adalah anak KH Utsman. Aktivitas thoriqoh dijalaninya
sepeninggal ayahnya yang juga dikenal sebagai mursyid thoriqoh. Thoriqoh
yang dipimpin Kiai Asrori tak terkait dengan kekuatan politik mana pun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Seperti
ditulis dalam disertasi (S3) Machmud Sujuthi (mantan Kepala Kanwil
Depag Jatim) yang diterbitkan tahun 2001, pada buku berjudul ”Politik
Tharekat”, disebutkan bahwa thoriqoh yang berpusat di Kedinding Surabaya
di bawah pimpinan KH Utsman tak berafiliasi dengan kekuatan politik
mana pun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Dalam
buku Machmud Sujuthi itu dikatakan bahwa setelah KH Mustain Romli
menyatakan merapat dan mendukung Golkar pascapemilu 1971, terjadi
pembelahan dunia thoriqoh di lingkungan NU. Ada jamaah thoriqoh Rejoso
yang berpusat di Pondok Darul Ulum Rejoso Jombang, dengan tokoh utama KH
Mustain Romli dan dekat dengan Golkar.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Di
sisi lain, ada thoriqoh Cukir yang berpusat di Pondok Tebuireng Jombang
di bawah pimpinan KH Adlan Ali yang lebih dekat kepada Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Thoriqoh Kedinding—istilah di mana pondok KH Utsman
dan KH Asrori berlokasi—berada di antara 2 titik thoriqoh yang berbau
politik itu. Jamaah Kiai Asrori itu netral secara politik. Tak ada
hubungan kultural dan struktural dengan partai mana pun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">”Amalan thoriqoh Kiai Asrori itu sanad-nya sampai Syech Abdul Qodir Jaelani,” jelas Kiai Miftakhul.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Meninggalnya
Kiai Asrori merupakan kehilangan besar bagi jamaah thoriqoh di
Indonesia dan mancanegara. Selain 1.800 santri yang menetap di Pondok Al
Fithrah di Kedinding, hakikatnya Kiai Asrori memiliki jutaan umat dan
jamaah setia di Indonesia dan banyak negara lain. Jamaah yang dipimpin
Kiai Asrori tersebar hingga ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Hong Kong, Australia, dan banyak negara lain.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Pada
acara pemakaman kemarin, banyak di antara jamaah hanyut dalam suasana
duka. Mereka melantunkan doa, tahlil, surat yasin, dan bacaan thoyyibah
di masjid areal ponpes. Maklum, Kiai Asrori dikenal sebagai pimpinan
Thoriqoh Qodiriyyah Wannaqsabandiyah Al Utsmaniyah.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Direktur
Pendidikan Pondok Al Fithrah, Wisnubroto menyatakan, Kiai Asrori
meninggalkan seorang istri, Hj Sulistyowati, dan 5 anak, yakni Siera
Annadia, Sefira Assalafi, Ainul Yaqien, Nurul Yaqien, dan Siela
Assabarina.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Kiai
Asrori meninggal sekitar pukul 02.00. Sebelumnya, sejak 29 Juli sampai
16 Agustus 2009, sempat menjalani perawatan medis di Graha Amerta RSU dr
Soetomo Surabaya. Kiai Asrori mengidap kanker dan komplikasi penyakit
lainnya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Di
usia berapa Kiai Asrori meninggal dunia? Berdasar pengakuan salah
seorang kerabat yang biasa mengurus paspor, Kiai Asrori memiliki 3
paspor dengan tanggal lahir berbeda. Tapi, diperkirakan yang
bersangkutan lahir pada 17 Agustus 1951.(G14-62)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Berita Wafatnya Beliau Dari suarasurabaya.net 18 Agustus 2009, 09:24:55 :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">KH. ASRORI Pengasuh Ponpes Al-Fitrah Wafat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">KH
AHMAD ASRORI AL ISHAQI Pengasuh Ponpes AlFitrah bersama SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO saat berkunjung ke pesantrennya pada 28 Januari 2009 lalu</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">KH
AHMAD ASRORI AL ISHAQI Pengasuh Ponpes Al Fitrah di Jl. Kedinding Lor,
Selasa (18/08) sekitar pukul 02.00 WIB wafat karena sakit. Sejak pagi
tadi ribuan warga dari dalam dan luar Surabaya datang melayat, Mereka
sudah mulai berdatangan di kawasan pondok pesantren Al-Fitrah.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><br /></b>
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Jenazah
Kyai ASRORI dimakamkan sebelum waktu sholat Dhuhur di lingkungan Pondok
Pesantren Kedinding Lor. Pemakaman Kyai Asrori dihadiri Muspida, KH
ABDUR RASYID pemimpin pesantren, WISNU BROTO Direktur Pendidikan Pondok
Pesantren dan Kombespol RONNIE F SOMPIE Kapolwiltabes Surabaya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Kompol
RAKIDI Kabag Bina Mitra Polres Surabaya Timur waktu dikonfirmasi Suara
Surabaya menyatakan siap mengamankan pemakaman Kyai ASRORI dengan
menurunkan 1 kompi pasukan. Lalu lintas di sekitar Jl. Kedinding Lor,
Pogot, dan Tanah Merah juga akan diamankan untuk proses pemakaman serta
lokasi parkir tamu undangan.(gk/edy)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Berita Wafatnya Beliau Dari detik.com Selasa, 18/08/2009 08:28 WIB :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Pengasuh Ponpes Al Fithrah Berpulang</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Pengasuh
Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah di Kedinding Lor KH Ahmad Asrori
Al-Ishaqi meninggal dunia pukul 02.20 WIB, Selasa (18/8/2009) dini hari
tadi.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">KH
Ahmad Asrori Al-Ishaqi meninggal dunia karena sakit komplikasi yang
dideritanya selama ini. Sebelum meninggal, dia sempat menjalani operasi
dan menjalani check up di Singapura.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">"Almarhum
meninggal kemungkinan besar karena faktor usia dan kelelahan maupun
penyakit ginjal yang dideritanya meski sempat menjalani operasi di RS
Lafayat Malang," kata salah satu kerabat Djudjuk M Usdek Kariono kepada
wartawan di lokasi.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Mendengar
kabar jika KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi meninggal dunia, ribuan pelayat
langsung mendatangi ponpes yang tidak jauh dari Jembatan Suramadu. Sejak
pagi kawasan itu dipenuhi oleh pelayat. Ini berpengaruh pada akses
masuk ke jalan itu. Kemacetan pun terasa di Jalan Kenjeran, Rangkah
hingga ke Jalan Kedung Cowek. Polisi lalu lintas Surabaya Timur terlihat
sibuk mengatur arus lalu lintas.(wln/fat)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Berita Wafatnya Beliau Dari detik.com Selasa, 18/08/2009 11:11 WIB :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Pemakaman KH Asrori Diwarnai Perebutan Keranda</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Petakziyah berebut keranda KH Asrori</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Prosesi
pemakaman Pengasuh Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah di Kedinding
Lor KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi diwarnai adu dorong santri dan petakziyah.
Mereka berebut agar bisa menyentuh keranda jenazah kiai kharimastik
itu.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Para
panitia prosesi pemakaman kewalahan menahan aksi saling dorong antara
santri dan para pelayat. Panitia meminta kepada santri dan petakziyah
untuk kembali duduk sambil membacakan zikir dan tahlil.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Usai
disalati, jenazah KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi dimakamkan di kompleks
Pondok Pesantren Al Fithrah pada pukul 10.30 WIB, Selasa (18/8/2009).</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Ahmad
Asrori Al-Ishaqi meninggal dunia pada pukul 02.20 WIB karena sakit
komplikasi yang dideritanya selama ini. Dia sempat dioperasi dan
menjalani check up di Singapura sebelum meninggal dunia.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">"Almarhum
meninggal kemungkinan besar karena faktor usia dan kelelahan maupun
penyakit ginjal yang dideritanya meski sempat menjalani operasi di RS
Lafayat Malang," kata salah satu kerabat Djudjuk M Usdek Kariono kepada
wartawan.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Bagi
para santri dan petakziyah yang tidak bisa melihat dari dekat proses
pemakaman KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi, pihak ponpes menyiapkan beberapa
televisi yang ditempatkan di beberapa titik di kompleks ponpes itu.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Sementara
Jalan Kedinding Lor ditutup total. Pasalnya jalan itu dipadati oleh
para pelayat maupun kendaraan baik roda dua dan roda empat. Bahkan di
Jalan Kedung Cowek atau jalan akses menuju Jembatan Suramadu digunakan
sebagai parkir kendaraan pelayat.(wln/fat)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Foto-foto pemakaman Beliau dari detik.com :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Mendengar
kabar jika KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi meninggal dunia, ribuan pelayat
langsung mendatangi ponpes yang tidak jauh dari Jembatan Suramadu,
Surabaya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Presiden SBY tampak mengirimkan karangan bungan tanda duka cita untuk almarhum KH Ahmad Asrori Al-Ishaqi.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Beberapa
karangan bunga lainnya berasal dari Gubernur Jawa Timur, Sekretaris
Pemkot Surabaya dan para pengasuh pondok pesantren se Jawa Timur.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #3d85c6; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Semoga
Allah senantiasa mengampuni semua dosanya dan memberikan tempat kepada
beliau bersama-sama dengan Rasulullah SAW, Syaikh Abdul Qodir
Al-Jailany, dan para kekasih Allah lainnya. Dan bagi para murid dan
penderek beliau semoga kelak juga berkumpul bersama beliau (Yauma Nad'uu
kullu unaasin bi imaamihi)....(Amin Amin Amin Ya Rabbal 'Alamin.</span><br /><span lang="IN"><br />
</span></b>
</div>
<b style="color: #3d85c6;"><span lang="IN"><i>Untuk Hadhrotus Syaikh Ahmad Asrori Al-Ishaqy RA, Al-Faatihah.</i></span></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-55137714248798732882012-07-18T13:10:00.000+07:002012-08-15T09:34:29.849+07:00Mengenang KH. Ahmad Asrori Ustman Al-Ishaqy Sang Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyyah<h3 class="entry-title">
<a href="http://blog.its.ac.id/syafii/2009/08/30/mengenang-kh-ahmad-asrori-ustman-al-ishaqy-sang-mursyid-thoriqoh-qodiriyah-naqsabandiyyah/" rel="bookmark" title="Permanent Link to "Mengenang KH. Ahmad Asrori Ustman Al-Ishaqy Sang Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyyah"">Mengenang KH. Ahmad Asrori Ustman Al-Ishaqy Sang Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyyah</a></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi merupakan putera dari Kyai Utsman
Al-Ishaqi. Beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding
Surabaya. Kelurahan Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya. Di atas tanah kurang lebih 3 hektar berdiri Pondok Pesantren
Al-Fithrah yang diasuh Kiai Ahmad Asrori, putra Kiai Utsman Al-Ishaqy.
Nama Al-Ishaqy dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena
Kiai Utsman masih keturunan Sunan Giri.</b>
</div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Jika dirunut, Kiai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang ke 38, yakni Ahmad Asrori
putra Kiai Utsman Al Ishaqi. Namanya dinisbatkan pada Maulana Ishaq ayah
Sunan Giri. Karena Kiai Utsman masih keturunan Sunan Giri. Kiai Utsman
berputra 13 orang.</b><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><b>Berikut silsilahnya :</b><br />
Ahmad Asrori Al Ishaqi – Muhammad Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso
– Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki Ageng
Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo –
Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan
Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim Al Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat
Zainul Alam – Jamaluddin Al Akbar Al Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri –
Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali
Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah – Ahmad Al Muhajir –
Isa An Naqib Ar Rumi – Muhammad An Naqib – Ali Al Uraidli – Ja’far As
Shodiq – Muhammad Al Baqir – Ali Zainal Abidin – Hussain Bin Ali – Ali
Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah SAW.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="right" height="191" src="http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs122.snc1/5254_134191588754_521053754_3374227_6193265_n.jpg" width="287" />Semasa
hidup, Kiai Utsman adalah mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang
penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya bisa
ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat
serta Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun
1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori
meneruskan kedudukan mursyid ayahnya. Ketokohan Kiai Asrori berawal dari
sini.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Konon, almarhum KH. Utsman adalah salah satu murid kesayangan KH.
Romli Tamim (ayah KH. Musta’in) Rejoso, Jombang, Jawa Timur. Beliau
dibaiat sebagai mursyid bersama Kiyai Makki Karangkates Kediri dan Kiai
Bahri asal Mojokerto. Kemudian sepeninggal Kiai Musta’in (sekitar tahun
1977), beliau mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya Sawah Pulo
Surabaya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Maka, jadilah Sawah Pulo sebagai sentra aktifitas thariqah di kota
metropolis di samping Rejoso sendiri dan Cukir Jombang. Sepeninggal Kiai
Utsman, tongkat estafet kemursyidan kemudian diberikan kepada putranya,
Kiai Minan, sebelum akhirnya ke Kiai Asrori (konon pengalihan tugas ini
berdasarkan wasiat Kiai Utsman menjelang wafatnya). Di tangan Kiai
Asrori inilah jama’ah yang hadir semakin membludak. Uniknya, sebelum
memegang amanah itu, Kiai Asrori memilih membuka lahan baru, yakni di
kawasan Kedinding Lor yang masih berupa tambak pada waktu itu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="left" height="255" src="http://photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs142.snc1/5254_134247708754_521053754_3375206_7996430_n.jpg" width="340" />Dakwahnya
dimulai dengan membangun masjid, secara perlahan dari uang yang
berhasil dikumpulkan, sedikit demi sedikit tanah milik warga di
sekitarnya ia beli, sehingga kini luasnya mencapai 2,5 hektar lebih.
Dikisahkan, ada seorang tamu asal Jakarta yang cukup ternama dan kaya
raya bersedia membantu pembangunan masjid dan pembebasan lahan
sekaligus, tapi Kiai Asrori mencegahnya. “Terima kasih, kasihan orang
lain yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil sendiri,
lebih baik dibagi-bagi”, ujarnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kini, di atas lahan seluas 2,5 hektar itu Kiai Asrori mendirikan
Pondok Pesantren Al Fithrah dengan ratusan santri putra putri dari
berbagai pelosok tanah air. Untuk menampungnya, pihak pesantren
mendirikan beberapa bangunan lantai dua untuk asrama putra, ruang
belajar mengajar, penginapan tamu, rumah induk dan asrama putri (dalam
proses pembangunan) serta bangunan masjid yang cukup besar.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Itulah Kiai Asrori, keberhasilannya boleh jadi karena kepribadiannya
yang moderat namun ramah, di samping kapasitas keilmuan tentunya.
Murid-muridnya yang telah menyatakan baiat ke Kiai Asrori tidak lagi
terbatas kepada masyarakat awam yang telah berusia lanjut saja, akan
tetapi telah menembus ke kalangan remaja, eksekutif, birokrat hingga
para selebritis ternama. Jama’ahnya tidak lagi terbatas kepada para
pecinta thariqah sejak awal, melainkan telah melebar ke komunitas yang
pada mulanya justru asing dengan thariqah.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="right" height="235" src="http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs122.snc1/5254_133570628754_521053754_3365939_65776_n.jpg" width="313" />Walaupun
tak banyak diliput media massa, namanya tak asing lagi bagi masyarakat
thariqah. Namun demikian, sekalipun namanya selalu dielu-elukan banyak
orang, dakwahnya sangat menyejukkan hati dan selalu dinanti, Kiai Asrori
tetap bersahaja dan ramah, termasuk saat menerima tamu. Beliau adalah
sosok yang tidak banyak menuntut pelayanan layaknya orang besar, bahkan
terkadang ia sendiri yang menyajikan suguhan untuk tamu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Tanda tanda menjadi panutan sudah nampak sejak masa mudanya. Masa
mudanya dihabiskan untuk menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren di
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kala itu Kiai Asrori muda yang badannya
kurus karena banyak tirakat dan berambut panjang memiliki geng bernama
“orong-orong”, bermakna binatang yang keluarnya malam hari. Jama’ahnya
rata-rata anak jalanan alias berandalan yang kemudian diajak mendekatkan
diri kepada Allah lewat ibadah pada malam hari. Meski masih muda, Kiai
Asrori adalah tokoh yang kharismatik dan disegani berbagai pihak,
termasuk para pejabat dari kalangan sipil maupun militer.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="left" height="172" src="http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs142.snc1/5254_133570633754_521053754_3365940_699955_n.jpg" width="281" />Tugas
sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara
mudah. Banyak pengikut Kiai Utsman yang menolak mengakui Kiai Asrori
sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa para
penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya
menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada Kiai Sonhaji. Tidak
diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kiai Asrori terhadap aksi
tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kiai Arori tak surut. Ia
mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah pesantren
dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan
pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga menggagas
Al-Khidmah, sebuah jamaah yang sebagian anggotanya adalah pengamal
tarekat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jamaah ini menarik karena
sifatnya yang inklusif, ia tidak memihak salah satu organisasi sosial
manapun.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="left" height="226" src="http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs142.snc1/5254_134257893754_521053754_3375473_5485298_n.jpg" width="339" />Meski
dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan pejabat negara, majelis-majelis
yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana murni
keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani. Kiai Asrori seolah
menyediakan Al-Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi siapa saja yang
ingin menempuh perjalanan mendekat kepada Tuhan tanpa membedakan baju
dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak
pengikut. Saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar
luas di banyak provinsi di Indonesia, hingga Singapura dan Filipina.
Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai Asrori terbukti
mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya. Bahkan lebih
dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kiai Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya dalam
dan kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur katanya lembut
namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati pendengarnya.
Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan
keistimewaan-keistimewaan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="right" height="176" src="http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs142.snc1/5254_133570638754_521053754_3365941_6744860_n.jpg" width="263" />
Mondhoknya tak teratur. Ia belajar di Rejoso satu tahun, di Pare satu
tahun, dan di Bendo satu tahun. Di Rejoso ia malah tidak aktif mengikuti
kegiatan ngaji. Ketika hal itu dilaporkan kepada pimpinan pondok, Kiai
Mustain Romli, ia seperti memaklumi, “biarkan saja, anak macan akhirnya
jadi macan juga.” Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat
mengherankan, Kiai Asrori mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya’ Ulum
al-Din karya Al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian
luar biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang
wajar semacam itu sering disebut ilmu ladunni (ilmu yang diperoleh
langsung dari Allah SWT). Adakah Kiai Asrori mendapatkan ilmu laduni
sepenuhnya adalah rahasia Tuhan, wallahu a’lam. Ayahnya sendiri juga
kagum atas kepintaran anaknya. Suatu ketika Kiai Utsman pernah berkata
“seandainya saya bukan ayahnya, saya mau kok ngaji kepadanya.”
Barangkali itulah yang mendasari Kiai Utsman untuk menunjuk Kiai Asrori
(bukan kepada anak-anaknya yang lain yang lebih tua) sebagai penerus
kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah padahal saat itu Kiai
Asrori masih relatif muda, 30 tahun.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><img align="left" height="300" src="http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs142.snc1/5254_134605058754_521053754_3380041_6994122_n.jpg" width="400" />Telah
meninggal dunia pada hari ini 26 Sya’ban 1430 H./18 Agustus 2009 pukul
02:20 WIB, KH. ASRORI BIN UTSMAN AL-ISHAQI, Kedinding Surabaya</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Beliau adalah mursyid Thoriqoh Qodiriyah & Naqsabandiyyah saat ini, semoga Allah senantiasa mengampuni semua dosanya</b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-17117731958941285472012-07-18T13:07:00.003+07:002012-08-15T09:35:28.111+07:00Kisah Nabi Khidir As<h2 style="color: #3d85c6;">
<b>Kisah Nabi Khidir As</b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Al-Khiḍr (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab">Arab</a>:<span style="font-size: medium;">الخضر</span>, </b><b>Khaḍr, Khaḍer, Khaḍir) adalah seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi" title="Nabi">nabi</a> misterius yang dituturkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah">Allah</a> dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an" title="Al-Qur'an">Al-Qur'an</a> dalam Surah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Kahfi" title="Al-Kahfi">Al-Kahfi</a> ayat 65-82. Selain kisah tentang nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musa" title="Musa">Musa</a> asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam bukunya yang berjudul <i>“Mystical Dimensions of Islam”</i>, oleh penulis <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Annemarie_Schimmel&action=edit&redlink=1" title="Annemarie Schimmel (halaman belum tersedia)">Annemarie Schimmel</a>,
Khidr dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah
Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga
lainnya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Idris" title="Idris">Idris</a> (Henokh), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilyas" title="Ilyas">Ilyas</a> (Elia), dand <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isa" title="Isa">Isa</a> (Yesus).</b><br />
<a name='more'></a><b><sup class="reference" id="cite_ref-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-0">[1]</a></sup>
Khidr abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. Ada
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Khidr adalah masih sama dengan
seseorang yang bernama </b><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Elia" title="Elia">Elia</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-1">[2]</a></sup> Ia juga diidentifikasikan sebagai </b><b>St. George.<sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-2">[3]</a></sup> Di antara pendapat awal para cendikiawan Barat, Rodwell menyatakan bahwa “Karakter Khidr dibentuk dari Yitro.”<sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-3">[4]</a></sup></b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dalam kisah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Literatur" title="Literatur">literatur</a>
Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang
telah disandang oleh Khidr. Beberapa orang mengatakan Khidr adalah
gelarnya; yang lainnya menganggapnya sebagai nama julukan.<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-4">[5]</a></sup> Khidr telah disamakan dengan St. George, dikenal sebagai “Elia versi Muslim” dan juga dihubungkan dengan Pengembara abadi.<sup class="reference" id="cite_ref-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-5">[6]</a></sup>
Para cendikiawan telah menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya
sebagai orang suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius dan lain lain.</b></div>
<table class="toc" id="toc" style="color: #3d85c6;">
<tbody>
<tr>
<td><b><br /></b></td></tr>
</tbody></table>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Etimologi">Etimologi</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Al-Khiḍr secara harfiah berarti 'Seseorang yang Hijau' melambangkan
kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan
“berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Encyclop%C3%A6dia_Britannica" title="Encyclopædia Britannica">Encyclopædia Britannica</a>, dikatakan bahwa Khidr memiliki telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal adalah </b><b>Balyā bin Malkān.<sup class="reference" id="cite_ref-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-6">[7]</a></sup></b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Genealogi">Genealogi</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Menurut sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web" title="Situs web">situs web</a>, Khidr adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sepupu" title="Sepupu">sepupu</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dzul_Qarnain" title="Dzul Qarnain">Dzul Qarnain</a> dari pihak ibu.<sup class="reference" id="cite_ref-7"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir#cite_note-7">[8]</a></sup></b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Biografi">Biografi</span></b></h2>
<div class="thumb tright" style="color: #3d85c6;">
<div class="thumbinner" style="width: 222px;">
<b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Al-khidr.jpg&filetimestamp=20070509082845"><img alt="" class="thumbimage" height="186" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/46/Al-khidr.jpg/220px-Al-khidr.jpg" width="220" /></a></b>
<br />
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Al-khidr.jpg&filetimestamp=20070509082845" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></div>
<b>Al-Khiḍr (kanan) dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dzul_Qarnain" title="Dzul Qarnain">Dzu al-Qarnayn</a> (yang selalu dihubungkan dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_the_Great" title="Alexander the Great">Alexander the Great</a>), takjub dengan penglihatannya terhadap seekor ikan air asin yang kembali hidup ketika ditaruh ke dalam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Air_Kehidupan&action=edit&redlink=1" title="Air Kehidupan (halaman belum tersedia)">Air Kehidupan</a>.</b></div>
</div>
</div>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Teguran_Allah_kepada_Musa">Teguran Allah kepada Musa</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kisah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musa" title="Musa">Musa</a> dan Khiḍr dituturkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an" title="Al-Qur'an">Al-Qur'an</a> dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Kahf" title="Surah Al-Kahf">Surah Al-Kahf</a> ayat 65-82. Menurut <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Abbas" title="Ibnu Abbas">Ibnu Abbas</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ubay_bin_Ka%27ab" title="Ubay bin Ka'ab">Ubay bin Ka'ab</a> menceritakan bahawa beliau mendengar nabi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad" title="Muhammad">Muhammad</a>
bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani
Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab
Nabi Musa, “Aku” Lalu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah">Allah</a>
menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada
seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu
daripada kamu.”</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat
menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan" title="Ikan">ikan</a>
di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu
akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu
mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Musa" title="Nabi Musa">Nabi Musa</a> untuk menemui hamba yang shalih itu. Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di
dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan
murid dan pembantunya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yusha" title="Yusha">Yusya bin Nun</a>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu" title="Batu">batu</a>
dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh
perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu
tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT
membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya`
tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang
telah mati itu.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa
itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk
menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi
perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,</b></div>
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; color: #3d85c6; margin: auto;">
<tbody>
<tr>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20"><b>“</b></td>
<td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><b><i>Nabi Musa berkata kepada
Yusya` “Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa
letih karena perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62)</i></b></td>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><b>”</b></td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga
baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui
hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa,</b></div>
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; color: #3d85c6; margin: auto;">
<tbody>
<tr>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20"><b>“</b></td>
<td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><b><i>“Tahukah guru bahwa ketika
kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa
untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut" title="Laut">laut</a> itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)</i></b></td>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><b>”</b></td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah">Allah</a>
yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah
untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat
persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.</b></div>
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; color: #3d85c6; margin: auto;">
<tbody>
<tr>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20"><b>“</b></td>
<td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><b><i>Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)</i></b></td>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><b>”</b></td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir.
Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romawi" title="Romawi">Romawi</a> dengan Parsia yaitu tempat bertemunya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Merah" title="Laut Merah">Laut Merah</a> dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Hindia" title="Samudra Hindia">Samudra Hindia</a>. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Atlantik" title="Atlantik">Atlantik</a>.
Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak
di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teluk_Suez&action=edit&redlink=1" title="Teluk Suez (halaman belum tersedia)">Teluk Suez</a> dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teluk_Aqabah&action=edit&redlink=1" title="Teluk Aqabah (halaman belum tersedia)">Teluk Aqabah</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Merah" title="Laut Merah">Laut Merah</a>.</b></div>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Persyaratan_belajar">Persyaratan belajar</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba
Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam
kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya
kesejahteraan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi" title="Bumi">bumi</a> yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” Khidir bertanya lagi, “Musa dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israel" title="Bani Israel">Bani Isra’il</a>?”
Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat
mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada
tuan.”</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup
bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai Musa,
sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu
karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan
kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu
yang tidak kuketahuinya.”</b></div>
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; color: #3d85c6; margin: auto;">
<tbody>
<tr>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20"><b>“</b></td>
<td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><b><i>Nabi Musa berkata, “Insya
Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku
tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi :
69)</i></b></td>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><b>”</b></td>
</tr>
</tbody></table>
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; color: #3d85c6; margin: auto;">
<tbody>
<tr>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20"><b>“</b></td>
<td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><b><i>Dia (Khidir) selanjutnya
mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya
kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)</i></b></td>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><b>”</b></td>
</tr>
</tbody></table>
<h3 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Perjalanan_Khidr_dan_Musa">Perjalanan Khidr dan Musa</span></b></h3>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidir dan terjadilah beberapa
peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahawa baginda
tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir.
Setiap tindakan Nabi Khidir itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa
terperanjat.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perahu" title="Perahu">perahu</a>
yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan
hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir memperingatkan
janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf karena
kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap
tindakan Nabi Khidir.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir
membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya.
Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat
Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir.
Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi
kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu
yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa
harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu
wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada
penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan
tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa
kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi
Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok
suatu rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa tidak kuasa
kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu
memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka. Akhirnya
Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat menerima
Nabi Musa untuk menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Murid" title="Murid">muridnya</a> dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidir.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal
yang membuat Nabi Musa bertanya. Kejadian pertama adalah Nabi Khidir
menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki
oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang
suka merampas perahu miliki rakyatnya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh
seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan
jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi
orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak
yang <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shalih&action=edit&redlink=1" title="Shalih (halaman belum tersedia)">shalih</a> dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah
yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yatim" title="Yatim">yatim</a>
yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta
benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini
telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok
rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan
tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar
masih menyembah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berhala" title="Berhala">berhala</a>,
sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat
mengelola peninggalan harta ayahnya. Dipercaya tempat tersebut berada di
negeri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antakya" title="Antakya">Antakya</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Turki" title="Turki">Turki</a>.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Akhirnya Nabi Musa as. sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah
dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat
bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba
Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat
dituntut atau dipelajari yaitu <i>ilmu ladunni</i>. Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Guru" title="Guru">guru</a> banyak memberikan nasihat dan menyampaikan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu" title="Ilmu">ilmu</a> seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Saat mereka di dalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Burung" title="Burung">burung</a>
lalu hinggap di ujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan
paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding
dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah berkurang seperti air
laut ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung ini.”</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada Musa: “Jadilah kamu seorang
yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah
dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula apabila kamu
melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah
dilakukan itu. Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan,
wahai Ibnu `Imran.”</b></div>
<h2 style="color: #3d85c6;">
<b><span class="mw-headline" id="Hikmah_kisah_Khidir">Hikmah kisah Khidir</span></b></h2>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil pelajaran penting. Di
antaranya adalah Ilmu merupakan karunia Allah SWT, tidak ada seorang
manusia pun yang boleh mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding
yang lainnya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari
Allah SWT yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya
(Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang
shalih dan terpilih)</b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b>Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru
untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami.
Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya.
Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal
hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru.
Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a> memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.</b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-70982411095963058092012-07-18T12:52:00.002+07:002012-08-15T09:43:34.969+07:00Kisah Nabi Isa ‘As<h2 class="entry-title" style="color: #6fa8dc; font-weight: normal;">
<b>Kisah Nabi Isa ‘As; Nabi yang Lahir di Bawah Pohon Kurma</b></h2>
<h2 class="entry-title" style="color: #6fa8dc; font-weight: normal;">
<b> </b></h2>
<div class="entry-title" style="color: #6fa8dc; font-weight: normal;">
<b> Seorang nabi sekaligus manusia pertama di dunia, yakni Nabi Adam <i>’alaihis salam</i>,
muncul ke alam ini tanpa melalui proses kelahiran sebagaimana lazimnya.
Ia tidak memiliki Bapak dan Ibu. Demikian pula keberadaan istri Nabi
Adam, yaitu Siti Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.
Allah SWT kembali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui lahirnya Nabi Isa <i>’alaihis salam</i>. Nabi Isa tidak mempunyai Ayah. Ia hanya memiliki Ibu bernama Siti Maryam.</b>
</div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Pada zamannya, Siti Maryam dikenal sebagai seorang gadis suci yang
pandai menjaga diri. Sehari-hari waktunya hanya dihabiskan sendirian di
dalam kamar untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia tidak pernah keluar
rumah, apalagi berbicara dengan laki-laki. Tidak ada satu pria pun yang
berani menyentuh kulit tubuhnya. Ia juga berasal dari keturunan dan
keluarga terpandang. Ibunya bernama Hannah, istri Imran. Sewaktu kecil,
Siti Maryam diasuh oleh keluarga Nabi Zakaria <i>’alaihis salam. </i></b></div>
<a name='more'></a><b><i><span id="more-179"></span></i></b><br />
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Satu saat, ketika Siti Maryam sedang khusu’ berzikir, Malaikat Jibril
mendatanginya. Siti Maryam terkejut. Malaikat Jibril menjelaskan bahwa
kehadirannya membawa kabar gembira. Menurut Malaikat Jibril, tidak lama
lagi Siti Maryam akan memperoleh seorang bayi lelaki istimewa bernama
Isa Al-Masih. Dinamakan Al-Masih karena Nabi Isa mengusap bumi dan
membersihkan serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari berbagai
fitnah pada zamannya. Siti Maryam justru semakin takut. Tubuhnya
bertambah gemetar. Ia terus berdoa, meminta perlindungan kepada Allah
SWT. Malaikat Jibril kemudian meniupkan roh ke dalam perut Siti Maryam,
lalu menghilang, dan berganti menjadi cahaya yang terang benderang.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Siti Maryam termenung diliputi kesedihan. Ia berkata dalam hati, mana
mungkin dirinya bisa hamil, padahal belum menikah dan tidak mempunyai
suami. Hari demi hari, perutnya bertambah buncit. Rupanya ia benar-benar
hamil. Anehnya, ia tidak merasa sakit atau ngidam, layaknya wanita
hamil. Siti Maryam bingung, bagaimana menjelaskan semua ini kepada
keluarga maupun masyarakatnya. Pasti tidak akan ada orang yang
mempercayai, pikirnya.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b><b>Bayi yang Bisa Berbicara</b></b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Detik-detik kelahiran Siti Maryam sebentar lagi. Ia mendapat petunjuk
dari Allah SWT supaya meninggalkan rumah dan kampungnya. Siti Maryam
berjalan melewati banyak orang. Tak pelak gemparlah seluruh warga.
Mereka terkejut melihat Siti Maryam sudah berbadan dua. Cemoohan dan
caci maki sontak keluar dari mulut mereka. Mereka menuduh Siti Maryam
telah berbuat zina. Mereka menyebut Siti Maryam perempuan tak berguna
alias pelacur. Siti Maryam tidak menanggapi, meski telinganya panas dan
hatinya perih. Kedua kakinya terus melangkah mantap, tanpa tujuan pasti.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Tibalah Siti Maryam di suatu tempat yang jauh dari kampungnya dan
tanahnya belum pernah diinjak siapapun. Di situ banyak tumbuh pohon
kurma. Ia memilih duduk bersandar, beristirahat di bawah pohon kurma
yang besar dan tinggi. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada perutnya.
Akhirnya, ia melahirkan seorang bayi lelaki berwajah tampan, berkulit
lembut dan putih. Seluruh proses kelahirannya tidak dibantu oleh dukun
bayi, bidan maupun dokter. Selain itu, tidak ada orang yang melihat dan
mengetahuinya. Tercatat dalam sejarah, Nabi Isa <i>’alaihis salam</i> dilahirkan pada tahun 622 sebelum hijriah atau sebeluh masehi.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Belum hilang rasa letihnya setelah melahirkan, Siti Maryam putus asa
ingin mengakhiri hidup. Ia merasa malu karena harus menanggung beban
berat sepanjang hidupnya. Namun, anak yang baru dilahirkan itu spontan
berkata, ”Ibu jangan bersedih hati. Semua ini karunia dari Allah SWT.
Ibu, tolong gerakkan pohon kurma itu. Nanti makanan, minuman dan buah
yang matang akan mendekati kita, kemudian makanlah. Niscaya hati Ibu
menjadi tenang.” Siti Maryam seketika tersadar, kemudian memuji
kebesaran Allah SWT.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b><b>Zaman Pembunuhan Bayi Lelaki</b></b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Beberapa waktu setelah tinggal di tempat peristirahatan, Siti Maryam
berencana pulang ke rumahnya. Ia menggendong anaknya penuh cinta dan
kasih sayang. Memasuki gerbang perkampungannya pada sore hari,
orang-orang yang sedang berkumpul langsung menghampirinya. Mereka
mengerubungi Siti Maryam sekalian menanyakan identitas bocah itu. Tetapi
Siti Maryam tidak menjawabnya, sebab sudah niat berpuasa tidak mau
bicara kepada siapapun. Mereka malah menyindir, meledek dan memfitnah
Siti Maryam. Bahkan ada sebagian orang yang ingin mengusir Siti Maryam.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Siti Maryam hanya memberi isyarat supaya orang-orang bertanya kepada
bayi yang berada dalam dekapannya. Seketika bayi itu menjawab, ”Aku Isa
Al-Masih, hamba Allah SWT yang akan diberi Kitab Injil. Suatu hari aku
akan dijadikan nabi dan utusan-Nya untuk mengembalikan kalian ke jalan
Allah SWT, memerintahkan shalat dan menunaikan zakat. Aku juga akan
berbakti kepada Ibuku.” Orang-orang yang mendengar pernyataannya spontan
tampak pucat wajahnya. Mereka tidak menyangka bayi yang baru lahir
beberapa hari bisa berbicara secara lancar.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Kabar adanya bayi ajaib milik Siti Maryam segera menyebar ke penjuru
negeri, termasuk sampai ke telinga para pendeta dan pembesar Yahudi.
Kehidupan dan perilaku masyarakat yang selama ini sudah melenceng dari
ajaran Nabi Musa ’alaihis salam dan Nabi Daud ’alaihis salam bakal
segera diluruskan. Oleh karena itu, para pendeta dan pembesar Yahudi
memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Siti Maryam beserta bayinya.
Selain itu, mereka mencari perempuan yang akan melahirkan dan membunuh
setiap bayi laki-laki yang baru dilahirkan.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Siti Maryam sudah diberitahu oleh seseorang terkait informasi penting
tersebut. Malam harinya, Siti Maryam menggendong Nabi Isa keluar dari
Palestina menuju ke Mesir. Ia sangat khawatir para pengawal akan
menemukan jejak, kemudian menghunuskan pedang ke tubuhnya dari arah
belakang. Namun Allah SWT sudah berjanji untuk menjaganya. Setelah
menempuh perjalanan yang melelahkan, selamatlah keduanya tiba di Mesir,
negeri yang dipenuhi kebaikan dan kemuliaan. Nabi Isa tumbuh dan
menjalani masa kecilnya dengan bahagia. Ia menuntut ilmu, menghadiri
pertemuan serta berdiskusi dengan ulama.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b><b>Skenario Untuk Nabi Isa</b></b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Suatu hari seseorang menemui Siti Maryam. Dia memberitahu Siti Maryam
agar kembali ke Palestina, sebab pendeta dan pembesar Yahudi yang ingin
membunuhnya sudah mati. Dalam tempo singkat, Siti Maryam dan Nabi Isa
yang menjadi dewasa sudah berada di tanah kelahirannya. Nabi Isa mulai
berdakwah. Mula-mula kepada orang-orang yang dikenalnya. Ia menyerukan
mereka kembali beribadah dan mengesakan Allah SWT. Mereka dianjurkan
untuk meninggalkan memuja patung serta tidak mendewa-dewakan uang dan
emas.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Selain itu, pada hari Sabtu Nabi Isa keluar rumah untuk memetik
buah-buahan, kemudian memberikannya kepada orang yang kelaparan dan kaum
fakir. Pada hari Sabtu, Nabi Isa juga menyalakan api untuk
wanita-wanita tua, sehingga mereka tidak mati kedinginan. Padahal
menurut keyakinan kaum Yahudi saat itu, hari Sabtu adalah hari suci.
Maksudnya, mereka tidak boleh melakukan kegiatan apapun kecuali
menyembah berhala. Di tempat peribadatan yang dipenuhi domba dan burung
merpati itu, warga Yahudi seperti sedang meminta pengampunan dosa kepada
para pendeta.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Nabi Isa sangat sedih melihat kenyataan tersebut. Sebab, banyak
rakyat miskin yang tidak mampu untuk membayar pendeta agar mengampuni
dosa dan kesalahannya. Nabi Isa yang terbiasa hidup sederhana terus
mensyiarkan ajarannya. Sedikit demi sedikit para pengikutnya kian
bertambah. Pada pendeta yang mulai berkurang wibawa maupun jumlah
umatnya merasa kesal, sebab pendapatan mereka ikut menurun. Mereka
menuduh Nabi Isa sebagai penyebab semua itu. Mereka merancang skenario
khusus untuk menyingkirkan, mengusir, bahkan jika perlu membunuh Nabi
Isa.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Seorang pengikut Nabi Isa yang mengetahui rencana itu
menginformasikan kepada Nabi Isa. Nabi Isa beserta beberapa pengikutnya
kemudian bersembunyi di suatu tempat. Namun, seorang sahabat dekat Nabi
Isa membocorkan tempat persembunyian Nabi Isa kepada para pendeta.
Akhirnya para pendeta dan pendukungnya berhasil menangkap sahabat dekat
Nabi Isa yang wajahnya sangat mirip dengan Nabi Isa. Orang itu kemudian
dibunuh dengan cara disalib ditiang kayu. Padahal, Nabi Isa yang asli
dan belum menikah itu telah diselamatkan oleh Allah SWT ke langit.</b></div>
<div style="color: #6fa8dc;">
<b>Sementara pengikut Nabi Isa lainnya yang selamat dari pengejaran,
terus berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa secara sembunyi-sembunyi.
Sebelum diangkat ke langit, Nabi Isa menyampaikan kabar kepada para
pengikutnya bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad. Nabi
dan rasul yang dimaksud Nabi Isa ialah penutup dari seluruh nabi dan
rasul, yakni Nabi Muhammad SAW. Ahmad sesungguhnya nama lain dari Nabi
Muhammad SAW, yang ajarannya akan melengkapi seluruh ajaran nabi dan
rasul sebelumnya.***</b></div>
<h2 class="entry-title" style="color: #6fa8dc; font-weight: normal;">
<b> </b></h2>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6439143244550858392.post-71842193877258649872012-07-18T12:48:00.002+07:002012-08-15T09:47:25.712+07:00Sunan Sendang Duwur I<div style="color: #3d85c6;">
<b>Wali Songo "Sunan Sendang Duwur & Karomah Memindah Masjid Dalam Semalam" </b></div>
<div style="color: #3d85c6;">
<b><br /></b></div>
<table class="contentpaneopen" style="color: #3d85c6;"><tbody>
<tr><td colspan="2" valign="top"><div align="justify">
<b><br />"...Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujaadalah :
11)</b></div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<b>Malam tiba. Nampak Sunan Sendang Duwur sedang
melakukan sholat Tahajud, sementara itu dua laki-laki (Taruna dan
Taruni) nampak mengendap-endap akan mencuri di lumbung pagi milik Sunan
Sendang Duwur. Dua laki-laki itu nampak sombong dan senang karena mereka
sangat lihai sebagai maling. Ia tidak sadar jika Sunan Sendang Duwur
menatap mereka dari jauh. Mereka keluar dari lumbung, namun saat membawa
beras itu, kian lama mereka merasa kian berat dan berat. Dua pencuri
nampak keberatan dan terjatuh. Mereka penasaran dan membuka dua karung
mereka. Ternyata isinya adalah ular yang sangat banyak. Dua pencuri
menjerit ketakutan. </b><br />
<a name='more'></a></div>
<div align="justify">
<b><br />Mendengar teriakan
suara minta tolong, Warga berdatangan memukul kentongan dan mengepung
Taruna dan Taruni. Warga nyaris menghakimi keduanya karena ternyata
dalam POV warga, beras yang ada dalam karung itu. Taruna dan Taruni
ngotot dalam beras itu adalah ular bahkan mereka sudah tergigit.
Muncullah Sunan Sendang Duwur. Dengan tenang Sunan Sendang Duwur minta
pada warga agar sabar. Sunan Sendang Duwur lalu bertanya pada Taruna dan
Taruni apa benar mencuri. Taruna dan Taruni akhirnya mengaku. Dengan
petuahnya, Sunan Sendang Duwur menyadarkan Taruna dan Taruni. Taruna dan
Taruni sangat malu dan berjanji tidak akan mencuri lagi dan mau
mengikuti segala ajaran Sunan Sendang Duwur, yang sudah menyelamatkan
mereka dari kepungan warga. (Catatan : kisah aslinya Taruna dan Taruni
adalah dari bangsa Jin yang di Islamkan oleh Sunan Sendang Duwur).</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Sejak
itu, padepokan Sunan Sendang Duwur nampak ramai dipenuhi warga yang
ingin menuntut ilmu pada Sunan Sendang Duwur. Sunan Sendang Duwur
mengajak warga makan ketupat dan memberikan filosofis dari ketupat
itu. Sunan Sendang Duwur mengajarkan papat (empat hal) yang harus
dijauhi yakni judi, zina, minuman yang diharamkan dan mencuri barang
milik orang lain. Taruna dan Taruni nampak malu mendengarkan petuah
tersebut. Kata Sunan Sendang Duwur, jika papat (empat) hal itu
dilanggar, jangan salahkan, Allah pasti akan memberikan azab kepada
warga atau daerah itu.</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Ajaran Sunan
Sendang Duwur yang dihapalkan oleh warga, ternyata
membuat seorang Kepala Desa Sarimbit, bernama Raden Jinggo yang terkenal
sombong penasaran. Raden Jinggo yang selama ini memberikan ajaran pada
warganya bahwa hidup ini harus dinikmati dengan apapun karena hidup
hanya sekali, berkata siapapun yang ikut ajaran Sunan Sendang Duwur, dia
adalah orang bodoh. Untuk apa menyiksa diri hanya untuk beribadah?
Sebaiknya hidup sekali ini untuk senang-senang saja. Raden Jinggo sangat
benci pada warganya yang melalukan sholat karena merasa sholat
itu ritual yang tidak ada untungnya. Raden Jinggo sangat membenci syiar
Sunan Sendang Duwur. Setiap ada warga desa Sarimbit yang akan mengaji ke
Desa Sendang Duwur, Raden Jinggo akan mencegat dan memaksa agar tidak
meneruskan mengajinya. Raden Jinggo justru memaksa warga agar rajin
ngalap berkah pada kuburan eyangnya, Mbah Cokroatmojo yang sudah
meninggal. Raden Jinggo yakin, Mbah Cokroatmojolah yang selama ini
memberikan desa mereka ketentraman dan kekayaan. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Raden
Jinggo yang mengaku sakti setelah melakukan ngalap berkah dan minta
kekuatan pada Mbah Cokro menunjukkan banyak kehebatannya. Saat ngalap
berkah ia bisa menjadi seperti orang kesurupan, dan dari situ ia bisa
menebak kejadian apapun. Banyak warga yang minta nomor pada Raden Jinggo
untuk judi. Dan tebakan Raden Jinggo selalu benar hingga banyak yang
percaya pada Raden Jinggo. Raden Jinggo berkata, Mbah Cokro memang ampuh
dan banyak memberikan petunjuk. Raden Jinggo juga bisa memberikan ilmu
kekebalan seperti dirinya yang tahan dari bacokan benda setajam apapun.
Banyak yang takjub dengan keskatian yang dimiliki Raden Jinggo. Kini
Raden Jinggo dianggap seperti dewa gara-gara Mbah Cokro. Suatu ketika,
Yu Tari menghadap pada Raden Jinggo karena anak gadisnya, Sutini belum
juga kawin. Ia takut Sutini jadi perawan tua. Raden Jinggo Yu Tari minta
agar Raden Jinggo mencarikan jodoh untuk anaknya. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Raden
Jinggo minta agar Sutini dan Yu Tari semedi di kuburan Mbah Cokro tanpa
peduli, siang dan malam. Tak lupa memberikan sesaji apapun yang diminta
Mbah Cokro, lewat Raden Jinggo. Kata Raden Jinggo Mbah Cokro minta agar
Yu Tari menyediakan air dari 7 sumur penduduk yang diambil tanpa ada
yang tahu. Yu Tari menyanggupi demi anaknya agar tidak jadi perawan tua.
Diam-diam Yu Tari lalu mengambil air dari 7 sumur itu. Namun naas, saat
ia mengambil di sumur 7 milik Pak Cipto, warga melihat dan mengira Yu
Tari adalah maling. Semua mengepung heboh. Yu Tari nangis-nangis dan
menjelaskan pada ia lakukan ini karena petunjuk Raden Jinggo. Warga lalu
membawa Yu Tari pada Raden Jinggo. Raden Jinggo berkata benar, apapun
petunjuk Raden Jinggo harus dijalankan dengan baik. Yu Tari dinasehati
tetangga yang ngaji pada Sunan Sendang Duwur, yaitu Kang Jarwo dan
istrinya. Kang Jarwo karena apa yang dilakukan Yu Tari itu bid'ah.
Dengan tutur polos Kang Jarwo ngajak Yu Tari dan Sutini ngaji pada Sunan
Sendang Duwur saja. Minta petunjuk yang sesuai Al Qur'an agar tidak
menambah dosa. Akhirnya Yu Tari diam-diam ikut Kang Jarwo ngaji di
padepokan Sunan Sendang Duwur. Sunan Sendang Duwur dengan prihatin
menjelaskan semua yang dilakukan Raden Jinggo adalah musrik dan sirik!
Sunan Sendang Duwur minta pada Yu Tari untuk bertaubat. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Sementara
itu saat malam Jumat Kliwon saat sepeti biasa warga ngalap berkah
bersama Raden Jinggo di kuburan Mbah Cokro, Raden Jinggo mencari Yu Tari
yang tidak datang. Salah satu warga bilang, Yu Tari sekarang ngaji
Yasinan di padepokan Sunan Sendang Duwur bersama Kang Jarwo
dan istrinya. Selama ini Kang Jarwo memang selalu menolak jika ikut
ritual ngalap berkah Raden Jinggo. Betapa marahnya Raden Jinggo begitu
tahu ada warga yang menolak apa yang ia perintahkan. Suatu hari, ketika
Yu Tari, Kang Jarwo dan istrinya akan ke Sendang Duwur, di tengah jalan
Raden Jinggo mencegat keduanya. Saat itu, diam-diam anak Sutini melihat
kejadian itu. Sambil menangis Sutini menceritakan apa yang terjadi.
Betapa sedih dan kagetnya Sunan Sendang Duwur mendengar apa yang
terjadi. Sunan Sendang Duwur berkata ia akan mendatangi Raden Jinggo. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Raden
Jinggo sedang di kuburan Mbah Cokro, seperti biasa ia minta berkah pada
eyangnya. Tak lupa ia memberikan sesaji semua kesenangan Mbah Cokro
semasa hidup. Dari ayam ingkung sampai rokok klembak. Semua warga nampak
memberikan sesaji sambil menyampaikan keinginan mereka. Ketika giliran
Kang Jarwo dan istrinya diminta maju untuk menyampaikan apa
keinginannya, Kang Jarwo menolak. Ia hanya akan minta pada Gusti Allah,
bukan pada Mbah Cokro. Dengan marah Raden Jinggo menyuruh anak buahnya
menyeret Kang Jarwo dan istrinya. Sampai di luar pekuburan Raden Jinggo
bersiap akan memberikan hukuman pada keduanya karena dianggap
sudah bersikap tidak hormat pada leluhurnya. Saat Raden Jinggo akan
melayangkan pukulan, tiba-tiba ada yang menahannya. Dialah Sunan Sendang
Duwur. Betapa kagetnya Raden Jinggo melihat siapa yang datang. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Dengan
bijaksana Sunan Sendang Duwur menasehati Raden Jinggo bahwa apa yang
dilakukan oleh Raden Jinggo adalah hal yang sangat salah. Kata Sunan
Sendang Duwur, ngalap berkah ke kuburan-kuburan dan meminta-minta kepada
orang yang telah mati adalah syirik akbar. Apabila orang tidak
bertaubat dari kegiatan ini dan mati dalam keadaan demikian, maka Allah
tidak akan mengampuninya, kekal di dalam neraka, Wal'iyadzu billah.
Allah berfrrman : "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni perbuatan dosa
syirik kepada-Nya, dan Allah mengampuni dosa yang selain syirik bagi
siapa saja yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa': 48).</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Betapa
marahnya Raden Jinggo mendengar nasehat Sunan Sendang Duwur. Apalagi
Sunan Sendang Duwur berkata, jangan salahkan jika Allah Murka dan
memberi bencana untuk menghapus kemusrikan itu. Raden Jinggo menantang.
Jika benar, datangkan bencana saat itu juga. Dengan tenang, Sunan
Sendang Duwur mengangkat tangannya. Saat itu juga, muncul angin besar
menerjang desa itu. Semua nampak terbang. Suasana nampak kacau. Warga
yang sedang melaksanakan ritual ngalap berkah kalang kabut ketakutan.
Raden Jinggo juga nampak kebingungan. Tiba-tiba karena angin teramat
kuat, Raden Jinggo akhirnya terpental. Raden Jinggo benar-benar
ketakutan. Raden Jinggo berkata jika, Sunan Sendang Duwur bisa
menghentikan bencana ini, ia berjanji akan mengajak warga bertaubat dan
mengaji pada Sunan Sendang Duwur. Raden Jinggo berkata ia masih belum
mau mati.</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Tak lama kemudian Sunan Sendang
Duwur berdoa. Sunan Sendang Duwur yang memang sudah dikenal sebagai
Sunan yang sangat sakti mohon kekuatan pada Allah. Ia lalu
menghentakkan Tombak Abirawa miliknya. Tak lama kemudian, angin perlahan
redup dan suasana kembali tenang. Namun keadaan sudah porak poranda.
Semua sesaji bertebaran ke mana-mana… (Catatan : Sunan Sendang
Duwur memang memiliki sebuah senjata sakti yang disebut Tombak Abirawa,
dengan panjang sekitar 6 meter. Pusaka berupa tombak itu, diyakini
memiliki tuah, yaitu menghilangkan bencana atas seizin Allah SWT). Raden
Jinggo yang terluka nampak kesakitan. Sunan berkata cobalah minta
pertolongan pada Mbah Cokro agar sakitnya hilang. Raden Jingga tak mampu
berbuat apa-apa karena tak mungkin. Sunan lalu minta agar Raden Jinggo
bertaubat mohon pertolongan Allah dan menjelaskan bahwa orang yang
meninggal itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Semua sibuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia. Jadi mana bisa
memberi pertolongan pada keluarganya?</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Akhirnya
Raden Jinggo berkata ia memenuhi janjinya. Ia akan mengajak warga
mengaji pada Sunan Sendang Duwur. Kini warga desa Sarimbit
berbondong-bondong mengaji pada Sunan Sendang Duwur dipimpin oleh Raden
Jinggo. Raden Jinggo berkata pada semua jamaahnya, Ojo demen-demen
marang dunyo senengo marang sing nggawe donyo. Ojo gething-gething
marang donyo sebab nduk jerone dunyo onok sing nggawe donyo. Jangan
terlalu senang terhadap dunia senanglah terhadap yang membuat dunia.
Jangan terlalu benci terhadap dunia sebab di dalam dunia ada yang
membuat dunia. Betapa senangnya hati Sunan Sendang Duwur. Sunan Sendang
Duwur pun berfikir untuk membuat masjid yang lebih besar agar bisa lebih
banyak menampung Jamaah di Desa Sendang Duwur. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Karena
tidak mempunyai kayu, Sunan Drajad menyampaikan masalah ini kepada
Sunan Kalijogo yang mengarahkannya pada Ratu Kalinyamat atau Retno
Kencono di Mantingan, Jepara, yang saat itu mempunyai masjid. Ratu
Kalinyamat merupakan putri Sultan Trenggono dari Kraton Demak Bintoro.
Suaminya bernama Raden Thoyib (Sultan Hadlirin Soho) cucu Raden
Muchayat, Syech Sultan dari Aceh. Saat diangkat menjadi bupati di
Jepara, R. Thoyib tidak lupa bersyiar agama Islam. Sehingga dibangun
masjid megah di wilayahnya. Banyak ulama dan kiai saat itu kagum
terhadap keindahan dan kemegahan masjid tersebut.</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Setelah
itu Sunan Drajat memerintahkan Sunan Sendang Duwur pergi ke Jepara
untuk menanyakan masjid tersebut dan akan membelinya dengan sejumlah
uang. Tapi apa kata Mbok Rondo Mantingan saat itu. Hai anak bagus,
mengertilah, aku tidak akan menjual masjid ini. Tapi suamiku berpesan,
siapa saja yang bisa memboyong masjid ini seketika dalam keadaan utuh
tanpa bantuan orang lain (dalam satu malam), masjid ini akan saya
berikan secara cuma-cuma.</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Mendengar
jawaban Mbok Rondo Mantingan, Sunan Sendang Duwur yang masih muda saat
itu merasa tertantang. Ia yakin Allah pasti akan membantunya. Sunan
Drajad sang sahabat sekaligus gurunya muncul dan semakin menguatkan
Sunan Sendang Duwur. Akhirnya ia semakin yakin. Bermalam-malam ia
melakukan sholat Hajat. Sebagaimana yang diisyaratkan padanya dan
tentunya dengan izin Allah, dalam waktu tidak lebih dari satu malam
masjid tersebut berhasil diboyong ke bukit Amitunon, Desa Sendang Duwur.
</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Betapa terkejutnya seluruh warga desa
melihat kejadian itu. Dengan adanya masjid yang hanya dipindah dalam
waktu semalam ternyata justru menimbulkan pro dan kontra. Sebagian
mengatakan Sunan Sendang Duwur adalah wali Allah, sebagian merasa itu
sihir terbesar yang pernah ada. </b></div>
<div align="justify">
<b><br />Namun
Sunan Sendang Duwur tetap tenang. Saat warga sedang berdebat, ia muncul
dan berkata. Tidak ada sihir dalam agama Islam. Tapi ini karena karomah
Allah. Jika sihir ia akan melakukan rital. Tapi ini adalah kekuatan doa.
Warga masih tak percaya. Sunan Sendang Duwur menunjukkan bahwa Sunan
Sendang Duwur tidak minta bantuan siapapun kecuali bantuan Allah
SWT. Akhirnya Sunan Sendang Duwur berdiri di hadapan warga. Ia memegang
sebuah batu yang sangat keras. Dengan kekuatannya, batu itu perlahan
hancur dan menjadi pasir. Tak lama kemudian pasir itu berubah menjadi
butiran emas. Semua warga jadi yakin. Sunan Sendang Duwur tidak memakai
ritual apapun kecuali doa dan keyakinan pada Allah SWT. Ternyata apa
yang dilakukan Sunan itu ada filosofinya. Hati manusia itu kadang
seperti batu, tapi bisa dihancurkan dan jadi lembut, dan hati manusia
bisa berkilau bila diasah dengan zikrullah dan keyakinan pada Allah.
Semua kini makin paham...</b></div>
<div align="justify">
<b><br />Dari masjid
inilah Sunan Sendang Duwur terus melakukan syiar agama Islam. Salah satu
ajaran yang masih relevan pada zaman sekarang adalah : "mlakuho dalan
kang benar, ilingo wong kang sak burimu" (berjalanlah di jalan yang
benar, dan ingatlah pada orang yang ada di belakangmu. Ajaran sunan ini
menghimbau pada seseorang agar berjalan di jalan yang benar dan kalau
sudah mendapat kenikmatan, jangan lupa sedekah).<br /><br />Closing :<br /><br />Raden
Noer Rahmad atau Sunan Sendang Duwur akhirnya wafat pada tahun 1585 M.
Bukti ini dapat dilihat pada pahatan yang terdapat di dinding makam
beliau. Sunan Sendang Duwur adalah tokoh kharismatik yang pengaruhnya
dapat disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu….</b></div>
<div align="justify">
</div>
<b><br /></b>
<br />
<hr color="maroon" width="85%" />
</td></tr>
</tbody></table>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03227066627180667728noreply@blogger.com0